Selain mengajar membaca Alquran, keduanya juga turut berjuang merebut kemerdakaan Indonesia dari tangan penjajah Belanda.
Kegiatannya mengajak anak-anak mengaji dan berdakwah di Depok menjadi perhatian penjajah Belanda.
Meski diburu penjajah Belanda, Ustad Rinin dan KH Muhammad tak takut.
Keduanya tetap gigih menyebarkan agama Islam dan mengajak masyarakat Depok dan Jakarta untuk berperang melawan Belanda.
"Kedua kakek saya itu berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Mereka berjuang demi anak cucu untuk merasakan kemerdekaan," tutur Pradi Supriatna.
Gugur Ditembak Belanda Saat Salat
Ustad Rinin dan KH Muhammad menjadi incaran Belanda lantaran mengajak masyarakat Depok dan Jakarta melawan penjajah Belanda.
Sebab itu, gerak-gerik keduanya selalu diawasi.
Suatu ketika keberadaan Ustad Rinin dan KH Muhammad diketahui Belanda.
Kala itu mereka berdua tengah salat di surau di pinggir Sungai Ciliwung, Sukmajaya, Depok.
Tak ayal, penjajah Belanda tersebut memberondongkan peluru dari senapan laras panjang.
Baca juga: Tokoh Masyarakat Depok Sarmili Ajak Warga Depok yang Ingin Perubahan Depok ke TPS di Pilkada Depok
Ustad Rinin dan KH Muhammad yang tengah salat tak bisa menghindar.
Mereka pun gugur secara sahid.
"Beliau meninggal diujung senapan tentara Belanda. Saat itu, Ustad Rinin dan KH Muhammad sedang salat.
Ustad Rinin punya anak namanya H Kimang. H Kimang adalah bapak saya," tutur Pradi.
Pradi menyatakan bahwa penjajah Belanda kemudian membawa jenazah kakeknya tersebut ke wilayah Bekasi dekat perbatasan dengan Karawang.
"Makam kakek saya sempat dikunjungi almarhumah nenek. Saat ini belum diketahui keberadaan makamnya. tapi sedang ditelusuri," kata Pradi.