Waketum KADIN Soroti Peran Pinjaman Daring dalam Menjangkau 132 Juta Warga Tanpa Akses Keuangan

Penetrasi pindar di luar Jawa masih relatif rendah, yaitu 32 persen di pedesaan dibanding 49 persen di wilayah metropolitan. 

Editor: Ichwan Chasani
Istimewa
DISKUSI PANEL - Ketua Umum Bidang Hubungan Luar Negeri KADIN sekaligus Bos AdaKami, Bernardino Moningka Vega (kedua dari kanan) berpose bersama usai diskusi panel yang digelar PT CRIF Lembaga Informasi Keuangan (CLIK) di Jakarta, baru-baru ini. Menurut Bernardino, pinjaman daring atau Pindar menjadi pintu masuk bagi 132 juta penduduk dan 46 juta UMKM yang selama ini belum terlayani oleh layanan keuangan formal. 

WARTAKOTALIVE.COM — Industri pinjaman daring (Pindar) memainkan peran penting dalam mendorong inklusi keuangan di Indonesia. 

Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (KADIN) sekaligus Direktur Utama AdaKami, Bernardino Moningka Vega, mengungkapkan hal itu dalam diskusi panel yang digelar PT CRIF Lembaga Informasi Keuangan (CLIK) di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Bernardino, Pindar menjadi pintu masuk bagi 132 juta penduduk dan 46 juta UMKM yang selama ini belum terlayani oleh layanan keuangan formal. 

“Kemudahan dan kecepatan akses pembiayaan melalui fintech lending atau pindar menjadi solusi bagi masyarakat maupun UMKM yang membutuhkan, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” ungkap Bernardino Moningka Vega.

Kondisi ini sejalan dengan hasil studi terbaru berjudul Financial Inclusion in the Digital Age: New Insights From Indonesia Credit Bureau Data. 

Studi tersebut menunjukkan bahwa banyak peminjam pertama kali mengakses kredit melalui platform fintech. 

Baca juga: Dugaan Korupsi Dana Hibah Pesantren, MAKI Akan Laporkan ke KPK

Baca juga: Kebijakan Kementerian LH Bikin Warga Puncak jadi Pengangguran, Prabowo Diminta Evaluasi Penyegelan

Hal ini menegaskan peran penting Pindar dalam menjangkau kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak tersentuh sistem perbankan tradisional.

Meski demikian, Bernardino menekankan bahwa pertumbuhan industri harus sejalan dengan peningkatan inklusi keuangan di seluruh wilayah Indonesia. 

Penetrasi masih rendah

Ia mencatat penetrasi pindar di luar Jawa masih relatif rendah, yaitu 32 persen di pedesaan dibanding 49 persen di wilayah metropolitan. 

Untuk memperluas jangkauan, beberapa faktor menjadi kunci, termasuk integrasi dengan biro kredit, penetrasi internet dan telepon seluler, regulasi yang kuat, serta kolaborasi antar pihak terkait.

Selain akses yang luas, Bernardino juga menekankan pentingnya pelindungan konsumen. Penyaluran pembiayaan, menurutnya, harus dilakukan sesuai standar yang jelas dan praktik etis. 

“Pertumbuhan industri tidak hanya diukur dari volume transaksi atau profit, tetapi juga dari kenyamanan dan keamanan konsumen,” jelasnya.

Baca juga: Kinerja Pembiayaan dan Pemberdayaan PNM Raih Rating The Best SOE 2025 dari The Asian Post

Baca juga: Daftar Sembilan Atlet Penghuni Baru Klub PB Djarum, Terbaik dari 1.729 Pebulu Tangkis

Ia menambahkan menyadari hal tersebut industri berkomitmen untuk terus meningkatkan standar layanan sesuai regulasi yang berlaku, sehingga pertumbuhan pindar dapat berlangsung berkelanjutan sambil tetap melindungi konsumen. 

Dengan langkah ini, harapannya pindar tidak hanya menjadi solusi pembiayaan cepat, tetapi juga strategi penting dalam memperluas akses keuangan bagi masyarakat dan UMKM di seluruh Indonesia.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp ini

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved