Berita Nasional

Ini Ternyata Penyebab Kedelai Impor Naik yang Bikin Pengusaha Tempe Tahu Menjerit

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Ini penyebab kacang kedelai impor yang dipakai pengusaha tempe tahu naik

“Karena dengan harga tinggi pembeli tempe tahu lemah (daya beli),” katanya, Rabu (16/2/2022).

Pedagang tempe tahu menutup lapak dagangannya di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (3/1/2021). Penutupan lapak ini sebagai bentuk proters kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan baku utama tempe dan tahu. (Warta Kota/Junianto Hamonangan)

Aksi mogok produksi dan berjualan yang akan diikuti sekitar 4.500 produsen tempe dan tahu tersebut guna memprotes harga kedelai yang mahal dimana saat ini Rp 11.300 per kilogram.

"Tuntutannya pertama stabilitas harga, kedua turunkan harga," ungkap Sutaryo.

Selain itu mogok produksi kali ini juga sebagai pernyataan produsen tempe dan tahu di Jakarta akan menaikkan harga jual selepas tanggal 23 Februari 2022 untuk menutup ongkos produksi.

Ia memperkirakan nantinya dengan kenaikan dari harga jual, maka harga tempe akan naik dari Rp 5 ribu menjadi Rp 6 ribu per papan. Sementara tahu dari Rp 35 ribu naik menjadi Rp 40 ribu.

"Karena dengan menaikkan harga 20 persen mungkin akan sedikit menaikkan keuntungan," sambung Sutaryo.

Menurut Sutaryo, tiga poin tuntutan tersebut bersifat jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang, pemerintah dituntut supaya mengambil tindakan mencegah dampak kenaikan global.

“Biar pemerintah memikirkan, jangan sampai setiap tahun terjadi terus seperti ini dengan hal yang sama,” katanya.

Pasalnya sejak tahun 2020 hingga saat ini harga kedelai impor terus naik. Pada akhir tahun 2020 harganya Rp 7 ribu per kilogram dan kembali naik jadi Rp 9 ribu per kilogram, pada awal tahun 2021.

Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Pertanian terus mendorong peningkatan produksi kacang kedelai untuk kebutuhan bahan baku pembuatan tempe dan tahu.

Menjadi salah satu upaya Pemprov Banten agar harga kacang kedelai stabil. Saat ini harga kedelai menyentuh angka Rp.10.200 per kilogram. 

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus Tauchid mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan peningkatan produksi kedelai lokal dengan pemberian bantuan benih dan sarana produksi kepada petani seluas 2.050 ha.

Bantuan tersebut bersumber dari anggaran Pemerintah Pusat dan Pemprov Banten.

Selain itu, pembinaan kepada petani secara kontinyu terus dilakukan, khususnya dalam hal penanganan paska panen. 

"Kedelai lokal yang dihasilkan petani Banten memiliki ukuran yang bervariasi sehingga lebih banyak diserap oleh industri tahu," ujar Agus, Kamis (18/3/2021).

Halaman
123

Berita Terkini