KETUA Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Ekonomi Lukmanul Hakim, menanggapi puisi Neno Warisman yang mengutip potongan doa Rasulullah saat perang Badar, dalam Munajat 212 yang digelar pada Kamis pekan lalu.
Menurut Lukmanul Hakim, dirinya harus meminta klarifikasi terlebih dahulu dari Neno Warisman, untuk menentukan sikap sebagai ketua MUI.
Hal tersebut ia nyatakan saat jumpa pers di sebuah hotel, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (24/2/2019).
• Ini Isi Puisi Lengkap Neno Warisman di Malam Munajat 212 yang Dinilai Kampanye Terselubung
"Jadi misalkan kalau disebut ada perang mungkin perang strategi, strategi menarik minat konstituen kan gitu. Kalau Perang Badar kan sudah perseteruan akidah. Jadi ini kita sangat meminta klarifikasi dulu lah dari Neno Warisman, apa maksud dari pembacaan doa itu," kata Lukmanul Hakim.
Menurut Lukmanul Hakim, pesta demokrasi Pemilu 2019 bukanlah perang seperti Perang Badar yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW, antara Umat Islam melawan kaum kafir Quraisy.
"Penggalan doa itu pernah dibacakan Rasulullah SAW ketika Perang Badar. Jadi, tentu Majelis Ulama Indonesia (MUI) memandang bahwa ini kan pesta politik sebetulnya, pesta demokrasi lah. Jadi bukan perang seperti Perang Badar. Jadi misalkan kalau disebut ada perang mungkin perang strategi, strategi menarik minat konstituen kan gitu," beber Lukmanul Hakim.
• Besok Jokowi Sampaikan Pidato Kebangsaan, Kubu Prabowo: Paling Cuma Ngomongin Jalan Tol
Sebelumnya, puisi yang dibacakan oleh aktivis sekaligus aktris lawas Neno Warisman dalam acara Munajat 212 pada Kamis (21/2/2019) lalu, menuai kontroversi dan viral.
Berikut ini isi lengkap puisi Neno Warisman yang viral tersebut.
Allahu Akbar
Puisi munajat kuhantarkan padamu wahai berjuta-juta hati yang ada di sini
Engkau semua bersaudara dan kita bersaudara tersambung, terekat, tergabung bagai kalung lentera di semesta
Sorot-sorot mata kalian bersinar, wahai saudara
Mencabik-cabik keraguan
Meluluhlantakkan kesombongan
Karena mata-mata kalian nan jernih mengabarkan pesan kemenangan yang dirindukan, Insyaallah, pasti datang
Allahu Akbar
Kemenangan kalbu yang bersih
Kemenangan akal sehat yang jernih
Kemenangan gerakan-gerakan yang berkiprah tanpa pamrih
Dari dada ini telah bulat tekad baja
Kita adalah penolong-penolong agama Allah
Jangan halangi
Jangan sanggah
Jangan politisasi
Sebab ini adalah hati nurani
Dari mulut-mulut kita telah terlantun salawat, zikir, dan doa bergulir
Mengalir searah putaran bintang-bintang bertriliun banyaknya
Tersatukan dalam munajat 212
Miliaran matahari itu saudaraku
Merekatkan diri menjadi gumpalan kabut cahaya raksasa di semesta
Bukti kebesaran Allah Azza Wa Jalla
Begitulah kita saudaraku
Harusnya kita saling merekat
Wahai para pejuang fisabilillah di dalamnya
Ayo munajat
Ayo rekatkan umat
Jadikan barisanmu kuat dan saling rekat
Rekatkan Indonesiamu
Rekatkan jiwa-jiwamu
Rekatkan langkah dan tindakanmu
Ya Allah
Berjuta tangan para pejuang agamamu ini mengepalkan tinju mereka
Berseru-seru mereka
Menderu-deru mereka
Di setiap jengkal udara hingga terlahir takbir kemenangan
Kemenangan di ujung lelah menggema takbir bersahut-sahutan
