Selain itu, istilah ‘Dewi Sri’ yang sering kita anggap sebagai mitos ternyata sangat dipegang teguh oleh Masyarakat Ciptagelar.
Menurut mereka Dewi yang artinya dua dan Sri atau Seri yang berarti seimbang bermakna bahwa kehidupan manusia dengan padi sebagai pangan saling berhubungan dalam pemberi hidup sehingga mereka berkeyakinan untuk tidak menjual beras atau padi.
Akses Teknologi Dan Informasi
Akses teknologi dan informasi di kampung ini telah menggunakan listrik dengan tenaga mikrohidro dan bahkan telah tersedia jaringan wifi 5G, saluran televisi yaitu CIGA TV, dan saluran Radio Swara Ciptagelar.
Melalui saluran radio dan televisi tersebut selain memberi hiburan kepada masyarakat Ciptagelar, juga memberikan informasi dan sebagai media edukasi.
Namun jika melihat dari tradisi yang ada di Kampung Ciptagelar, proses bertanam padi mereka tidak menggunakan alat dan teknologi seperti rice cooker, traktor, dan penggiling padi karena dalam proses menanam hingga pemanenan masyarakat ciptagelar memiliki rangkaian tersendiri yaitu mulai dari ngaseuk, mipit, nganyaran, seren taun, dan lain sebagainya.
Sarana Pendidikan
Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, membuat Masyarakat Ciptagelar memfasilitasi siapa yang ingin mempelajari dan mengembangkan teknologi yaitu dengan dibangunnya IT-Center dan diadakannya Rural ICT Camp bahkan orang dari luar kampung juga dibolehkan untuk ikut belajar.
Selain itu, terdapat juga Sekolah Dasar Negeri Ciptagelar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas Terpadu untuk mempersiapkan pendidikan anak–anak dan generasi muda Kampung Ciptagelar.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan menurut survei tim The 6th Connection 2020 IPB University, di Kasepuhan ini sudah ada kegiatan posyandu.
Nah hal yang menarik dalam pelayanan kesehatan di Kampung Ciptagelar ini yaitu adanya dukun yang berperan sebagai dokter dan bidan.
Menurut perkataan Kang Yoyo, semua orang adalah dukun dan dukun itu mampu melihat penyakit karena keturunan ataupun kiriman,
“Jadi Kang Yoyo itu dukun juga” Ungkap Utik, salah satu tim dari The 6th Connection 2020 IPB University.
Wah, menarik sekali bukan tentang keterkaitan tradisi leluhur dan persiapan kehidupan dengan pandemi Covid-19 masyarakat Kampung Kasepuhan Ciptagelar ini, dan satu lagi yang membuat kita terkagum pada Kampung Kasepuhan Ciptagelar ini yaitu kutipan yang berbunyi
“urang kudu bisa ngigelan jaman, tapi ulah kabawa ku jaman” yang artinya kita harus mengetahui perkembangan zaman tapi jangan terbawa arus oleh zaman itu.
Berita ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Mengintip Uniknya Kampung Kasepuhan Ciptagelar Bogor Menghadapi Kemajuan Zaman di Masa Pandemi Penulis: Vivi Febrianti