WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH - Instansi pendidikan sebagai tempat seseorang menimba ilmu, seharusnya menjadi area ternyaman untuk mereka berekspresi dan mengembangkan kemampuan dirinya.
Namun, ramainya pemberitaan soal bullying hingga kasus-kasus pengakhiran hidup di lingkungan kampus, membuat tempat tersebut seakan tidak sebaik peruntukkannya.
Meskipun, masih banyak pula kampus yang menjadi tempat ternyaman bagi mahasiswanya.
Kasus bunuh diri seorang mahasiswi PDDS Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro beberapa waktu lalu, menjadi salah satu bentuk mencekamnya dunia pendidikan dewasa ini.
Terbaru, mahasiswi Universitas Tarumanegara (Untar) berinisial E (18), mengakhiri hidup saat baru 2 bulan menjadi mahasiswa, Jumat (4/10/2024) lalu.
Terkait fenomena tersebut, pengamat pendidikan sekaligus Koordinator Nasional Pemantau Jaringan Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Martaji menyebut bahwa mahasiswa dewasa ini mengalami stres dan tekanan dalam dirinya.
"Kemudian kampus tidak menjadi tempat yang aman bagi dia. Kampus tidak menjadi rumah yang nyaman buat mereka, justru mereka mendapat judgement (penghakiman), mereka mendapatkan sinisme," kata Ubaid saat dihubungi, Jumat (11/10/2024).
Baca juga: Anies Update Status Linkedln, Hotman Paris Ikut-ikutan Tawari Kerja, Serius atau Cuma Guyonan?
Baca juga: Timnas Indonesia Dicurangi Wasit saat Lawan Bahrain, Ini 8 Aspek Wasit Tetapkan Waktu Tambahan
Dalam situasi seperti itu, lanjut Ubaid, mahasiswa muncul dengan sejumlah ketakutan yang memicunya melakukan hal-hal di luar akal sehat.
Menurutnya, saat ini kampus sudah tidak lagi menjadi komunitas akademik yang intelektual dan terpelajar.
Namun, lambat laun berubah menjadi lingkungan yang toxic dengan beragam kasus di dalamnya.
"Sampai kemudian, ya belum selesai kasus kekerasan yang di sana, pindah ke kampus yang lain, belum selesai kasus perundungan di dunia Fakultas Kedokteran, dan seterusnya. Ini kan membuat publik menjadi terperanga," kata Ubaid.
Ironisnya, lanjut dia, bentuk toxic-nya kampus justru terjadi di ranah yang kental akan nilai-nilai kemanusiaan.
"Seperti Fakultas Kedokteran, itu kan fakultas yang sangat kental dengan nilai-nilai kemanusiaan. Menyelamatkan orang yang sakit, kemudian diusahakan, dia bisa pulih Itu kan nilai-nilai kemahusiaan yang sangat mulia," kata Ubaid.
"Tapi kenapa pendidikannya justru toxic, gitu ya? Ada bullying di situ, ada intimidasi di situ, ada stres di situ. Gimana nanti akan melahirkan dokter-dokter yang punya prinsip kemanusiaan, jika pendidikannya justru menginjak-injak harkat dan martabat manusia," imbuhnya.
Dari fenomena tersebut, Ubaid menyampaikan bahwa ada hal yang harus diperbaiki dari sistem pendidikan di kampus agar mahasiswa tidak tertekan.