Berita Nasional
Manfaat Ruang Digitalisasi Bagi Anak Disabilitas, Anfield Wibowo Bisa Pamer Lukisan di Instagram
Ada sebuah kisah menarik dari seorang remaja penyandang Syndrome Asperger (autis) dan tuna rungu ketika menggunakan Hp.
Penulis: Miftahul Munir | Editor: Desy Selviany
Menurutnya, proses kreatif Anfield bisa terjadi secara spontan atau bahkan memakan waktu berhari-hari, tergantung inspirasi yang ia dapatkan.
Lebih lanjut kata Donny, sepanjang tahun 2025, banyak karya anaknya yang laku terjual melalui pameran di Instagram. Namun, Donny tidak ingat jumlah pastinya yang terjual usai dipamerkan di sosial media.
Ia juga tak mau menyebutkan harga dari setiap karya anaknya karena bervariasi tergantung tingkat kompleksitas dalam membuat lukisan.
“Kalau yang nanya di IG ada saja. Tapi saya enggak pernah nentuin harga pasti. Saya tidak mau melacurkan (menjual langsung dengan mencantumkan harga di IG) karya anak saya. Yang penting sepadan dan layak (harganya) untuk karya anak saya,” ujarnya.
Sang ayah berharap, masyarakat semakin terbuka dan menghargai karya anak-anak disabilitas di Indonesia karena memiliki potensi besar untuk menunjang ekonominya.
Ia yakin, masih banyak anak-anak disabilitas di Indonesia yang memiliki bakat yang dapat membuat bangga orang tua maupun keluarga besar.
Donny selalu menekankan, Anfield adalah anugrah dari tuhan yang begitu luar biasa karena bisa membuat takjub semua orang melalui karya-karyanya.
“Saya cuma ingin orang lihat bahwa anak-anak seperti Anfield itu bisa berkarya, bisa berkontribusi lewat seni. Dunia seni sudah jadi dunianya dia,” tuturnya akhiri perbincangan.
Berbeda dengan Donny, seorang ibu bernama Sri Endang Wahyuni di Jakarta Barat juga memiliki anak penyandang Down syndrome bernama Kayla Dwi Pramesti.
Anaknya kini sudah terbiasa menggunakan gadget setiap pulang sekolah. Kayla merupakan siswa kelas 1 SMA Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta.
Sri harus tetap mengawasi anaknya saat bermain game maupun tontonan anaknya di Hp yang terhubung dengan internet.
“Kadang-kadang dikasih (Hp), tapi paling pulang sekolah,” ujarnya dengan suara lembut, Selasa (7/10/2025).
Sri menegaskan, anaknya terkadang menggunakan ponsel pintarnya untuk belajar atau kegiatan positif lainnya.
Misalnya, ketika ada tugas dari sekolah yang mengharuskan menggunakan Hp, maka Sri akan memberikannya.
Walau secara usia anaknya sudah dewasa, tapi Sri tetap menjadi pengawas utama ketika sang anak berinteraksi dengan dunia maya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.