PEMBUNUHAN yang dialami oleh Jamal Khashoggi dinilai sangat brutal dan mempertontonkan kesewenangan-wenangan yang dilakukan sejumlah oknum Arab Saudi memasuki babak keadilan.
Diungkap bahwa para eksekutor yang telah melakukan tindakan pembunuhan tersebut telah ditangkap dan dihukum setimpal.
Peristiwa penegakan hukum itu tidak membuat sejumlah kalangan merasa puas.
Soalnya, diduga para pelaku hanya sekadar menjalankan tugas yang dibebankan kepada mereka untuk membawa sosok Jamal Khashoggi kembali ke Arab Saudi.
Mereka tidak membawa Jamal Khashoggi dalam keadaan hidup untuk diadili di Arab Saudi.
Konflik antara Jamal Khashoggi dengan Arab Saudi terjadi setelah Jamal Khashoggi dijatuhi vonis bersalah oleh otoritas Arab Saudi.
Soalnya, Jamal Khashoggi dianggap memanfaatkan penilaian sepihak rerhadap Arab Saudi dalam kegiatannya untuk menjelek-jelekkan negara tersebut di kancah internasional yang diketahui terjadi semata-mata karena Jamal Khashoggi pernah bekerja di Istana Kerajaan Saudi Arabia (KSA).
• Bocah 5 Tahun Tewas Dimasukkan di Kandang Kucing Disiksa Pakai Sendok Panas dan Disiram Air Panas
KSA dikenal sebagai negara tertutup dan memberlakukan sistem kerajaan yang tabu dibawa sampai keluar untuk dipergunjingkan.
Situasi itu membuat KSA marah besar dan memerintahkan pemburuan Jamal Khashoggi untuk diadili di Arab Saudi.
Diduga, eksekusi dilakukan karena para petugas meyakini, mereka tidak akan mungkin bisa membawa Jamal Khashoggi dalam keadaan hidup dari Turki kembali ke Arab Saudi.
Bahkan, sekadar membawa mayatnya pun tidak mungkin dilakukan.
Soalnya mereka mustahil membawa mayat Jamal Khashoggi untuk keluar dari Turki apalagi tubuhnya terlalu gemuk untuk bisa tidak terlihat.
• Kronologi Rangkaian Derita Bocah 5 Tahun Tewas Dimasukkan Paksa di Kandang Kucing Terungkap
Sementara itu, sebagaimana dikutip Warta Kota dari Daily Mail, Arab Saudi menjatuhkan hukuman mati terhadap lima orang atas pembunuhan Khashoggi - tetapi pembantu utama Putra Mahkota Mohammed bin Salman tidak ikut didakwa.
Kelima orang yang dijatuhi hukuman mati 'terlibat langsung dalam pembunuhan', demikian klaim yang disampaikan sumber kerajaan tersebut.
Tiga pria lainnya dipenjara karena kematian Khashoggi di Istanbul.
Sedangkan Saud al-Qahtani, seorang pembantu pangeran Mohammed bin Salman, tidak didakwa dalam peristiwa yang sangat menunjukkan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan tersebut.
Sejumlah lima orang telah dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada Oktober 2018, Arab Saudi mengumumkan vonis itu, hari ini.
Kelima pria itu diketahui 'secara langsung ambil bagian dalam pembunuhan' di konsulat Saudi di Istanbul, kata jaksa penuntut umum kerajaan itu.
Hukuman yang dijatuhkan tersebut lebih karena mereka dinilai ceroboh untuk menerjemahkan perintah mengembalikan Jamal Khashoggi ke Arab Saudi untuk diadili sebelum dijatuhi hukuman mati.
KSA merupakan sebuah negara yang memang sering menghabisi siapa saja yang bersalah dengan hukuman mati.
• Manajer RCM Mengungkap Kalau Ahmad Dhani Kemungkinan Besar akan Ikut Tur Konser Dewa 19 di Januari
Persidangan diadakan dalam kerahasiaan dan tertutup, maka vonis hukuman, hari ini, memicu terjadinya klaim langsung untuk tujuan menutup-nutupi dengan tujuan untuk melindungi sang pangeran, yang menyangkal keterlibatan dalam pembunuhan tersebut.
