Berita Bekasi

Memprihatinkan, Cerita Yani Tinggal di Rumah yang Terus Ambles hingga Sering Kebanjiran di Bekasi

Bangunan rumah berdiameter lebar 10 meter dan panjang 60 meter itu ambles bak 'ditelan bumi' dalam beberapa tahun terakhir.

Kompas.com/Achmad Nusrudin Yahya
RUMAH AMBLES - Sebuah rumah kontrakan yang terletak di RT 01/RW 08, Kampung Sawah, Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, diketahui ambles dan dalam kondisi memprihatinkan. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sebuah rumah kontrakan yang terletak di RT 01/RW 08, Kampung Sawah, Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, dalam kondisi memprihatinkan.

Bangunan berdiameter lebar 10 meter dan panjang 60 meter itu ambles bak 'ditelan bumi' dalam beberapa tahun terakhir.

Penurunan tanah diperkirakan mencapai satu meter, membuat jarak plafon rumah menjadi sangat rendah, hanya sekitar 180 sentimeter dari permukaan tanah.

Baca juga: Terekam Kamera, Detik-detik Mobil Terperosok Sinkhole di Singapura

Meski tidak layak, rumah kontrakan tersebut tetap dihuni dua keluarga yang mengisi dua sekat ruangan berbeda.

Salah satu penyewa rumah tersebut adalah Maryani (39) yang tinggal bersama suami, Wismo (45), dan dua putrinya, Siska Setiangingsih (13) dan Mutia Azahra Salsabila (11).

Plafon yang rendah membuat kepala harus menunduk saat akan masuk atau keluar rumah.

Baca juga: Jembatan Cipamingkis Bekasi Bisa Dilalui Motor Setelah Ambles Akibat Hujan

Yani, sapaan akrab Maryani, mengaku sudah menyewa rumah kontrakan milik Wahidun, warga asal Pondok Kelapa, Jakarta Timur, sejak 2007.

Saat itu, kondisi bangunan rumah masih normal dan belum 'tenggelam' akibat kontur tanah yang tidak stabil.

"Saya di sini sejak 2007, sebelum menikah, saya sudah di sini, ketinggian rumah dua meter lebih," kata Yani saat ditemui Senin (4/8/2025).

Baca juga: 8 Rumah di Kampung Tembong Dilaporkan Rusak Berat Imbas Bencana Pergerakan Tanah, Ini Pemicunya

Yani menyebut, rumah kontrakannya mengalami penurunan secara perlahan dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini menyebabkan atap rumah sangat dekat dengan permukaan tanah.

Saking rendahnya atap, Yani harus menundukkan kepalanya setiap hendak memasuki halaman rumah agar tidak terbentur plafon.

Baca juga: Pemkot Bogor Bangun Akses Baru Pengganti Jalan Saleh Danasasmita yang Ambles Akibat Hidrometeorologi

Selain itu, bangunan rumah juga mulai rapuh.

Hal ini disebabkan karena rumah tesebut terus-menerus tergerus tanah hingga membuat kondisi bangunan tidak lagi kokoh.

"Kalau buka pintu enggak bisa kencang, kalau buka pintu kencang takutnya roboh, jadinya pelan-pelan nutup pintu karena sudah pada rapuh," kata Yani.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved