Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA PUSAT – Jelang malam pergantian Tahun Baru 2023, area sekitar Sarinah, Jalan MH Thamrin, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, dipadati pengunjung, mulai anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Pantauan Wartakotalive.com di lokasi sekira pukul 21.30 WIB, sebuah panggung berdekorasi nusantara didirikan tepat di depan Sarinah.
Berbagai penampilan pun digelar di panggung tersebut, seperti pertunjukan wayang kulit, tari tradisional, dan pertunjukan musik.
Secara perdana, penampilan dibuka oleh Sanggar Gresek Laras yang membawa cerita tentang 'Hanoman' yang kental dengan budaya Jawa.
Pertunjukkan tersebut dipimpin oleh Dalang Sambowo secara paripurna, bersama seorang sinden dan pemain gamelan jawa.
Baca juga: VIDEO: Gubernur Heru dan Pras Sapa Warga yang Rayakan Tahun Baru Nonton Wayang di Sarinah
Acara itu juga mendapat apresiasi langsung dari Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono saat menyapa masyarakat.
Sementara itu, ada pula penampilan tari kolaborasi yang menggabungkan berbagai kebudayaan, mulai dari Bali, Betawi, dan Jawa Barat.
Mereka merupakan penari binaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Adapun tarian yang dibawakan yakni Pelengongan Mesatya, Bajidor Kahot, dan Lenggang Nyai.
Salah satu penari, Elisabeth (18) menyebut, tarian yang dibawakannya merupakan persembahan khusus untuk merayakan Tahun Baru 2023.
Baca juga: Cici Paramida hingga Berbagai Kesenian Betawi Ditampilkan dalam Perayaan Tahun Baru di Setu Babakan
Selain itu, ia juga berharap, apa yang ditampilkannya dapat menjadi penutup yang baik, elok, memuaskan, dan dapat mempresentasikan budaya Indonesia.
"Senang bisa menarikan tarian di penutup tahun 2022, saya berharap bisa menghibur dan memberikan pertunjukan yang baik," kata Elisabeth saat ditemui di depan Sarinah, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (31/12/2022).
Menurutnya, kehadiran panggung bernuansa Nusantara di depan Sarinah dapat membantu memperkenalkan ikon budaya yang diintegrasikan dengan modernitas.
"Karena sangat jarang kami menemukan budaya di Jakarta Pusat, karena mungkin banyak terpinggirkan," kata Elisabeth.