Sementara itu, penyelidik PBB, Agnes Callamard, yang menulis laporan yang menguraikan 'bukti yang dapat dipercaya' tentang keterlibatan Pangeran Mohammed, hari ini, menyebut penyelidikan Saudi sebagai 'parodi'.
"Proses investigasi, penuntutan, dan keadilan berlanjut," tulis Callamard di Twitter, hari ini.
Sedangkan Christophe Deloire dari Reporters Without Borders mengatakan:
"Ketika orang Saudi menjatuhkan hukuman lima mati atas pembunuhan Khashoggi, kami khawatir itu adalah cara untuk membungkam mereka selamanya dan untuk menyembunyikan kebenaran."
“Kami tidak dapat menganggap hukuman mati membantu mewujudkan keadilan. Kami masih mengharapkan akuntansi penuh."
Solidaritas diketahui terjadi dari kalangan jurnalis di seantero dunia karena menilai perbuatan Arab Saudi sebagai tindakan yang melawan kebebasan berekspresi, kebebasan pers, dan penyalahgunaan kekuasaan.
Juru bicara penuntut Saudi, Shalaan al-Shalaan mengklaim bahwa 'penyelidikan menunjukkan bahwa pembunuhan itu tidak direncanakan.
"Keputusan diambil secara mendadak."
Dia mengungkapkan klaim bahwa ketika para pembunuh melihat bahwa mustahil untuk memindahkan Jamal Khashoggi ke tempat yang aman untuk melanjutkan negosiasi, tapi mereka malah memutuskan untuk membunuhnya.
"Telah disepakati, dalam konsultasi antara kepala tim perunding dan para pelaku, untuk membunuh Jamal Khashoggi di dalam konsulat," kata Shalaan, dalam menanggapi pertanyaan dari wartawan.
Menurut TV pemerintah, penyelidikan oleh jaksa agung Saudi menemukan bukti yang tidak cukup terhadap al-Qahtani dan dia tidak didakwa.
Namun, al-Qahtani telah dikenai sanksi di Amerika Serikat (AS) atas dugaan perannya dalam operasi tersebut.
Washington menuduh bahwa al-Qahtani adalah bagian dari perencanaan dan pelaksanaan operasi' untuk membunuh Khashoggi.
Qahtani belum muncul di publik sejak pembunuhan Jamal Khashoggi dan keberadaannya, saat ini, tidak diketahui.
• Rusia Siap Menutup Internet Mulai 23 Desember dengan Meluncurkan Infrastruktur Internetnya Sendiri
Konsul jenderal Saudi di Istanbul pada waktu itu, Mohammed al-Otaibi, dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan dari penjara.
Wakil kepala intelijen Ahmed al-Asiri juga dibebaskan karena tidak cukup bukti.
"Pengadilan mengeluarkan hukuman mati pada lima pria yang secara langsung mengambil bagian dalam pembunuhan itu," kata jaksa penuntut dalam sebuah pernyataan.
Tiga pria lainnya dipenjara selama 24 tahun gabungan 'karena peran mereka dalam menutupi kejahatan ini dan melanggar hukum', kerajaan mengumumkan, sementara tiga dari 11 orang yang diadili dinyatakan tidak bersalah.
Nama-nama para tersangka tidak diumumkan, tetapi diyakini, di dalamnya termasuk agen intelijen adalah Maher Mutreb yang sering bepergian dengan putra mahkota dalam perjalanan ke luar negeri.
Sedangkan pakar forensik Salah al-Tubaigy dan Fahad al-Balawi, anggota penjaga kerajaan Saudi, juga dikatakan termasuk di antara para tersangka.
Persidangan dilakukan dalam kerahasiaan yang hampir total sepenuhnya tertutup dari pengetahuan umum, meskipun beberapa diplomat serta anggota keluarga Jamal Khashoggi diizinkan masuk.
