Viral Medsos

Viral Terawangan Spiritualis, Kiriman Santet untuk Prabowo-Purbaya Digagalkan 'Malaikat' dan Leluhur

Santet adalah ilmu hitam atau sihir yang dilakukan dari jarak jauh untuk menyakiti orang lain dengan bantuan kekuatan gaib

|
Editor: Feryanto Hadi
YouTube Kompas TV dan Sekretariat Presiden
KIRIMAN SANTET- Spiritualis Gus Robin Bali mengungkapkan adanya upaya dari pihak tertentu untuk menyantet Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Keuangan Purbaya 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA- Viral di media sosial informasi bahwa Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dikirimi teror santet.

Santet adalah ilmu hitam atau sihir yang dilakukan dari jarak jauh untuk menyakiti orang lain dengan bantuan kekuatan gaib, seperti jin dan setan.

Praktik ini dipercaya dapat menyebabkan penyakit misterius atau kejadian aneh pada korban.

Informasi ini berawal dari video yang diunggah oleh akun Gus Robin Bali

Gus Robin Bali selama ini dikenal sebagai seorang spiritualis yang kerap menerawang berbagai hal, salah satunya soal potensi gempa bumi Megatrust yang ditonton jutaan orang.

Sedangkan konten berjudul 'Pak Purbaya dan Pak Prabowo dalam Bahaya?' sudah ditonton lebih dari setengah juta kali. 

Informasi soal kiriman ghaib kepada Purbaya sejatinya pernah disampaikan oleh Yudo, putra Purbaya.

Diakui Yudo hal mistis itu berupa santet.

Yudo pun menceritakan hal mistis tersebut melalui media sosialnya.

Untuk informasi, Yudo sekarang sedang berada di luar negeri.

Namun ia mengklaim tahu mengenai situasi yang terjadi di rumah Purbaya kini.

Melalui akun Instagramnya, Yudo menceritakan teror mistis yang menyerang keluarganya.

Atas teror tersebut, Yudo menitipkan pesan kepada keluarganya.

Yakni agar jangan ada yang takut dengan teror tersebut.

Untuk diketahui, Yudo kini tidak tinggal di Indonesia.

"Keluarga kami diteror oleh santet di rumah. Semakin Anda percaya maka santet itu makin kuat, jadi saya usahakan bilang satu keluarga untuk jangan percaya pada begituan. Percayalah kepada Allah jangan percaya takhayul," ungkap Yudo.

Ditegaskan oleh Yudo, ia tidak percaya dengan adanya santet dan kesurupan.

Lantaran hal tersebut, Yudo sudah tahu siapa sosok pelaku santet yang menyerang keluarganya.

Kata Yudo, pelaku santet tersebut adalah jin yang memanipulasi manusia

"Tidak ada yang namanya hantu santet dan kesurupan. Mereka semua adalah ulah jin yang memanipulasi pola pikir manusia sehingga menciptakan halusinasi yang seolah-olah terlihat nyata untuk takut selain kepada Allah," kata Yudo.

Dari logika berpikir itulah Yudo meminta keluarganya agar bersikap secara wajar menanggapi teror sante tersebut.

"Jangan berpikir dengan logika mistik, berpikirlah secara ilmiah," imbuh Yudo.

Lebih lanjut, Yudo meluruskan isu miring yang dialamatkan kepada keluarganya.

Yudo menceritakan teror yang didapat keluarganya adalah bukan berupa kiriman misterius.

Teror yang diterima keluarga Purbaya adalah terkait dengan barang-barang di rumahnya yang hilang.

Serta kata Yudo, hewan peliharaannya mendadak sering bersuara tak wajar.

"Aku sedang melihat. Di TikTok katanya dapat kiriman darah segar? tetapi itu hoax. Kejadian sebenarnya adalah poltergeist. Di mana barang yang suka hilang dan berpindah dengan sendirinya. Serta anjing dan kucing yang saya pelihara suka mengeong atau menggonggong di satu sudut tanpa adanya alasan yang jelas," imbuh Yudo.

Terawangan Gus Robin

Sementara itu, lewat kontennya, Gus Robin menyebut bahwa ada pihak yang berusaha menyerang Prabowo dan Purbaya melalui jalur ghaib.

Alasannya, kata Gus Robin, ada pihak-pihak yang tidak suka dengan tindakan Prabowo dan Purbaya yang ingin memberantas korupsi.

