Travel

Dari Tanah Minang, Ikan Cupang yang Mengubah Takdir Seorang Mulyadi

Spesies berwarna merah itu dikenal sebagai Wild Betta terkecil di dunia, endemik, cantik, dan langka. Sayangnya, habitat aslinya makin terancam.

|
Penulis: Joanita Ary | Editor: Joanita Ary
Wartakota/Joanita Ary
BUDIDAYA IKAN CUPANNG -- Suara percikan air dan kilau warna-warni ikan cupang menyambut siapa pun yang melangkah masuk ke MD Jaya Betta. Area budidaya yang luas itu terasa hidup dengan dipenuhi deretan wadah bening yang tertata rapi seperti lorong-lorong galeri akuarium. Ribuan ikan kecil menari pelan seolah memberi salam hingga menciptakan suasana hangat yang membuat langkah pengunjung melambat tanpa sadar. 

Di ruangan-ruangan luas itu, deretan wadah berisi ikan berwarna mencolok ditata rapi seperti koleksi museum hidup.

Mulyadi menjaga kualitasnya melalui tiga pilar: indukan unggul, sanitasi ketat, dan manajemen berbasis data.

Setiap hari, timnya mencatat kondisi air, suhu, dan kesehatan ikan dalam buku log yang tebal.

Proses karantina menjadi wajib sebelum ikan-ikan itu siap dipasarkan.

“Sebelum dikirim, semua harus zero defect,” kata Mulyadi.

Ketelitian itu bukan tanpa hasil.

Pada tahun 2012, para peneliti menamai satu spesies cupang liar dengan nama Betta mulyadii, sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi Mulyadi dalam penemuan dan observasi jenis-jenis baru.

Spesies berwarna merah itu dikenal sebagai Wild Betta terkecil di dunia, endemik, cantik, dan langka. Sayangnya, habitat aslinya makin terancam.

Mulyadi kini berupaya menjaga keberlanjutan jenis ini melalui selective breeding.

“Ini warisan alam yang harus kita jaga. Jangan sampai hilang sebelum dikenal luas,” ujarnya.

Dari kolam-kolam di Padang, ikan-ikan kecil ini lalu melakukan perjalanan jauh.

Setiap minggu, kotak-kotak pengiriman bersertifikasi ekspor disiapkan dengan hati-hati.

Ada yang terbang ke Singapura, Malaysia, dan Jepang; ada yang menempuh perjalanan lebih jauh ke China, Amerika Serikat, Meksiko, Jerman, Brasil, hingga India.

“Yang penting kualitas dan ketepatan pengiriman. Karena bagi kolektor, detail itu segalanya,” kata Mulyadi.

Meski bisnis ikan cupang pernah naik-turun mengikuti tren, Mulyadi meyakini bahwa industri ini akan selalu hidup.

Sumber: WartaKota
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved