WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Polisi mengungkap ada 2 pasien yang juga menjadi korban pelecehan seksual Dokter residen Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) Priguna Anugerah Pratama (31) atau PAP selain FH (21), keluarga pasien yang sudah melakukan pelaporan ke Polda Jabar.
Dirkrimum Polda Jabar Kombes Pol Surawan mengatakan ada dua korban lain yang diduga juga menjadi korban aksi bejatan pelaku dokter Priguna Anugerah.
Dua korban ini kata Surawan merupakan pasien rumah sakit. Keduanya, belum melakukan pelaporan resmi ke polisi.
"Jadi yang dua ini masih di rumah sakit (laporannya) belum kita periksa. Keterangan dari rumah sakit. Yang kita tangani baru satu yang sudah melapor," kata Surawan, Rabu (9/5/2024).
Menurut Surawan dipastikan bahwa dua korban lainnya ini bukan keluarga pasien seperti korban FH.
Surawan menjelaskan kedua korban lain ini juga mengalami nasib yang nyaris sama dengan FH.
Baca juga: Dokter PPDS Unpad Pemerkosa Keluarga Pasien Diduga Idap Kelainan Seksual, Sempat Coba Bunuh Diri
"Yang dua ini pasien, bukan (keluarga pasien). Beda cerita. Pelaku sama tapi cerita beda lagi," kata Surawan.
Karenanya Surawan meminta, kepada korban lainnya untuk melakukan laporan resmi ke pihak kepolisian.
"Kami mendorong melapor. Kalau yang satu sih sebelum Lebaran sudah mau kita minta keterangan cuman keburu Lebaran," kata Surawan.
Karenanya menurut Surawan, saat itu pihaknnya masih menunggu kesiapan korban sampai sesudah Lebaran.
"Waktu itu didampingi kuasa hukum juga si korban ini. Kita masih menunggu waktunya untuk datang dia," katanya.
Sebelumnya Surawan mengungkap pelaku terindikasi memiliki kelainan seksual.
Temuan itu berdasarkan pemeriksaan awal penyidik kepolisian terhadap dokter PPDS tersebut.
Buka itu saja, saat aksi bejatnya terbongkar dan hendak dibekuk polisi, PAP sempat mencoba bunuh diri dengan memotong urat nadinya.
Hal itu dikatakan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar Komisaris Besar Polisi Surawan dalam tayangan TV One, Rabu (9/4/2025) malam.
"Dari hasil pemeriksaan beberapa hari ini, ada kecenderungan pelaku ini mengalami kelainan dari segi seksual ya," kata Surawan.
Menurut Surawan, penyidik akan memperkuat temuan tersebut dengan melakukan pemeriksaan terhadap pelaku oleh ahli psikologi atau psikologi forensik.
"Nanti kita akan perkuat dengan pemeriksaan dari psikologi forensik, ahli psikologi untuk tambahan pemeriksaan," katanya.
Dia menjelaskan pelaku merupakan seorang dokter residen anestesi yang diduga memerkosa korban berinisial FH (21) di salah satu ruangan baru yang belum digunakan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Peristiwa tersebut, katanya terjadi saat korban sedang mendampingi ayahnya yang dalam kondisi kritis.
Pelaku meminta korban melakukan transfusi darah sendirian dan tidak ditemani keluarganya di gedung MCHC RSHS Bandung.
"Korban tidak tahu maksud pelaku apa karena saat itu diajak ke ruang baru dengan dalih akan dilakukan tindakan medis," ujarnya.
Dari hasil pemeriksaan, penyidik juga menemukan sisa sperma di tubuh korban serta alat kontrasepsi yang digunakan pelaku.
Saat ini sampel tersebut telah dibekukan dan akan diuji melalui tes DNA untuk memastikan kecocokannya.
"Akan diuji lewat DNA, kan kita harus uji. Dari yang ada di kemaluan korban, kemudian keseluruhan uji DNA pelaku dan juga yang ada di kontrasepsi itu, sesuai DNA sperma pelaku," katanya.
Baca juga: Oknum Dokter Unpad Diduga Lakukan Tindak Pelecehan Seksual terhadap Keluarga Pasien di RSHS Bandung
Surawan menjelaskan dokter PPDS pelaku pemerkosaan itu diringkus pada 23 Maret 2025 di sebuah apartemen di Bandung, lima hari setelah kejadian.
Saat akan ditangkap, pelaku mencoba bunuh diri dengan melukai pergelangan tangannya dan sempat dirawat sebelum akhirnya resmi ditahan.
"Jadi, pelaku, setelah ketahuan, itu sempat berusaha bunuh diri juga. Memotong urat-urat nadi," katanya.
Surawan menjelaskan bahwa tersangka sedang menempuh pendidikan spesialis anestesi sehingga dengan mudah membius korban.
"Jadi, dia sedang mengambil spesialis anestesi," ujarnya.
Terkait kasus ini, Universitas Padjadjaran (Unpad) telah menerima laporan mengenai dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh peserta PPDS tersebut.
Unpad mengecam keras segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual, yang terjadi di lingkungan pelayanan kesehatan dan akademik.
"Kami berkomitmen untuk mengawal proses ini dengan tegas, adil, dan transparan, serta memastikan tindakan yang diperlukan diambil untuk menegakkan keadilan bagi korban dan keluarga serta menciptakan lingkungan yang aman bagi semua," kata Yudi Hidayat, Dekan FK Unpad, melalui siaran pers.
Priguna Bius Korban
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan mengatakan, tersangka meminta korban untuk diambil darah dan membawa korban dari ruang IGD ke gedung MCHC lantai 7 RSHS Bandung pada Tanggal 18 Maret 2025 pada pukul 01.00 WIB.
Setelah sampai di Gedung MCHC tersangka meminta korban untuk mengganti pakaian dengan baju operasi warna hijau.
Lalu korban diminta untuk melepas baju dan celananya.
Baca juga: Dokter Pelaku Pemerkosaan di Bandung Diduga Punya Kelainan Seksual, Ini Kata Polisi
Pada saat itu tersangka memasukan jarum ke bagian tangan kiri dan kanan korban kurang lebih 15 kali.
"Kemudian tersangka menghubungkan jarum tersebut ke selang infus, setelah itu tersangka menyuntikan cairan bening ke selang infus tersebut dan beberapa menit kemudian korban merasakan pusing lalu tidak sadarkan diri," ungkapnya.
"Setelah sadar korban diminta untuk mengganti pakaian kembali. Setelah kembali ke ruang IGD korban baru sadah sadar bahwa pada saat itu sudah pukul 04.00 WIB," tambahnya.
Menyadari ada hal janggal yang dialami korban, korban pun menceritakan kejadian ini kepada ibunya.
"Lalu korban bercerita kepada ibunya bahwa tersangka mengambil darah dengan 15 kali percobaan dan memasukan cairan bening kedalam infus yang membuat korban tidak sadarkan diri dan kemudian saat korban buang air kecil, korban merasakan perih di bagian tertentu," ujarnya.
Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp