WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pandemi virus corona atau covid-19 yang berdampak langsung terhadap anjloknya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif nasional, khususnya Bali.
Lebih dari 80 persen masyarakat Bali yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini pun berduka.
Mereka kehilangan pendapatan lantaran tertutupnya akses hingga langkanya wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata.
Keprihatinan tersebut disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno dalam webminar bertajuk 'Merajut Tali Gagasan Bali Kembali dan Kebijakan Pemerintah Terhadap Keberlangsungan Pariwisata di Bali 2021' pada Sabtu (23/1/2021).
Baca juga: Prediksi Manchester United vs Liverpool di Putaran 4 Piala FA, Juegen Klopp Anggap Sebagai Perang
Diskusi virtual itu turut dihadiri Gubernur Bali, I Wayan Koster; Kepala Pusat Pengkajian Ekowisata Universitas Warmadewa, Prof Dr Aron Meko Mbete; serta Tokoh Perempuan dan Pemerhati UMKM, Niluh Putu Ary Pertami Djelantik.
Selain itu, sejumlah perwakilan Vox Point Indonesia, antara lain Yohanes Handoko Budhisedjati selaku Ketua Umum Vox Point Indonesia dan Yoseph Gede Sutmasa selaku Ketua DPD Vox Point Indonesia Bali.
Dalam kesempatan tersebut, Sandi menyampaikan keinginannya untuk berkantor di Bali.
Tidak hanya bersifat kunjungan, berkantor yang diusulkannya itu dilakukan secara rutin setiap bulan.
"Berkantor di Bali paling tidak sebulan sekali beberapa hari, ini berkantor bener ya, bukan berkunjung, tapi berkantor," ungkap Sandi dalam webminar pada Sabtu (23/1/2021).
"Kalau saya berkantor di Bali itu paling tidak ada geliat yang dirasakan, dari segi perhatian, tambahan policy, kemampuan saya menyampaikan juga kepada Presiden dan Wakil Presiden dan lain sebagainya," jelasnya.
Baca juga: VIDEO Diancam Akan Diserang, Fans Minta Jisoo BLACKPINK Dilindungi
Inisiatif tersebut katanya tengah dikaji secara komprehensif jajarannya saat ini.
Berkantor di Bali katanya sangat perlu, karena dirinya masih mengadopsi prinsipnya, yakni percaya apabila melihat, mendengar dan merasakan langsung.
"Ini kita sedang coba finalkan, agar perhatian ini, 'seeing is believing'. Kalau cuma ngomong-ngomong dari Jakarta-nggak ada di Bali, pasti nggak akan punya credibility," jelas Sandi.
Berkantor di Bali katanya juga dapat membuka ruang diskusi antara dirinya dengan pelaku usaha ataupun pemerhati sosial seperti Niluh Putu Ary Pertami Djelantik atau Mbok Niluh.
Kehadirannya di Bali pun diungkapkan Sandi dapat menepis istilah ABS atau 'Asal Bapak Senang', namun fakta sebenarnya berbanding terbalik dengan laporan yang didapatkannya.
Baca juga: Banksasuci Desak Pemkab Tangerang Tutup TPS Liar dan Lapak Pembakaran Limbah Ban
"Saya bisa diundang jalan-jalan sama Mbok Niluh, kalau saya di Jakarta pasti susah. Tapi kalau saya berkantor di Bali, Mbok Niluh tinggal dateng ke kantor saya atau saya dateng ke tempat Mbok Niluh, terus kita jalan-jalan, kita lihat," ungkap Sandi. .
"Saya sangat menikmati kalau kita langsung mendengar tanpa ada laporan dari staf Kementerian Pariwisata yang 'asal bapak senang'. Saya pengalaman di pemerintahan, kadang-kadang laporan itu 'bagus pak-bagus pak', 'gini-gini', tapi begitu saya tanya ternyata nggak seperti itu," jelasnya.
Walau begitu, Sandi tidak ingin mengambil keputusan Sepihak.
Dirinya berharap ada masukan dari seluruh stake holder terkait gagasannya untuk berkantor di Bali.
"Nah ini inisiatif seperti ini (berkantor di daerah) sedang kita jalankan, justru ada 10-15 menit waktu saya, tapi saya ingin mendengar sih masukan yang lain untuk menyemangati kita," ungkap Sandi mengakhiri pengantarnya dengan pantun.
"Pergi ke toko membeli roti, belinya di toko Mbok Niluh. Semua insan manusia ingin ke Bali, mari kita pulihkan pariwisata secara menyeluruh," ujar Sandi berpantun.
"Beli kopi rasa robusta, makan berdua di Pantai Kuta. Yuk kita jaga kesehatan kita, mari berpariwisata dengan prokes ketat kita jalankan," tutupnya.