WARTAKOTALIVE.COM-- Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka meyakini berbagai upaya untuk menjatuhkan nama baik Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, tak akan berhasil.
Sambil mengunggah foto Jokowi, dia menyebut bahwa sosok itu telah mengajar kuat di pikiran rakyat Indonesia
"Tokoh politik dalam gambar ini sulit dijatuhkan karena ia telah mengakar dalam realitas dan pikiran rakyat Indonesia," tulisnya dikutip Warta Kota dari akun X, Senin (19/5/2025).
Dia menyebut, berbagai isu yang diembuskan untuk merusak nama baik Jokowi selama ini, tak pernah mempan
"Maka tak heran jika selama ini segala jenis isu yang datang silih berganti tak mempan," kata dia
Baca juga: Diperiksa Polisi, Kader PSI Dian Sandi Bantah Terima Foto Ijazah Jokowi dari Kaesang
Dedy juga memuji Jokowi sebagai tokoh yang membawa pengaruh politik baru di Indonesia.
"Selain karena pengaruh politiknya yang sudah tertanam kuat, ia juga telah menjadi semacam simbol politik baru," imbuhnya
Penilaian terhadap Jokowi tersebut, menurut Dedy Nur, bukan sekadar asumsi pribadinya saja
Dia mengaku telah mendapatkan informasi akurat mengenai sepak terjang Jokowi
"Ini cerita yang saya kira publik banyak tidak tau dan saya langsung dapat ceritanya bukan dari A 1 tapi jauh melampaui A 1."
"Inilah mengapa sampai saat ini saya sangat tertarik mengikuti perjalanan politik beliau, bagi saya yang di lakukan Jokowi adalah semacam "laku hidup" atau aktivitas hidup yang otentik, ia tidak terpengaruh sama sekali dengan kesilauaan kekuasaan, ia hanya ingin berbagi pengalaman hidup langsung bersama rakyat," katanya
Di sisi lain, dia juga meyakini Jokowi adalah sosok spesial yang sedang menjalankan misi khusus untuk Indonesia
"Atau kalau dalam pendekatan spiritual, beliau ini sedang menjalankan misi khusus untuk Indonesia. Sayang sekali kita seringkali memang buta dalam membaca pergerakan zaman," kata dia
Dedy pun berharap, Jokowi nantinya bisa terpilih jadi ketua umum PSI
"Karena itu, jika kelak beliau benar-benar menjadi Ketua Umum @psi_id maka sebuah gaya berpolitik baru akan lahir dengan penuh semangat: politik blusukan bareng warga," tandasnya
Lebih cocok masuk Golkar
Analis komunikasi politik Hendri Satrio menilai Presiden RI ke-7 Joko Widodo alias Jokowi lebih cocok bergabung dengan Partai Golkar ketimbang Partai Solidaritas Indonesia (PSI), jika ingin melanjutkan kiprahnya di dunia politik.
Menurut pria yang akrab dipanggil Hensat itu, Jokowi sebagai Presiden ke-7 membutuhkan partai yang lebih besar dan matang untuk menjamin kelancaran langkah politiknya ke depan.
"Jokowi memerlukan perahu yang lebih besar, lebih ajek untuk berlayar di perpolitikan Indonesia. Golkar mungkin menjadi perahu yang tepat buat Pak Jokowi," kata Hensat, Sabtu (17/5/2025).
Hensat menyoroti dinamika internal PSI, yang kini menerapkan sistem pemilihan Ketua Umum dengan prinsip “one man, one vote” dan membuka peluang bagi seluruh anggota untuk mencalonkan diri.
Namun, dia berpandangan skeptis, dengan Jokowi akan memanfaatkan peluang ini.
"Walaupun peluangnya besar, menurut saya Pak Jokowi tidak akan ambil kesempatan jadi Ketua Umum PSI," ujar Hensat.
Baca juga: Ungkap Korupsi Pertamina, Hendri Satrio: Politik Harus Jadi Alat Mencari Solusi
Hensat menerangkan, PSI yang dikenal sebagai partai anak muda, tampaknya mulai mengikuti pola partai politik yang lebih mapan.
Dia mencontohkan cepatnya pergantian kepemimpinan di PSI, seperti dari Giring Ganesha, Grace Natalie, kembali ke Giring, hingga kini Kaesang yang baru dua hari menjadi anggota langsung diangkat sebagai Ketua Umum.
"Menariknya, sebagai partai yang citranya partai anak muda, PSI justru mulai mengikuti alur partai yang sudah lebih dulu ada," terang Hensat.
Hensat menyinggung potensi persaingan antara Gibran dan Kaesang dalam kongres PSI.
Dia mempertanyakan apakah pemilihan akan benar-benar demokratis atau justru ditentukan oleh “titah” Jokowi sebagai kepala keluarga.
