Kisah Inspiratif

Kisah Anfield, Remaja Autis dan Tuna Rungu yang Menginspirasi Lewat Seni

Kisah Anfield, Remaja Berkebutuhan Khusus yang Berkarya Tanpa Batas Lewat Media Sosial. Jadikan Seni Sebagai Bahasa Ekspresi

Penulis: Miftahul Munir | Editor: Dwi Rizki
Istimewa
KISAH INSPIRATIF - Tangkapan layar instagram @anfieldwibowoArt milik Anfield Wibowo (20) penyandang Sindrom Asperger (autisme) dan tunarungu. Remaja asal Ciputat, Tangerang Selatan itu memanfaatkan internet dan media sosial untuk mencari inspirasi dan menyalurkan kreativitasnya dalam bidang seni lukis. 

“Inspirasi bisa dari mana saja. Tapi dia enggak pernah nyontek. Semua versi dia sendiri. Biasanya direnungkan dulu, diolah pakai hati, baru digambar,” bangga Donny. 

Menurutnya, proses kreatif Anfield bisa terjadi secara spontan atau bahkan memakan waktu berhari-hari, tergantung inspirasi yang ia dapatkan.

Lebih lanjut Donny, sepanjang tahun 2025, banyak karya anaknya yang laku terjual melalui pameran di Instagram.

Namun, Donny tidak ingat jumlah pastinya yang terjual usai dipamerkan di sosial media. 

Ia juga tak mau menyebutkan harga dari setiap karya anaknya karena bervariasi tergantung tingkat kompleksitas dalam membuat lukisan.

“Kalau yang nanya di IG ada saja. Tapi saya enggak pernah tentuin harga pasti. Saya tidak mau melacurkan (menjual langsung dengan mencantumkan harga di IG) karya anak saya. Yang penting sepadan dan layak (harganya) untuk karya anak saya,” ujarnya.

Sang ayah berharap, masyarakat semakin terbuka dan menghargai karya anak-anak disabilitas di Indonesia karena memiliki potensi besar untuk menunjang ekonominya. 

Ia yakin, masih banyak anak-anak disabilitas di Indonesia yang memiliki bakat yang dapat membuat bangga orangtua maupun keluarga besar.

Donny selalu menekankan, Anfield adalah anugrah dari tuhan yang begitu luar biasa karena bisa membuat takjub semua orang melalui karya-karyanya.

“Saya cuma ingin orang lihat bahwa anak-anak seperti Anfield itu bisa berkarya, bisa berkontribusi lewat seni. Dunia seni sudah jadi dunianya dia,” tuturnya.

Pengawasan Orangtua

Berbeda dengan Donny, seorang ibu bernama Sri Endang Wahyuni di Jakarta Barat juga memiliki anak penyandang Down syndrome bernama Kayla Dwi Pramesti.

Anaknya kini sudah terbiasa menggunakan gadget setiap pulang sekolah.

Kayla merupakan siswa kelas 1 SMA Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta.

Sri harus tetap mengawasi anaknya saat bermain game maupun tontonan anaknya di ponsel yang terhubung dengan internet.

Sumber: Warta Kota
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved