Aristi juga menekankan perlunya menjaga hidrasi tubuh.
“Tidak perlu menunggu haus baru minum. Tiap 30 menit bisa mengisi hidrasi tubuh dengan minum atau asupan lainnya,” tutur dokter yang juga mengelola Bianglala Adventure, penyedia jasa travelling, khususnya bersepeda jarak jauh.
Untuk menghadapi medan jalanan yang bervariasi, kata Aristi, ada baiknya anak-anak juga dilatih fisiknya diluar bersepeda.
Latihan ini untuk memperkuat otot-otot punggung dan sekitar panggulnya.
Hal itu diperlukan saat ia harus menghadapi medan berat seperti tanjakan panjang dan terjal.
Mengenai perjalanan Denali, ia memberi masukan untuk lebih memperhatikan posisi tubuh terhadap sepeda.
“Sadelnya agak ketinggian, terlhat dari kakinya yang lurus dan bokong bergerak kiri-kanan, terutama saat nge-push di tanjakan. Mungkin sudah terbiasa begitu, tapi sebaiknya jangan dibiasakan, sebab posisi fitting yang baik itu kaki agak bengkok (20 derajat) saat pedal di titik terbawah, bahkan saat menanjak,” tuturnya.
Mengapa tidak?
Di Indonesia, kegiatan bersepeda jarak jauh berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir.
Banyak individu maupun kelompok menempuh perjalanan jarak jauh bersepeda dengan beragam tujuan maupun misi.
Namun, bagaimana dengan anak-anak?
Apakah kondisi mereka dengan tubuh yang masih berkembang sudah memadai untuk bersepeda jarak jauh?
Apakah kondisi jalan raya di Indonesia pada umumnya ramah terhadap pesepeda, apalagi anak-anak?
Apakah anak-anak sudah siap menghadapi perjalanan panjang bersepeda dengan berbagai risiko yang mungkin terjadi di jalanan?
Bagaimana sebaiknya mempersiapkan anak-anak untuk bersepeda jarak jauh?