Berita Nasional

Update Kondisi Terkini Kesehatan Jokowi: Dalam Masa Pemulihan, Tidak Boleh Terpapar Sinar Matahari

Jokowi saat ini sedang dalam masa pemulihan dan dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan di luar ruangan

Editor: Feryanto Hadi
TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
ABSEN HUT TNI - Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) tidak hadir dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang digelar di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (6/10/2025). Absennya Jokowi menjadi sorotan. (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin) 

 

 

WARTAKOTALIVE.COM, SOLO -Tidak hadirnya Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo alias Jokowi pwda perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke-80 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (6/10/2025) mengundang rasa penasaran publik 

Padahal, masih hangat kabar pertemuan antara Prabowo dan Jokowi beberapa hari lalu. 

Ajudan Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, menyebut bahwa ketidakhadiran Jokowi bukan tanpa sebab

Menurutnya, Jokowi saat ini masih dalam masa pemulihan dan dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan di luar ruangan yang berisiko terpapar panas sinar matahari secara langsung.

 “Saat ini beliau masih proses pemulihan, dan dianjurkan agar tidak mengikuti kegiatan di luar ruangan yang terkena panas,” terang Syarif melalui pesan singkat kepada awak media.

Syarif menjelaskan bahwa kondisi kesehatan Jokowi belum sepenuhnya pulih akibat penyakit yang dideritanya.

Sebelumnya, Jokowi diketahui mengalami alergi yang menyebabkan iritasi pada kulit tubuhnya.

 Penyakit tersebut muncul setelah Jokowi menjalankan tugas sebagai delegasi perwakilan Pemerintah RI dalam kunjungan ke Vatikan beberapa bulan lalu.

Kondisi tersebut sempat menjadi sorotan publik setelah munculnya bercak kemerahan di wajah dan leher Jokowi saat menghadiri sejumlah kegiatan resmi.

Menanggapi hal tersebut, ajudan Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, memastikan bahwa kondisi Jokowi bukan penyakit berat, melainkan hanya alergi kulit biasa.

Syarif menjelaskan bahwa Tim Dokter Kepresidenan juga terus mendampingi dan memantau kondisi Jokowi sejak gejala muncul.

Ia menegaskan, Presiden tetap menjalankan aktivitasnya dengan normal dan tidak ada tanda-tanda sakit serius.

Beberapa waktu lalu, muncul spekulasi di media sosial yang menyebut Jokowi mengalami penyakit kulit langka Stevens-Johnson Syndrome (SJS).

SJS adalah gangguan kulit dan selaput lendir langka yang serius, di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap pemicu seperti obat atau infeksi, menyebabkan kulit melepuh dan mengelupas, terutama pada area mulut, mata, dan alat kelamin.

Namun, kabar tersebut dibantah oleh pihak istana. 

Disebutkan bahwa dugaan alergi tersebut muncul setelah Jokowi berkunjung ke Vatikan.

Kala itu, ia menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, 26 April 2025

Baca juga: Roy Suryo Klaim Sudah Kantongi Salinan Ijazah Jokowi dari KPU: 99,99 Persen Palsu!

Jawab Keraguan dokter Tifa, Kepala SMP Negeri 1 Surakarta Pastikan Gibran Alumninya: Ijazahnya Ada

Dokter Tifa prihatin

Penyakit yang diderita Presiden ketujuh RI, Joko Widodo (Jokowi) belum kunjung sembuh.

Tak hanya bagian muka dan leher yang membengkak, kulit kaki ayah dari Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka itu juga terlihat memerah.

Kondisi tersebut diungkap Pegiat media sosial sekaligus dokter ahli saraf nutrisi, Tifauzia Tyassuma atau dikenal Dokter Tifa.

Dirinya menilai penanganan penyakit Jokowi belum menunjukkan kemajuan.

Padahal diketahui, penyakit tersebut sudah menyerang Jokowi sejak akhir April 2025 atau sekira lima bulan lalu.

Tak kunjung membaiknya kesehatan Jokowi, Dokter Tifa mengaku prihatin.

Dirinya menyebut penyakit kulit yang diderita Jokowi adalah penyakit autoimun.

Sehingga, tak hanya menyerang kulit semata, tetapi juga menggerogoti tubuh.

"Saya prihatin betul-betul prihatin. Ini sakit berat lho, jangan dikira cuma kudisan," ungkap Dokter Tifa lewat twitter atau x pribadinya @DokterTifa pada Rabu (1/10/2025).

"Penyakit autoimun itu merusak seluruh sistem tubuh, bukan sekedar rusaknya di penampilan kulit luar semata," bebernya.

Dalam postingannya, Dokter Tifa mengaku heran dengan sikap Jokowi.

Di tengah sakitnya, Jokowi katanya masih saja terus berbohong dan berniat penjarakan dirinya, Rismon Sianipar, Roy Suryo dan sejumlah aktivis lainnya yang terlibat dalam polemik kasus dugaan ijazah palsu.  

Dirinya pun mengingatkan Jokowi untuk segera melakukan taubat nasuha.

