Hal ini berarti, penduduk miskin di Jateng berkurang 102,57 ribu orang, dari 3,93 juta jiwa menjadi 3,83 juta jiwa.
Kepala BPS Jateng Adhi Wiriana mengatakan, rilis itu merupakan hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2022.
Adapun, metodologi pengukuran menggunakan konsep kebutuhan dasar atau basic needs approach, yang terdiri atas garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan nonmakanan (GKNM).
"Alhamdulillah pada Maret 2022 terjadi penurunan kemiskinan dibanding September 2021. Di Jawa Tengah, penduduk miskin sebanyak 10,93 persen dari total penduduk atau 3,83 juta orang."
"Presentase ini terjadi penurunan 0,32 persen poin (dibanding September 2021) dan turun 0,86 persen poin, dibanding Maret 2021 yang sebesar 11,79 persen,” ujarnya, saat rilis daring, Jumat (15/7/2022).
Tren turunnya jumlah orang miskin di Jawa Tengah, dipandang Adhi sebagai suatu hal positif.
Ini mengingat, selama ini provinsi yang dipimpin duet Ganjar-Yasin, fokus turunkan kemiskinan dengan berbagai program.
Selain program pengentasan kemiskinan, Adhi akui, beberapa faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan di Jateng di antaranya Pandemi Covid-19 yang membaik.
Pertumbuhan ekonomi Jateng Triwulan I 2022 mencapai 5,16 persen (y-to-y).
Adapula faktor konsumsi rumah tangga pada PDRB yang tumbuh 4,30 persen (y-on-y) pada triwulan 1 2022.
Data BPS memaparkan, Pemprov Jateng selalu berupaya menurunkan angka kemiskinan.
Tercatat, pada September 2017 angka kemiskinan sebanyak 12,23 persen (4,20 juta orang), pada September 2018 tercatat 11,19 persen (3,87 juta orang), pada September 2019 sebesar 10,58 persen (3,68 juta orang).
Wabah Covid-19 menyebabkan angka kemiskinan naik di 2020.
Tercatat pada September 2020 jumlah orang miskin 4,12 juta orang atau 11,84 persen.