Makan Bergizi Gratis
Program MBG Berjalan Buruk, Ini Penjelasan Pakar Gizi UGM, Pengamat INDEF: 4.000 Siswa Keracunan
Program MBG, andalan Presiden Prabowo menuai masalah. Ahli gizi UGM buka suara, menurut pengamat INDEF ada 4.000 siswa keracunan.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Presiden Pravbowo Sbianto memiliki program andalan yakni makan bergizi gratis (MBG).
Program ini sangat dinanti siswa seluruh Indonesia setiap hari, karena tak perlu jajan perut bisa kenyang.
Akan tetapi delapan bulan program MBG ini berjalan, begitu banyak kasus keracunan yang terjadi.
Nyaris tiap hari ada saja siswa yang keracunan setelah menyantap paket MBG.
Terbaru, keracunan MBG menimpa siswa di MTs Islamiyah, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Baca juga: Dinkes Depok Pastikan Puluhan Santri yang Keracunan Bukan karena MBG
Sembilan siswa diduga mengalami keracunan setelah menyantap makanan MBG, Rabu (3/9/2025).
Padahal, sehari sebelumnya, Selasa (2/9/2025), kasus serupa juga terjadi di SMPN 1 Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten.
Sebanyak 27 siswa di sekolah itu diduga keracunan usai menyantap makanan MBG.
Tentu ini pukulan berat buat Prabowo, apalagi anggaran yang diserap untuk program MBG ini tak main-main, yakni Rp 71 triliun pada 2025.
Pada 2026 anggaran MBG pun loncat jadi Rp 335 triliun, dengan begitu 82,9 juta siswa se Indonesia bisa terjangkau.
Baca juga: Pemasok Food Tray untuk MBG Tegaskan Halal, Stainless Steel dengan Pelapis Minyak Nabati
Terkait banyaknya kasus keracunan ini, Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc. menilai, penanganan dan penyediaan makanan MBG belum sepenuhnya siap.
“Maka yang terjadi adalah pelaksanaan yang mengandung risiko tinggi dari sisi penanganan keamanan pangannya,” kata Sri Raharjo kepada Kompas.com, Kamis (4/9/2025).
Menurutnya, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko keamanan pangan MBG hingga menimbulkan keracunan.
Pertama, penyediaan makanan dalam volume atau jumlah yang banyak tak diimbangi dengan fasilitas yang memadai.
Baca juga: Program MBG Berikan Banyak Dampak untuk Warga, Rp 1 triliun Masuk ke Yogyakarta
“Menjadikan pangan dalam volume banyak terutama pangan dari pangan segar diolah menjadi pangan siap saji dan volume banyak itu memerlukan peralatan, memerlukan orang, memerlukan fasilitas yang memadai untuk itu,” jelas dia.
Selanjutnya, penyajian makanan yang dilakukan secara terus menerus meningkatkan gangguan keamanan pangan.
Faktor ketiga, risiko keamanan akan meningkat ketika bahan pangan yang ditangani berisiko tinggi, seperti daging, ikan, telur, maupun susu.
Ia menjelaskan, bahan pangan hewani memang sumber protein yang bermanfaat untuk tubuh.
Namun, mutu pangan hewani atau pangan segar sangat mudah turun hingga tercemar atau terkontaminasi.
“Faktor yang keempat, dikonsumsi oleh ini anak-anak siswa yang katakan kondisi ketahanan tubuhnya itu tidak 100 persen fit,” ujarnya.
Artinya, kalau kondisi kesehatan siswa sedikit terganggu karena keracunan MBG, akan langsung berakibat pada diare, sakit perut, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, setiap insiden keracunan makanan dari program MBG tersebut, tidak dialami oleh 100 persen siswa di lingkungannya.
Menurutnya, ketika siswa mempunyai kondisi kesehatan baik, tubuh akan mampu mengatasi gangguan keamanan pangan tersebut.
Meski demikian, Sri tetap mengapresiasi program MBG yang mempunyai tujuan baik untuk para siswa di Indonesia.
"Tujuan MBG itu memang baik untuk meningkatkan status gizi para siswa," jelas dia.