Taubat nasuha adalah tobat yang tulus, murni, dan sungguh-sungguh, yang berarti menyesali dosa, tidak mengulanginya lagi, serta bertekad untuk tidak kembali melakukan kesalahan yang sama di masa depan, dilakukan semata karena takut kepada Allah dan ingin mendapatkan ridha-Nya. 

"Kenapa ya dengan sakit seberat ini masih bohong sana sini. Masih mau niat penjarakan orang. Masih ngurusin jabatan anak-anaknya," ungkap Dokter Tifa.

"Sudahlah sekujur badan sudah merah melepuh bentol penuh sisik, muka bengkak, rambut lepas sampai habis," ungkap Dokter Tifa.

"Sudah diberi kasih sayang Allah dalam bentuk sakit begini, artinya segeralah tabutan nasuha. Daripada menyesal dunia akhirat," tutupnya.

Postingan Dokter Tofa pun disambut ramai masyarakat.

Pro dan kontra dituliskan dalam kolom komentar postingannya.

Dokter Tifa Klaim Punya Obat Penyakit Jokowi

Dalam postingan sebelumnya, Dokter Tifa klaim memiliki obat yang manjur atas penyakit autoimun yang disebutnya diderita Jokowi.

Hal itu disampaikannya lewat status twitter atau x pribadinya @DokterTifa pada Selasa (30/9/2025).
 
"Sejak akhir April 2025 sampai akhir September 2025, artinya sudah 5 bulan tampak Penyakit Autoimun Agresif belum menunjukkan progres yang berarti," ungkap Dokter Tifa. 

"Tidak pernah ada kabar bahwa pak Joko Widodo berobat secara serius dan Dokter Kepresidenan juga belum pernah satu kalipun memberikan release terkait keadaan pak Joko Widodo ini," tambahnya. 

"Seperti juga berkali-kali saya sampaikan, jika pak Joko Widodo ingin sembuh, saya punya Protokol Autoimun yang sudah terbukti mampu membantu kesembuhan pasien, dengan suplementasi, nutrisi molekuler, herbal bioactive compounds, dan pola makan berbasis Al Quran, yang saya HAKI-kan dengan nama: Nutrisi Surgawi the 7 Colors Garden Plate," bebernya. 

Selain mengikuti protokol autoimun miliknya, ada syarat lainnya yang harus dilakukan Jokowi apabila ingin sembuh.

Antara lain Jokowi harus bertaubat untuk bersungguh-sungguh berhenti melakukan kejahatan, kebohongan, dan kemunafikan. 

"Sebetulnya syarat untuk sembuh dari penyakit berat itu mudah: taubatan nasuha, berjanji kepada Allah dengan sungguh-sungguh berhenti melakukan kejahatan, kebohongan, dan kemunafikan, insyaAllah di masa lansia mencapai akhiratul hasanah, Husnul khatimah," ungkapnya.

Mengenal Penyakit Autoimun

Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dinilai dokter Tifa terkena penyakit autoimun lantaran memiliki banyak bercak hitam di wajahnya. 

“Pak Jokowi kok seperti kena Autoimun? Wajah dan leher tiba-tiba penuh melasma atau bercak-bercak hitam, Dan tiba-tiba juga alopecia berat, rambut rontok mendadak di dahi, ubun-ubun, belakang kepala. Autoimun atau Hiperkortisolisme? Dokter pribadi perlu meresepkan Anti-depresan, deh. Kasihan, beban berbohong 10 tahun, ngga kebayang rasanya,” tulisnya di media sosial X pribadinya.

Namun tuduhan dokter Tifa yang menyebut Jokowi terkena autoimun dibantah Ajudan Mantan Presiden Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah.

Syarif mengatakan Jokowi hanya terkena alergi kulit. Hal itu membuat Jokowi tidak bisa hadir di acara Hari Kesaktian Pancasila.

“Betul, tidak hadir. Beliau masih proses penyembuhan dari alergi kulit,” ungkap Kompol Syarif saat dihubungi Senin (2/6/2025).

Lalu apa itu penyakit autoimun?

Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. 

Dimuat situs Alodokter ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun. Beberapa penyakit di antaranya memiliki gejala serupa, seperti lelah, nyeri otot, dan demam.

Baca juga: Dituduh Sakit Keras oleh Dokter Tifa, Begini Kondisi Kesehatan Jokowi Terkini

Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. 

Ketika terserang organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepas protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah terjadinya penyakit.

Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap sel tubuh yang sehat sebagai zat asing. 

Akibatnya, antibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.

Di samping itu, beberapa penyakit ini belum dapat dokter pastikan penyebabnya.

Tidak ada obat untuk penyakit autoimun, tetapi pengobatan dapat membantu mengendalikan gejala, mengurangi peradangan, dan mencegah kerusakan organ. 

Pilihan pengobatan tergantung pada jenis penyakit dan tingkat keparahannya.

Meski terdengar mengerikan, jumlah penderita autoimun di Indonesia cukup banyak yakni sekira 10 persen. 

Jumlah pasti penderita autoimun di Indonesia belum diketahui secara spesifik, tetapi perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 10 orang mengalami gangguan autoimun. 

