WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Bung Karno sering mengatakan bahwa yang terpenting bagi sebuah ideologi adalah pro rakyat.
Pancasila merupakan ideologi yang pro pada rakyat, karena digali berdasarkan kondisi dan keprihatinan rakyat.
Demikian Guntur Soekarnoputra menuturkan tentang apa yang disampaikan ayahhandanya.
Baca juga: Dampak Wabah PMK, Dompet Dhuafa Perketat Penerimaan Hewan Kurban, Butuh 39.000 Ekor
Paparan tersebut disampaikan pada peringatan Hari Lahir Pancasila Ke-77 pada 1 juni 2022 yang diselenggarakan DBTI (Dokter Bhinneka Tunggal Ika) bekerja sama dengan GPP (Gerakan Pembumian Pancasila) bertempat di Gedung Kebangkitan Nasional, Jakarta, Rabu (1/6/2022).
Menurut Guntur, pembumian Pancasila harus diartikan sebagai upaya menjadikan Pancasila sebagai way of life dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ditambahkannya, bagi Bung Karno, Pancasila merupakan meja statis dan dinamis.
Sebagai meja statis, merupakan tempat dimana di atasnya terdapat wilayah negara Indonesia.
Baca juga: Saat Hari Lahir Pancasila, Warga Temukan Bayi Perempuan dengan Kondisi Penuh Darah di Tubuhnya
Sedangkan meja dinamis adalah Pancasila sebagai dasar ke mana bangsa dan negara Indonesia menuju yaitu masyarakat sosialis religius yang berketuhanan.
Sedangkan dari segi perwujudan Pancasila, menurut Ganjar Pranowo, Ketua Alumni UGM, pada peringatan tersebut menyampaikan bahwa pembumian Pancasila berarti harus berani dan tidak ragu terhadap kaum radikal yang hendak mengganti Pancasila.
Selain itu, perlu pula disertai contoh teladan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Hariyono, Wakil Ketua BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) mengemukakan bahwa 1 juni 1945 sebagai hari kelahiran Pancasila memiliki bukti historis yang dapat dipertanggung jawabkan.
Namun, 1 juni 1945 tidak dapat dilhat sebagai suatu episode yang terpisah dari perjuangan bangsa dan tidak dapat ditafsirkan secara regimentatif.
Kemudian tanpa memahami sosok Bung Karno kita tidak dapat memahami Pancasila.
Baca juga: Ayu TingTing Mendadak Sakit Saat Tiba di Tanah Suci, Bagaimana Kondisinya Kini?
Namun, Pancasila jangan hanya dilihat hanya dari kelahirannya pada pidato 1 Juni 1945, tapi sebenarnya Bung Karno sudah memikirkannya jauh sebelumnya dan terus berproses sejak masih di Bandung.
Bondan Kanumoyoso, sejarawan dari UI menyampaikan pada kesempatan peringatan tersebut.