Menurut Sri, perlu ada investasi di bidang keamanan pangan agar ada keberlanjutan program MBG yang baik.
Salah satunya adalah fasilitas-fasilitas dapur umum untuk mengolah makanan.
"Maka tetap harus bisa dipelihara. Berarti kan juga akan ada biaya untuk pemeliharaan penjagaan, bukan sekali dibangun kemudian selesai " tutur Sri.
Ia juga menekankan pentingnya investasi dalam bidang sumber daya manusia (SDM) yang menangani program tersebut.
Selain itu, perlu ada orang yang mengawasi keamanan dan mutu makanan.
"Itu pun kan juga katakan profesi baru, di unit-unit dapur penyediaan tadi," papar Sri.
Dengan begitu, pemerintah perlu menganggarkan pelatihan dan gaji yang diberikan kepada pengawas keamanan dan mutu makanan.
Selain itu, perlu ada perhatian khusus dari pemerintah daerah dalam menangani kasus keracunan di rumah sakit.
"Risiko keamanan pangannya, gangguannya menjadi makin tinggi, muncul risiko pembebanan biaya rumah sakit yang makin membebani daerah nanti," kata dia.
"Nah, ini kan mestinya juga menjadi concern, jangan sampai investasi keamanan pangannya itu terbatas, kecil, tapi berkonsekuensi nanti biaya penanganan korban di rumah sakit yang makin besar. Ini menjadi tidak balance," tandasnya.
Kepala Pusat Ekonomi dan UMKM Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Izzudin Al Farras, mengatakan berbagai temuan di lapangan mengungkap deretan persoalan serius dari pelaksanaan MBG.
Angka keracunan MBG bahkan belum menggambarkan secara menyeluruh persoalan mendasar lain, yaitu lemahnya perencanaan dan pengawasan dari program MBG di banyak daerah.
“Itu, jadi sudah lebih dari 4.000 korban keracunan makanan dalam 8 bulan pertama pengawasan MBG. Hal ini juga belum mencakup lemahnya perencanaan dan pengawasan program MBG di berbagai daerah di Indonesia,” ujar Farras dalam sesi diskusi yang digelar INDEF secara daring, Kamis (4/9/2025).
Kasus yang mencuat dari pelaksanaan MBG hanya puncak dari gunung es persoalan besar yang menyelimuti program tersebut.
Farras mencatat sejumlah pemberitaan media massa yang menyoroti berbagai temuan di lapangan baik perkara bahan mentah yang dipasok ke SPPG atau dapur umum, kemudian dugaan penggunaan minyak babi pada nampan MBG, hingga praktik markup anggaran yang bahkan diakui oleh Badan Gizi Nasional (BGN).
Belum lagi soal dapur fiktif yang berpotensi menjadi sarang korupsi, serta temuan lain yang jauh lebih memprihatinkan, seperti ulat, hewan-hewan kecil yang masih hidup atau sudah mati dalam makanan, sampai sajian yang sudah basi tetap diberikan kepada anak-anak.
Menurutnya, rangkaian kasus tersebut memperlihatkan lemahnya tata kelola sejak tahap perencanaan hingga pengawasan, baik di pusat maupun daerah.
Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News
Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09
Makan Bergizi Gratis
MBG
pakar gizi UGM
Sri Raharjo
Presiden Prabowo
indef
Izzudin Al Farras
keracunan
Pemasok Food Tray untuk MBG Tegaskan Halal, Stainless Steel dengan Pelapis Minyak Nabati |
![]() |
---|
Murid Madrasah Dapat MBG, Menag Nasaruddin Umar Minta Doakan Presiden Prabowo |
![]() |
---|
Program MBG Berikan Banyak Dampak untuk Warga, Rp 1 triliun Masuk ke Yogyakarta |
![]() |
---|
Ada 20,5 Juta Penerima Manfaat Program MBG, Dadan: Dorong Ekonomi dan Perkuat Ketahanan Keluarga |
![]() |
---|
Kasus Keracunan MBG, Wamenkopolkam Janji akan Kontrol Kualitas Bahan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.