Studi berbasis populasi yang melibatkan 22 juta orang menunjukkan bahwa gangguan autoimun sekarang memengaruhi sekitar 1 dari 10 orang.

Jokowi Idap Alergi Kulit, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Alergi kulit ditandai dengan ruam, kulit gatal, flek dan bentol-bentol atau biduran.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal dan bisa terjadi secara bertahap atau tiba-tiba.

Dikutip dari laman https://www.alodokter.com/, mengetahui cara menangani dan apa saja yang bisa menjadi pemicu alergi kulit dapat membuat kondisi ini dihindari.

Alergi kulit disebut juga dermatitis kontak alergi.

Reaksi alergi dapat terjadi ketika tubuh terpapar alergen, yaitu zat yang umumnya normal tetapi dianggap berbahaya oleh sistem kekebalan tubuh.

Orang yang memiliki kulit sensitif umumnya lebih sering mengalami alergi.

Proses Terjadinya Alergi Kulit

Reaksi alergi tidak langsung muncul saat pertama kali tubuh terpapar alergen.

Pada paparan pertama, sistem kekebalan tubuh hanya akan mengingatnya sebagai sesuatu yang berbahaya, kemudian membuat antibodi sebagai reaksi.

Jika paparan alergen terjadi kembali, tubuh baru akan meresponsnya dengan berbagai gejala.

Proses pembentukan reaksi kekebalan terhadap alergen memerlukan waktu paling tidak 10 hari.

Jika sudah memiliki alergi, dalam hitungan menit saja, penderita bisa langsung mengalami gejala alergi kulit tiap kali terpapar alergen.

Namun, gejala bisa juga baru muncul 1–2 hari setelahnya.

Pada beberapa kasus, alergi dapat menimbulkan reaksi yang fatal atau anafilaksis.

Penyebab Alergi Kulit

Jika menderita alergi kulit, Anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter.

Selain pemeriksaan, dokter dapat melakukan tes alergi guna mengidentifikasi pemicu alergi yang Anda derita.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan dan memicu reaksi alergi kulit, di antaranya adalah:

-Produk kosmetik, misalnya make up, losion, deodoran, sabun, sampo, dan pewarna rambut

-Produk pembersih, seperti pembersih lantai, sabun cuci, disinfektan, dan detergen

-Obat-obatan yang dioleskan pada kulit, seperti krim antigatal atau antibiotik

-Aksesoris yang terbuat dari logam, misalnya nikel

-Tanaman, baik serbuk sari, daun, maupun bagian batang

-Lateks, yaitu bahan yang digunakan untuk sarung tangan karet, kondom, dan balon

-Semprotan serangga

-Parfum

-Risiko terkena alergi kulit juga lebih besar jika menderita eksim (eczema) serta bekerja di lingkungan yang sering terpapar bahan alergen, seperti pekerja konstruksi, salon kecantikan, atau layanan kesehatan.

Cara Menangani Alergi Kulit

Untuk mencegah dan menangani alergi kulit yang dialami, berikut ini adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan:

1. Menghindari pemicu alergi

Ini merupakan langkah paling penting dalam mencegah reaksi alergi dan meringankan gejalanya.

Cari tahu pemicu alergi kulit yang Anda alami dan sebisa mungkin hindari bersentuhan secara langsung. Dokter dapat membantu Anda mengidentifikasi pemicu alergi yang diderita.

2. Menggunakan losion kalamin atau krim kortikosteroid

Kedua jenis obat ini berfungsi untuk mengurangi gatal.

Namun, penggunaan losion kalamin dan krim kortikosteroid, seperti hidrokortison atau diflucortolone, sebaiknya dilakukan sesuai petunjuk pemakaian serta mengikuti anjuran dokter.

3. Menjalani imunoterapi

Untuk alergi yang berat atau tidak sepenuhnya hilang dengan pengobatan lain, dokter dapat merekomendasikan imunoterapi alergen.

Pengobatan ini dilakukan dengan cara menyuntikkan ekstrak alergen yang dimurnikan atau mengonsumsi tablet imunoterapi.

4. Menggunakan epinefrin darurat

Bila Anda memiliki riwayat alergi berat, dokter akan memberikan suntikan epinefrin.

Jenis obat ini berfungsi untuk meredakan gejala alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba, sehingga penting untuk dibawa kapan saja dan ke mana saja.

5. Mengenakan pakaian yang longgar dan lembut

Pakaian yang ketat dapat memperburuk ruam pada kulit.

Saat tubuh mengalami gatal-gatal karena alergi kulit, kenakanlah pakaian yang nyaman dan longgar.

6. Mandi dengan air dingin

Cara ini bertujuan untuk mengurangi ruam pada kulit. Setelah mandi, keringkan kulit dengan handuk bersih, kemudian oleskan pelembap.

Hindari mandi atau berendam dengan air panas karena dapat memperparah gejala alergi kulit.

Jika alergi kulit yang Anda alami menimbulkan gejala berat, seperti mual, muntah, sesak napas, serta pembengkakan di bagian tubuh tertentu, segera periksakan diri ke dokter atau kunjungi rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved