Menurut dia, pernikahan dini kedua mantan siswanya tersebut sangat mempengaruhi peristiwa pembunuhan tersebut terjadi.
"Kedewasaan untuk menyikapi persoalan rumah tangga itu kan beda-beda. Apalagi sumber daya manusianya masih rendah, mereka masih anak-anak, masih labil dan tidak menjamin berpikir sehat," kata dia, Kamis.
Safwan melihat apa yang terjadi pada FS dan MR menjadi PR besar pemerintah di Desa Lantan hingga para orangtua untuk serius menyikapi persoalan serupa.
Baca juga: Heboh Wali Kota Tegal Rangkul dan Sentuh Tubuhnya saat Joget di Panggung, Begini Respons Ucie Sucita
Joko Jumadi, Koordinator Relawan Anak NTB yang mengikuti kasus ini, menilai bahwa peristiwa tersebut adalah salah satu dampak pernikahan dini.
"Saya lebih menekankan bahwa ini salah satu dampak dari perkawinan anak yang sering tidak disadari oleh banyak pihak, mereka tidak sanggup menyelesaikan masalah karena (menikah saat) belum dewasa," kata Joko.
Menurutnya pemerintah mulai dari desa sampai pusat, harus menjadikan kasus ini sebagai pelajaran berharga bahwa dampak buruk pernikahan dini bisa berujung kriminalitas hingga kematian.
Baca juga: Cintanya Ditolak dengan Alasan Cacat Fisik, Rizki Bunuh Gadis SMA Pujaannya,Jenazah Dibuang ke Sumur
"Khusus Pemda Kabupaten Lombok Tengah, harus memiliki upaya sistematis mengatasi hal ini, dan mencegah terjadi lagi," kata Joko.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Sedih di Balik Kasus Istri Dibunuh Suami, Ibu Mertua, dan Ipar di Lombok, Korban dan Pelaku Menikah Dini"