Sementara Faisyal menyebut, level Rp 18.000 per dolar AS baru mungkin terjadi ketika kondisi sudah memburuk.
Ia mencontohkan ketika stimulus global sudah tidak lagi dikucurkan ataupun ketika pemerintah Indonesia menetapkan darurat sipil
"Tapi saat ini kan kasus di China sudah mulai mereda, sementara Italia dan Spanyol juga sudah mulai berhasil menekan laju eksponensial persebaran corona."
"Sehingga ini juga bisa menjadi sentimen positif yang menunjukkan pandemi ini bisa segera berlalu," pungkas Faisyal