Untuk orang yang meninggal tanpa keturunan disebut mate punu.
Untuk orang yang meninggal dunia pada saat tanggungjawabnya masih banyak misalnya anak-anaknya belum kawin disebut mate mangkar
Untuk orang yang meninggal dunia tetapi anaknya sudah ada yang kawin meskipun belum semua, karena masih memiliki anak yang perlu untuk diurus (sisarihononna) disebut sari matua.
Untuk orang yang meninggal dunia tetapi semua anaknya telah menikah dengan adat yang penuh dan sudah mempunyai keturunan ini disebut saur matua.
Dan satu lagi di atas semua itu adalah saur mauli bulung yaitu untuk orang yang meninggal dunia di mana semua anaknya sudah mempunyai cucu.
Dengan kata lain yang meninggal sudah mempunyai cicit atau buyut.
Dalam Batak disebut marnini marnono.
Dan satu kriteria lagi untuk disebut mauli bulung yaitu belum ada keturunannya yang meninggal sebelum orang tua itu meninggal.
Untuk tingkat saur matua dan mauli bulung ini, tidak ada ratap tangis, atau kesedihan, tetapi pesta suka cita.
Karena yang meninggal telah meninggalkan contoh teladan kesempurnaan hidup secara keduniawian.
Meskipun demikian jika ada menangis, diperkenankan untuk luapan emosi sesaat, dan tidak diperkenankan berlama-lama.
Dalam upacara adat kematian untuk saur matua dan mauli bulung, biasanya bisa berlangsung berhari-hari atau sampai sekitar satu minggu, barulah jenazah dimakamkan.
Sedangkan untuk sari matua sendiri, upacara pemakamannya boleh berlangsung selama satu hari saja dan pada hari itu juga atau esoknya jenazah sudah dapat dikebumikan.(m31/bum)