Baca juga: Perhatiannya Jokowi untuk Warga Bobby Nasution, Mantunya yang kini Jadi Gubernur Sumut
"Apakah tetap kongres atau ditentukan di ranah keluarga? Misalnya, Pak Jokowi bilang, ‘Kaesang, kasih ke Gibran,’ atau ‘Gibran tetap wapres, ini buat Kaesang," terang Hensat.
Hensat menegaskan, jika PSI memang dipersiapkan sebagai kendaraan politik keluarga Jokowi, hal itu sah dalam demokrasi Indonesia.
"Kalau mau protes, bikin partai politik baru," ucap Hensat.
Sementara itu, Gibran, yang kini tidak memiliki partai politik, disebut Hensat membutuhkan partai sebagai pegangan politik.
Hensat menuturkan, PSI bisa menjadi solusi, tetapi Golkar juga bisa menjadi opsi yang lebih kuat bagi Jokowi dan Gibran.
"Nanti internal Golkar bagaimana, ya terserah. Yang jelas, Jokowi dan Gibran butuh partai yang mumpuni," tutur Hensat.
Baca juga: Jokowi dan Kaesang Bakal Bersaing Jadi Ketum PSI, William Bongkar Keinginan Para Kader
Seperti diketahui, PSI telah resmi membuka pendaftaran bakal calon Ketua Umum baru mulai Selasa (13/5/2025).
Adapun proses pendaftaran akan berlangsung hingga 18 Juni 2025 mendatang.
Wakil Ketua Umum PSI Andy Budiman berkata, pendaftaran calon Ketua Umum baru ini bisa diikuti oleh seluruh masyarakat yang memiliki kartu tanda anggota (KTA) PSI.
Andy berharap, Jokowi dan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep dapat mendaftarkan diri.
"Apakah Pak Jokowi akan menjadi calon? Kita doakan. Termasuk juga Mas Kaesang apakah akan mencalonkan diri kembali? Nanti kita tanyakan kepada Mas Kaesang," kata Andy di Kantor DPP PSI, Wahid Hasyim Jakarta Pusat, Selasa (13/5/2025).
Baca juga: Soal Proyeksi Jokowi Jadi Ketum, PDIP Ogah Cawe-cawe Pemilihan Ketua Umum PSI
"Tetapi, kami sebagai pelaksana, sebagai wasit Pemilu Raya ini membuka kesempatan kepada semua kandidat untuk mencalonkan diri," terang Andy.
Andy mengungkapkan, pemilihan calon Ketua Umum PSI ini yang akan dilakukan pemilihan langsung juga terinspirasi dari Jokowi.
"Terus terang Pak Jokowi, kami anggap sebagai mentor sejak lama. Jadi, masukan dari Pak Jokowi ini juga kami anggap sesuatu yang out of the box," ujar Andy.
"Jadi begitu Pak Jokowi bilang bicara tentang partai super terbuka, kemudian dalam beberapa pertemuan juga menyebutkan bahwa memang sebaiknya ketum dipilih secara langsung," tutur Andy.
Komentar Jokowi
Jokowi sendiri masih mempertimbangkan peluangnya untuk bisa terpilih sebagai ketua PSI apabila dia mencalonkan diri
“Ya masih dalam kalkulasi. Jangan sampai kalau nanti misalnya saya ikut, saya kalah,” ungkapnya saat ditemui di Ayam Goreng Kartini, Rabu (14/5/2025).
Diketahui pendaftaran calon ketua umum tersebut mulai dibuka 13-31 Mei 2025.
Sementara itu konsep 'one man one vote' bakal digunakan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) saat melakukan pemilihan ketua umum (ketum) dalam Kongres Nasional pertama mereka di Kota Solo, pada Juli 2025 mendatang.
Jokowi masih ingin mempertimbangkan untuk mendaftar dalam beberapa hari ke depan.
“Belum. Kan masih panjang. Sampai Juni seingat saya masih Juni,” terangnya.
Jika ia maju, maka dimungkinkan akan bersaing dengan putranya sendiri yang merupakan petahana, Kaesang Pangarep.
Namun, ia justru merasa jika maju maka kandidat lain akan mundur teratur.
“Ya nggak tahu (bersaing dengan Kaesang). Kalau saya mendaftar, yang lain tidak mendaftar mungkin,” ungkapnya.
Ia sendiri belum bisa menjelaskan sebesar apa peluangnya menjadi Ketua Umum PSI. Menurutnya, dengan sistem satu orang satu suara memiliki tantangan tersendiri.
“Ya belum tahu (peluangnya seperti apa). Yang saya tahu katanya mau pakai e-voting. One man, one vote. Seluruh anggota diberi hak untuk memilih. Yang sulit di situ,” jelasnya.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.