"Nantinya kita akan evaluasi, apakah dapat digunakan di pelabuhan dan bandara setelah penggunaan GeNose C19 di transportasi KA," kata Adita.
Sementara itu, hal Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo, bahwa pihaknya sebagai operator maskapai mendukung hal tersebut.
Menurutnya, Citilink tentu mendukung penuh apabila implementasi GeNose C19 di transportasi udara diberlakukan sebagai syarat perjalanan.
Juliandra juga menyampaikan, alat screening GeNose C19 ini lebih terjangkau jika dibandingkan dengan Rapid Antigen atau PCR.
Maka dari, Citilink mendukung hal adanya implementasi layanan tersebut.
Ia berpendapat, jika GeNose C19 ini digunakan pada transportasi udara maka akan meringankan biaya yang harus dikeluarkan oleh penumpang pesawat daripada dengan Rapid Antigen atau PCR.
Selain itu, lanjut Juliandra, layanan GeNose C19 juga diperkirakan dapat mendorong kembali keinginan masyarakat untuk melakukan perjalanan udara dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan yang diatur pemerintah.
GeNose sendiri merupakan inovasi baru yang dibuat oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mendeteksi Covid-19.
Alat tersebut akan mempermudah pengecekan Covid-19 untuk calon penumpang transportasi karena penggunaannya sangat mudah hanya melalui hembusan nafas, hasilnya cepat dan akurasinya diklaim mencapai 90 persen.
Harga GeNose juga relatif murah, tiap pengguna alat deteksi ini hanya perlu membayar kisaran Rp 20.000. (Hari Darmawan)