Berjuta sajadah akan kita hamparkan sebentar lagi, kawan
Berjuta kepala menangis bersujud bersyukur
Basah air mata dalam bahagia kemenangan sebentar lagi tiba
Allahumma inni a'uzubika min jahdil bala'i wa darkisy syaqa'i wa su'il qada'i wa syamatatil a'da'i
Jauhkan kami dari bala musibah yang tak dapat kami atasi
Lindungkan kami dari kegembiraan orang-orang yang membenci kami
Rekatkan jiwa-jiwa patriot kami dalam keikhlasan
Di nadi-nadi kami
Di jantung-jantung kami
Di pundak-pundak kami
Di jari-jari kami
Yang telah memilih untuk hanya selalu berdua
Kita dan Allah Azza Wa Jalla
Selalu berdua
Kita dan Rasulullah kekasih semesta
Selalu berdua
Kita dan saudara mukmin saling menjaga
Selalu berdua
Kita dan pemimpin yang membela hak-hak umat seutuhnya
Duhai Allah Rabb
Jangan kau jadikan hati kami bagai si penakut pengecut
Sebab kami terlahir di tanah para pahlawan pemberani
Yang rela mengorbankan jiwa raga harta dan segalanya
Jangan jadikan hati kami lalai dan gentar
Karena kami lahir dan besar dibimbing para ulama kami yang sabar
Menetap jantung-jantung kami untuk menjadi pendekar
Yang berani berpihak pada yang benar
Duhai Allah
Jangan kau jadikan hati kami dari tertutup
Dari cahaya terang kebenaran yang menyala di malam-malam munajat
Saat Engkau turun ke jagat dunia
Telah Engkau bersaksikan
Kami tegak berdiri, ya Allah
Kami meminta menangis hingga basah sekujur diri kepada-Mu
Seluruh harapan kami dambakan
Akan Kau tolong atau Engkau binasakan
Akan Kau menangkan atau Engkau lantakkan
Itu hak-Mu
Namun kami mohon jangan serahkan kami pada mereka
Yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak cucu kami
Dan jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu
Ya Allah
Izinkan kami memiliki generasi yang dipimpin
Oleh pemimpin terbaik
Dengan pasukan terbaik
Untuk negeri adil dan makmur terbaik
Takdirkanlah bagi kami
Generasi yang dapat kami andalkan
Untuk mengejar nubuwwah kedua
Wujud dan nyata
Dan lahirnya sejuta Al Fatih di Bumi Indonesia
Allah Rabb
Puisi munajat ini kubaca bersama saudara-saudaraku
Mujahid mujahidah yang datang berbondong-bondong dari segala arah
Maka inilah puisi munajat
Mengetuk-ngetuk pintu langit-Mu
Bersimpuh di pelataran keprihatinan
Atas ketidakadilan
Atas kesewenang-wenangan
Atas kebohongan demi kebohongan
Atas ketakutan dan ancaman yang ditebar-tebarkan
Atas kepongahan dalam kezaliman yang dipamer-pamerkan
Dalam pertunjukan kekuasaan
Yang mengkerdilkan Tuhan
Yang menantang kuasa Tuhan
Yang tidak percaya bahwa Tuhan pembalas sempurna.
Acara bertajuk Malam Munajat 212 yang berlangsung di Monas ini berlangsung pada Kamis (21/2/2019) mulai pukul 18.00 WIB sampai 23.00 WIB.
Kegiatan itu dihelat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta bersama Lembaga Dakwah Front dan Majelis Taklim se-Jabodetabek.
Tema yang diusung dalam acara adalah 'Mengetuk Pintu Langit untuk Keselamatan Agama, Bangsa, dan Negara'.
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh, baik ulama hingga politikus. Di antaranya, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais, Presiden Partai Keadilan Sosial (PKS) Sohibul Iman, Waketum Partai Berkarya Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, serta Aktivis Neno Warisman. (Lendy Ramadhan)