BILA ada kemauan dan tekad yang kuat, siapa saja bisa menjadi pengusaha sukses.
Seperti kisah pasangan suami istri ini yang mengandalkan uang amplop kondangan pernikahannya sebagai modal membuka usaha.
Meski awalnya sempat merugi, siapa sangka Sally Giovanny dan suaminya Ibnu Riyanto kini sukses menjadi pengusaha batik dengan omzet ratusan juta rupiah.
Sally merupakan pemiliki brand batik Trusmi yang telah berdiri sejak 2006 yang telah memiliki 9 showroom batik di seluruh Indonesia.
Usaha sukses dengan omset ratusan juta ini bermula dari Sally dan suaminya yang pada tahun 2006 baru saja menikah.
Karena tak memiliki pengalaman kerja, mereka memutuskan untuk berwirausaha yang bermula dari uang amplop pemberian tamu undangan pernikahannya.
Dilansir dari Tribun Jabar, Pasangan ini mendapatkan modal sebesar Rp37 juta, mereka kemudian membeli kain mori dan putih pilis untuk membuat batik yang kemudian mereka jual dengan keuntungan hanya Rp 8 ribu per lembar kain.
"Sejak menikah kami memang langsung memutuskan membuka usaha batik.
• Angkasa Pura Buka Lowongan Kerja Untuk Lulusan SMA 2019, Gaji Rp 5 Juta, Biaya Kesehatan Ditanggung
• Angkasa Pura Buka Lowongan Besar-Besaran Untuk Lulusan SMA, Syaratnya Mudah, Ayo Daftar!
• Perlakuan Nikita Mirzani ke Driver Ojol Disorot, Bandingkan Saat Nyinyiri Ahmad Dhani & Syahrini
• Tak Disangka, Syahrini Ternyata Selalu Ingin Jenis Makanan Ini Selalu Ada di Private Jetnya
• Polisi Telusuri Percakapan Dr Wahyu Jayadi dan Siti Zulaeha Sebelum Tewas Dibunuh, ke Operator
Kebetulan modalnya diperoleh dari amplop saat nikahan, ya sekitar Rp 37 juta," ujar perempuan 30 tahun itu.
Namun, kebanyakan yang terjual adalah kain mori untuk kafan sehingga ia tak mendapatkan keuntungan.
Mulanya ia cukup ragu berwirausaha, karena tak memiliki latar belakang pendidikan di bidang bisnis.
"Kami memang tidak memiliki latar belakang bisnis atau sekolah bisnis.
Saya dan suami sama-sama lulusan SMA dan kami menikah muda. Tapi orang tua kami sama-sama pebisnis sehingga kami belajar dari mereka," kata Sally.
Lima bulan mengalami kerugian, atas saran mertuanya ia kemudian membuat batik dari kain sisa penjualannya.
Sisa modal usaha yang masih ada 12 juta kemudian ia serahkan pada perajin batik kecil di daerah tempat tinggalnya, Trusmi.