SEBELUMNYA penolakan warga terhadap pembangunan pusat kuliner di Jalan Pluit Karang Indah Timur, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, mendapatkan respon dari PT Jakarta Propertindo atau Jakpro selaku pemilik lahan.
Direktur Utama PT Jakarta Utilitas Propertindo, Ario Pramadhi, mengatakan, bakal menghentikan sementara seluruh pekerjaan proyek.
Selain itu juga akan menunggu perubahan rencana umum tata ruang (RUTR) terkait pembangunan.
"Jadi kami ikuti semuanya, ditutup sementara dulu, sampai dengan perizinannya itu sesuai dengan yang mereka inginkan juga. Karena tadi akan ada perubahan RUTR tadi," kata Ario, Rabu (12/12/2018).
Selain itu pihaknya juga akan menampung semua keluhan dan masukan dari warga RW 12, 14, dan 15 Pluit yang menginginkan ruang terbuka hijau (RTH) ketimbang pusat kuliner di lahan itu.
"Permintaan warga tidak ada bangunan kuliner tapi mau RPTRA dan semacamnya, kami bisa mengombinasikan itu semua. Kami bisa cari solusi. Kepentingan warga kami penuhi," katanya.
Sebagai orang baru, Ario mengaku tidak mengetahui secara detail perihal adanya perubahan rencana pemanfaatan lahan dari RTH menjadi pusat kuliner.
Sehingga selama proyek dihentikan sementara akan dilakukan pengkajian.
"Saya harus lihat lagi, saya pikir kalau sudah dikeluarkan begitu, itu resmi, apapun itu namanya, seperti apa prosedurnya. Ya kami ikuti itu," katanya.
Warga Pluit Khawatir Pusat Kuliner Bakal Bikin Lingkungan Kumuh
Pembangunan pusat kuliner di Jalan Pluit Karang Indah Timur, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, mendapat penolakan dari warga sekitar.
Mereka khawatir pusat kuliner di atas lahan PT Jakarta Propertindo tersebut akan menimbulkan kekumuhan baru.
Seorang warga RW 12 Pluit, Anton Mustika mengatakan, dia menolak pembangunan pusat kuliner karena khawatir bakal berdampak negatif.
Menurut Anton, dia dan warga lainnya khawatir lingkungan di RW 12, 14, dan 15 Pluit menjadi kotor dan kumuh.
“Kuliner itu pasti otomatis pertama kotor. Kedua di jalur hijau, di bawah sutet. Dan dulu ini bekas tempat kumuh, mau dijadikan ruang terbuka hijau," kata Anton, Rabu (12/12/2018).
"Ternyata sekarang berfungsi kembali, kumuh lagi. Kita warga jelas tidak setuju,” katanya lagi.