WARTAKOTALIVE.COM-- Warga Amerika Serikat dikejutkan dengan keputusan Presiden Donald Trump yang memerintahkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir Iran sejak Sabtu (21/6/2025).
Kepala eksekutif Gedung Putih itu menyatakan serangan tersebut sebagai langkah tegas untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, dan menyebut kerusakan sebagai “monumental”
Namun, keputusan tersebut memicu gelombang kekhawatiran di kalangan masyarakat Amerika.
Layton Tallwhiteman dari Montana mengenang dengan cemas deja vu Perang Irak 2003, saat AS menyerang atas dalih senjata pemusnah massal yang ternyata tak pernah ditemukan.
“Bush bilang kita harus cari senjata pemusnah massal dan kini Trump bicara hal yang sama,” ujarnya menunjukkan bahwa rakyat AS khawatir sejarah akan terulang, tanpa pelajaran yang diambil
Baca juga: Israel Kirim Serangan Brutal ke 6 Bandara Iran, 15 Pesawat Langsung Hancur
Bukan hanya warga sipil, lembaga institusi dalam negeri pun turun tangan memperingatkan kemungkinan serangan balasan.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengeluarkan peringatan bahwa aktor siber Iran mungkin melancarkan serangan terhadap infrastruktur penting seperti perbankan dan jaringan listrik.
Bahkan sistem air bersih dan pengolahan limbah dilaporkan telah disusupi .
Seperti yang dilansir dari New York Times, publik semakin resah saat analisis menyatakan, meskipun retaliasi Iran di Timur Tengah sudah mungkin, kekuatan mereka untuk menyerang langsung ke wilayah AS masih terbatas .
Gelombang protes besar mewarnai jalanan dari New York hingga Los Angeles. Ratusan demonstran membawa poster “STOP THE WAR ON IRAN” dan menuduh Trump sebagai “war criminal”.
Salah satu demonstran, Dana Cote, memperingatkan bahwa intervensi semacam ini bisa membuka “kotak Pandora” yang sulit ditutup, memicu balasan ekstremis dan korbannya tidak hanya warga Iran, tetapi bisa juga AS.
Baca juga: Presiden Iran Turun ke Jalan, Serukan Perlawanan terhadap AS
Di sisi lain, kelompok kecil pendukung Trump juga hadir dengan membawa bendera Israel dan klakson, menyeimbangkan suara di kerumunan .
Ketidakpastian terhadap latar dan waktu pelaksanaan serangan juga menjadi sorotan.
Di Delaware, Andrew Williams menyatakan keprihatinannya, mengingat sebelumnya banyak tokoh Partai Republik menolak campur tangan AS secara langsung dalam konflik Israel–Iran.
“Kalau Iran memang bangun nuklir, mungkin serangan perlu. Tapi waktunya sangat janggal,” katanya