"Saya ingin menerawang pak Purbaya dan Pak Prabowo karena saya merasa saya harus mengatakan sesuatu. karena Pak Purbaya dan Pak Prabowo ini ingin memberantas korupsi habis-habisan. Jadi, banyak pejabat-pejabat yang tidak suka dengannya," ujar Gus Robin dikutip pada Senin (27/10/2025)

Para pejabat yang dimaksud, menurutnya, menyewa dukun-dukun untuk mencelakai Prabowo dan Purbaya.

Lebih dari itu, ada niat lain yakni ingin melengserkan Prabowo dan Purbaya dari jabatannya.

"Dengan ini saya hanya ingin berkata, ini hanya pandangan batin dan penerawangan saya saja ya, bukan jadi pedoman. Pesan ini harus saya sampaikan karena saat saya terawang Pak Purbaya dan Pak Prabowo itu seperti ingin dikirimi santet oleh pejabat-pejabat yang korupsi ini. Ini ada musuh dalam selimut ya. Pejabat korup ini ingin mengincar dan ingin melengserkan Pak Prabowo dan Pak Purbaya," tandasnya

Meski demikian, Robin menerawang bahwa upaya jahat tersebut tidak akan berhasil

Sebab, kata Robin, Prabowo dan Purbaya oleh sosok-sosok ghaib yang ingin Indonesia sudah prihatin dengan kondisi Indonesia saat ini

"Tapi jangan takut. Saya lihat ada malaikat pelindung Pak Prabowo dan Pak Purbaya. Malaikat itu malaikat khusus yang wajahnya bercahaya, berpakaian putih seperti ulama. dan ada (leluhur) dari kerajaan Majapahit juga, sosok-sosok ghaib yang membantu melindungi," ujarnya

Selain itu, dia menambahkan, para leluhur dari berbagai kerajaan di Indonesia juga turut menjaga Prabowo.

"Para leluhur dari kerajaan-kerajaan di Indonesia ini sudah lelah dengan keadaan saat ini. Dari sekarang dan seterusnya akan menjadi masa penghakiman bagi para koruptor karena mereka sudah menyakiti dan menyengsarakan rakyatnya, harus dibasmi."

"Dan semoga saja Pak Purbaya dan Pak Prabowo selamat, karena pelindungnya kuat-kuat. karena pejabat-pejabat ini saya lihat mereka menyewa dukun seperti itu. Dan ingin melengserkan, tapi saya melihat mereka gagal. Ini kondisinya agak sedikit berbahaya ya, tapi jangan takut pak. rakyat pasti mendukung untuk membasmi para koruptor. Jadilah pahlawan," tandasnya

Prabowo dan Purbaya punya karakter sama

Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dinilai memiliki karakter yang serupa.

Karakter yang dianggap serupa itu adalah keduanya sama-sama keras dan tegas melawan korupsi.

Peniaian itu diungkapkan mantan Menko Polhukam Mahfud MD dalam channel YouTube Mahfud MD Official miliknya yang tayang, Selasa (14/10?2025) malam.

Baca juga: Mahfud MD Cium Ada Pidana Korupsi di Proyek Kereta Cepat Whoosh, Minta Prabowo-Purbaya Selesaikan

Awalnya Mahfud mengaku angkat jempol atas keputusan Purbaya yang enggan membayar utang proyek kereta cepat Whoosh dari APBN.

Sebab menurut Mahfud, ia menduga sejak awal proyek ini bermasalah dan mencium ada pelanggaran hukum pidana di dalamnya.

"Nah, di sini saya melihat karakter Purbaya dan Pak Prabowo nih sama-sama keras ya. Sama-sama tegas untuk melawan korupsi. Tapi Pak Prabowo mulainya agak merangkak gitu karena tidak mudah kan," kata Mahfud.

Di mana dulu, katanya, di awal menjabat Presiden, Prabowo hanya pidato saja soal akan memberantas korupsi.

"Tapi dia sudah mulai sekarang." kata Mahfud.

Mahfud mencontohkan dengan ditetapkannya tersangka mafia migas Reza Khalid yang selama ini tidak tersentuh hukum.

"Dimulai dari misalnya penetapan Reza Khalid sebagai tersangka dan buron," ujarnya.

Padahal, menurut Mahfud, selama puluhan tahun Reza Khalid tidak bisa disentuh hukum.

"Sekarang dia sudah menjadi tersangka, terlepas dari apakah nanti Kejaksaan Agung bisa mencari atau tidak. Itu kan Prabowo sudah mulai. Bagus dari Pak Prabowo," kata Mahfud.

Yang kedua, tambah Mahfud, seminggu lalu Prabowo melakukan eksekusi atas korupsi timah di Bangka Belitung.

"Korupsi Rp 300 triliun. Langsung disita sendiri oleh beliau, diambil sendiri yang Rp 6 triliun dulu. Itu artinya merangkak kan," kata Mahfud.

Kemudian tambah Mahfud, sepekan lalu pemerintah juga menghapus PIK 2 dari daftar proyek strategis nasional (PSN).

"Oleh sebab itu pengelolanya gak bisa lagi dilakukan penguasaan hak, tetapi bisa pengusahaan dan itu sudah dilepaskan. Artinya program yang selama ini dikelola oleh maaf Aguan itu dilepas sekarang," kata Mahfud.

Menurutnya Prabowo melangkah mencari penyelesaian agar kedaulatan Indoneesia tidak terjajah oleh Cina akibat banyaknya utang Indonesia, sekaligus melakukan penyelesaian hukum tanpa pandang bulu. 

Sebelumnya Mahfud MD mengaku mencium adanya indikasi pidana korupsi dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang diberi nama Whoosh.

Baca juga: Percakapan Hangat Prabowo - Trump di KTT Sharm el-Sheikh, Usai Puji Indonesia untuk Perdamaian Gaza

Menurut Mahfud MD, diduga ada mark-up anggaran beberapa kali lipat dalam pembiayaan proyek kereta cepat Whoosh di era pemerintahan Presiden Jokowi tersebut.

Namun hal ini katanya harus diselidiki lebih jauh, untuk mendeteksi kemana uangnya dilarikan dan dinikmati siapa saja.

Dugaan itu, katanya diperkuat lagi dari pernyataan pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo dan Anthony Budiawan di salah satu televisi swasta beberapa waktu lalu, yang akhirnya mengkonfirmasi apa yang dulu sudah didengarnya dan terberitakan sejak 5 tahun lalu.

"Apa-apa yang dulu sudah terberitakan atau 5 tahun lalu sudah terberitakan luas, sekarang dikonfirmasi langsung," kata Mahfud MD dalam channel YouTube Mahfud MD Official miliknya yang tayang, Selasa (14/10?2025) malam.

Ia menjelaskan dugaan mark-up dalam proyek Whoosh ini.

"Dugaan mark upnya gini. Itu harus diperiksa, ini uang lari ke mana. Menurut perhitungan pihak Indonesia, biaya per 1 km kereta Whoosh itu 52 juta US dolar. Tapi di Cina sendiri hitungannya hanya 17 sampai 18 juta US dolar. Jadi naik tiga kali lipat kan. Ini yang menaikkan siapa? Uangnya ke mana?" tanya Mahfud.

Menurut Mahfud dugaan mark-up anggaran sampai 3 kali lipat, terbilang cukup fantastis.

"Nah, itu markup. Harus diteliti siapa dulu yang melakukan ini," kata Mahfud.

Mahfud mengatakan utang yang sangat besar akibat proyek Whoosh ini dan belakangan mencuat saat Menteri Keuangan Purbaya enggan membayar menggunakan APBN, sejak awal sudah diprediksi pakar dan diungkapkan ke pemerintah.

Karenanya sangat aneh dan menjadi janggal, proyek ini tetap dilakukan namun memberatkan pihak Indonesia.

"Sangat aneh karena ini merupakan satu bisnis B2B, bisnis to bisnis, BUMN dan BUMN sana. Tetapi sekarang hutangnya bertambah terus," ujar Mahfud.

"Bunga hutangnya saja setahun itu Rp 2 triliun. Bunga hutang saja. Sementara dari tiket hanya mendapat maksimal 1,5 triliun. Jadi setiap tahun utangnya bertambah, bunga berbunga terus, negara nomboki terus," papar Mahfud MD.

Menurut Mahfud kalau melihat periode waktunya atau termnya, pembayaran utang itu bisa terjadi sampai 70 atau 80 tahun ke depan.

Untuk itu Mahfud mengusulkan selain Menkeu Purbaya mencari jalan lain dalam membayar utang proyek ini, agar bukan  berasal dari APBN.

"Selain itu negara harus menyelesaikan secara hukum. Hukum pidananya bisa ada, kalau itu betul di-mark up," jelaas Mahfud.

Mahfud mengatakan pengamat ekonomi dan kebijakan publik Antoni Budiawan, juga sempat menyatakan soal besaran anggaran yang janggal ini.

"Antoni Budiman bilang di Cina itu harganya dulunya hanya Sebesar 17 sampai 18 US dolar per kilometer. Sekarang jadi 53 juta US dolar. Nah, ini harus diselidiki. Kalau benar itu terjadi, maka itu pidana dan pelakunya harus dicari. Tapi juga ada perdatanya nantinya," kata Mahfud.

Masalah perdata menurutnya akan melihat hubungan antara yang bersangkutan dalam menggunakan uang negara.

