Data BPJS

Pakar Keamanan Siber Indonesia Sebut Pencurian Data BPJS yang Dijual di Raid Forums Benar Terjadi

Editor: Valentino Verry
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI kartu BPJS Kesehatan. Menurut pakar siber Indonesia, pencurian data BPJS dan dijual ke Raid Forums benar terjadi. Ini tentu sangat membahayakan untuk Indonesia.

"Dengan big data kompleks yang tersimpan di server kami, kami memiliki sistem pengamanan data yang ketat dan berlapis sebagai upaya menjamin kerahasiaan data tersebut, termasuk di dalamnya data peserta JKN-KIS," jelas Iqbal.

Lebih lanjut, Iqbal mengatakan bahwa pihaknya secara rutin melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk memberikan perlindungan data yang lebih maksimal.

Dihubungi secara terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate mengatakan sedang melakukan pendalaman atas kasus kebocoran data pribadi tersebut.

"Kementerian Kominfo sedang melakukan pendalaman atas dugaaan kebocoran data tersebut," kata Johnny melalui pesan singkat.

Sementara Juru Bicara Kemenkominfo, Dedy Permadi mengatakan, hingga Kamis (20/5/2021) malam, pukul 20.00 WIB, belum dapat disimpulkan bahwa telah terjadi kebocoran data pribadi dalam jumlah yang masif seperti yang diduga.

"Kesimpulan ini diambil setelah dilakukan beberapa tahap pemeriksaan secara hati-hati terhadap data yang beredar," kata Deddy.

Data yang bocor Di dalam deskripsinya, penjual mengatakan bahwa data tersebut berisi NIK, nomor ponsel, e-mail, alamat, dan gaji.

Data tersebut termasuk data penduduk yang telah meninggal dunia.

Dari data 279 juta orang tersebut, 20 juta di antaranya disebut memuat foto pribadi. Adapun dataset tersebut dijual dengan harga 0,15 bitcoin, atau sekitar Rp 84,4 juta.

Penjual juga menyertakan tiga tautan berisi sampel data yang bisa diunduh secara gratis.

Saat mengunduh dan mencoba data sampel tersebut, KompasTekno mendapati beberapa nomor ponsel teridentifikasi di aplikasi penelusuran nomor Get Contact, dengan nama yang mirip dengan data nama yang ada di sampel.

Beberapa nomor lain juga ditemukan di aplikasi Get Contact, namun dengan nama pemilik yang berbeda dengan data sampel.

Saat menelusuri beberapa nama di Google, sangat mudah untuk menemukan media sosial mereka, yang tidak jarang mencakup identitas alamat lengkap, yang ternyata juga cocok dengan sampel.

Namun, sangat banyak pula data yang tidak cocok dan tidak teridentifikasi, ketika ditelusuri dengan mesin pencarian. Kendati demikian, belum diketahui pasti keabsahan data ini. (Fandi Permana)

Berita Terkini