Sembilan sesi diadakan di pengadilan pidana di Riyadh.
Kantor jaksa agung mengatakan, hari ini, pihaknya sedang memeriksa vonis untuk melihat apakah akan maju di pengadilan banding.
Jamal Khashoggi adalah seorang penulis Washington Post yang mengeritik keluarga kerajaan Saudi, terakhir terlihat pada 2 Oktober, tahun lalu, memasuki konsulat di Istanbul untuk mengumpulkan dokumen untuk pernikahan yang direncanakannya.
Sebuah rekaman audio tentang saat-saat terakhir Jamal Khashoggi, yang telah didengar oleh para penyelidik PBB, tampaknya mengungkapkan bagaimana seorang yang diduga 'pasukan pembunuh' Saudi menghukum Jamal Khashoggi yang tewas di tengah 'suara perjuangan'.
Jenazahnya tidak pernah ditemukan, tetapi diyakini bahwa pembunuh Jamal Khashoggi memotong-motong tubuhnya dan mengeluarkannya dari konsulat.
Riyadh menawarkan berbagai penjelasan untuk hilangnya Jamal Khashoggi, yang membantu memicu kecurigaan bahwa sang pangeran berada di balik operasi itu.
Arab Saudi awalnya menyangkal mengetahui apa yang terjadi, bersikeras selama berminggu-minggu bahwa Jamal Khashoggi telah berjalan keluar dari konsulat dalam kondisi hidup.
Setelah akhirnya mengakui bahwa ia telah meninggal di gedung itu, para pejabat Arab Saudi kemudian mengklaim bahwa ia telah meninggal secara tidak sengaja selama perkelahian.
Mengubah taktik lagi, Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa jurnalis itu dibunuh, mendakwa 11 orang tetapi membantah bahwa sang pangeran telah terlibat.
Al-Qahtani dan penasihat kerajaan lainnya dipecat oleh Raja Salman saat Riyadh berusaha menjauhkan diri dari kematian Jamal Khashoggi.
Namun, sebuah laporan PBB yang diterbitkan pada bulan Juni mengatakan ada 'bukti kredibel' yang menghubungkan putra mahkota dengan pembunuhan itu.
Dalam laporan setebal 99 halaman, penyelidik khusus PBB Agnes Callamard mengatakan, para ahli merasa 'tidak terbayangkan' bahwa misi 15 orang yang canggih untuk membunuh Jamal Khashoggi dapat terjadi tanpa sepengetahuan Pangeran Mohammed bin Salman.
Dua dari dugaan regu pembunuh telah menggunakan paspor diplomatik dan bahwa pertemuan di konsulat 'hanya mungkin karena kepura-puraan pelayanan pemerintah', katanya.
"Pangeran Mohammed bin Salman telah mengizinkan tindakan keras terhadap wartawan dan lawan rezim di masa lalu," katanya.
Di atas semua itu, dia mengatakan para pejabat Arab Saudi 'beberapa langkah tampaknya dirancang untuk menghancurkan bukti' setelah kematian Jamal Khashoggi.
Callamard juga memperingatkan bahwa pencarian keadilan tidak boleh diserahkan pada sistem peradilan Arab Saudi, yang 'sangat rentan terhadap campur tangan politik.'
Dalam sebuah wawancara pada bulan September, tahun ini, Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan, dia mengambil 'tanggung jawab penuh' atas kematian Jamal Khashoggi, tetapi membantah bahwa dia memerintahkan pembunuhan itu.
Pembunuhan itu merenggangkan hubungan Arab Saudi dengan Barat dan menyebabkan beberapa permintaan bagi Eropa dan AS untuk memangkas ekspor senjata ke kerajaan Teluk.
Tetapi Donald Trump - yang menyebut penjelasan Arab Saudi itu kredibel - dan pemimpin Prancis Emmanuel Macron sama-sama menolak gagasan untuk membatalkan perjanjian senjata yang telah disepakati.