Karenanya Mahfud berharap Presiden Prabowo Subianto memback-up para penegak hukum yang mendalami dan menyelidiki dugaan mark-up proyek kereta cepat Whoosh ini.

"Tapi saya lebih cenderung selesaikan pidananya agar bangsa ini tidak terbiasa membiarkan orang bersalah, ya sudah lewat kita maafkan. Itu kan selalu terjadi begitu, dari waktu ke waktu. Padahal ini lebih gila lagi ini ya. Sehingga menurut saya soal Whoosh, saya acungi jempol Pak Purbaya, jalan terus," kata Mahfud.

Ia mendukung keputusan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak membayar utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh Rp 116 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Purbaya menegaskan, tanggung jawab pembayaran berada di tangan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), lembaga yang kini mengelola KCIC bersama sejumlah BUMN strategis. 

"Saya mendukung Purbaya dalam hal ini. Jadi begini, ini masalahnya yang harus dicari secara hukum," kata Mahfud.

Tapi, menurut Mahfud, juga harus diberi kesempatan bagi pihak-pihak yang terlibat untuk menjelaskan.

"Karena bagaimanapun pemerintah waktu itu punya alasan-alasan sendiri, itu pelaku-pelakunya kan sekarang masih ada semua, untuk diurai agar bangsa ini selamat," ujarnua.

Purbaya Didukung Prabowo

Menurut Mahfud, keputusan Menkeu Purbaya yang enggan membayar utang proyek Whoosh dari APBN adalah benar dan pasti didukung Prabowo.

"Menurut saya benar Purbaya. Karena apa? Ini masalahnya sangat memberatkan bangsa. Kita membangun itu menghilangkan pembangunan-pembangunan untuk rakyat yang lain, kan hanya disedot untuk ini," ungkap Mahfud.

Mahfud menjelaskan jika pemerintah tidak mampu membayar maka kerjasama B2B itu bisa dipailitkan.

"Atau itu diserahkan ke Danantara. Tapi apa mau dibail out oleh negara terus terus-terusan. Nah, ini yang harus diteliti karena ada dugaan markup," ungkap Mahfud.

"Nah, itu markup. Harus diteliti siapa dulu yang melakukan ini," kata Mahfud.

Mahfud menjelaskan proyek Whoosh ini juga bisa mengancam masa depan dan kedaulatan bangsa dan rakyat, akibat utang yang sangat besar.

"Karena misalnya kita gagal bayar, itu kan berarti Cina harus mengambil, tapi kan gak mungkin ngambil barang di tengah kota. Pasti dia minta kompensasi ke samping misalnya Laut Natuna Utara. Karena itu pernah terjadi ke Sri Lanka. Sri Lanka juga melakukan kayak gini ya. Membangun pelabuhan gak mampu bayar pelabuhannya diambil sampai sekarang oleh Cina" ujar Mahfud.

Sementara di Indonesia, kata Mahfud, Cina bisa meminta kompensasi menguasai Laut Natuna Utara dan membangun pangkalan di sana selama 80 tahun.

"Nah, itu masalahnya. Jadi betul Pak Purbaya, Anda didukung oleh rakyat jangan bayar Whoosh dengan APBN. Kemudian carikan jalan keluar agar tidak disita karena pailit atau dikuasainya Natuna," ujarnya.

Mahfud mengatakan utang yang sangat besar dalam proyek Whoosh ini sangat aneh.

"Sangat aneh karena ini merupakan satu bisnis B2B, bisnis to bisnis, BUMN dan BUMN sana. Tetapi sekarang hutangnya bertambah terus. Bunga hutangnya saja setahun itu Rp 2 triliun. Bunga hutang saja. Sementara dari tiket hanya mendapat maksimal 1,5 triliun. Jadi setiap tahun bertambah kan, bunga berbunga terus, negara nomboki terus," ujarnya.

Menurut Mahfud kalau melihat termnya, maka hal itu bisa terjadi sampai 70 atau 80 tahun, baru Indonesia melunasi utang Whoosh dari Cina.

Karenanya Mahfud mengusulkan selain Menkeu Purbaya mencari jalan lain membayar utang bukan dari APBN, juga harus menyelesaikan secara hukum serta perdatanya.

"Tapi saya lebih cenderung selesaikan pidananya, agar bangsa ini tidak terbiasa membiarkan orang bersalah, ya sudah lewat, kita maafkan. Itu kan selalu terjadi begitu dari waktu ke waktu. Padahal ini lebih gila lagi ini ya," kata Mahfud.

"Sehingga menurut saya, saya acungi jempol Pak Purbaya," ujar Mahfud.

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved