Warta Travel

Begini Suasana Ruang Tahanan Pangeran Diponogoro Sebelum Diasingkan Belanda ke Makassar Sulsel

Pangeran Diponogoro permah ditahan di salah satu ruangan Musen Sejarah Jakarta di masa kolonial Belanda.

|
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Sigit Nugroho
WartaKota/Nuri Yatul Hikmah
KAMAR PANGERAN DIPONEGORO - Suasana kamar yang disinggahi Pangeran Diponogoro sebelum diasingkan pemerintah kolonial Belanda ke Makassar, Sulawesi Selatan. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Berkunjung ke kawasan Kota Tua, belum afdol rasanya jika tidak masuk dan melihat-lihat koleksi sejarah di Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Fatahillah.

Diketahui, bangunan bergaya Eropa klasik itu, dahulu merupakan bekas Kantor Balai Kota Batavia, jauh sebelum diresmikan sebagai museum oleh Gubernur Ali Sadikin pada 1974.

Selain bisa melihat benda-benda bersejarah dan cerita di masa lampau, gedung ini juga masih menyimpan satu ruangan bekas penahanan Pangeran Diponogoro.

Ruangan itu berada di lantai dua, tepatnya di atas penjara wanita yang pernah mengurung pahlawan nasional Cut Nyak Dhien.

Dari yang nampak di lokasi, kamar Pangeran Diponogoro ini cukup luas dengan ranjang kayu berkelambu putih yang disimpan di sudut ruangan.

Baca juga: Gali Inspirasi Perjuangan, Pasangan Anies-Gus Imin Memilih Berziarah ke Makam Pangeran Diponegoro

Tidak ada kasur busa yang ditempatkan di atas ranjang itu, melainkan hanya sebuah karpet anyam berwarna cokelat yang menjadi alas tidur Pangeran Diponogoro.

Di bagian kaki ranjang, terdapat payung-payung emas khas kerajaan, kursi-kursi berbahan kayu jati, hingga sebuah kandang burung yang terbuat dari kayu.

Pramesti Ayutika selaku pemandu wisata Museum Sejarah Jakarta mengatakan, Pangeran Diponogoro ditahan selama 26 hari pada tahun 1830 sebelum diasingkan ke Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Pangeran Diponogoro itu ditangkap di Magelang pada tahun 1830, lalu dibawa ke Batavia atau Jakarta pada masa itu menggunakan kapal uap milik Belanda," kata Pramesti saat ditemui di lokasi, Minggu (1/6/2025).

"Selama tinggal di Batavia, Pangeran Diponogoro hanya menunggu keputusan untuk diasingkan ke daerah mana," ujar Pramesti.

Baca juga: Selain Ditolak Keluarga, Usulan Prabowo Pindahkan Makam Pangeran Diponegoro Ditentang Sejarawan

Pramesti menerangkan, Pangeran Diponogoro ditangkap karena dijebak pada saat menghadiri jamuan makan malam.

Selain itu, dia merupakan pemimpin tertinggi di wilayah Jawa yang menentang Belanda saat itu.

"Pangeran Diponogoro itu kan pemimpin dari Perang Jawa ya yang berlangsung selama 5 tahun 1825 sampai 1830, di mana pada saat itu dipimpin langsung oleh Gubernur Jenderal Van der Hoek," jelas Pramesti.

"Jadi, Pangeran Diponogoro ini datang ke daerah Magelang itu untuk jamuan makan malam, enggak tahunya sampai di sana itu mereka ditangkap," terang Pramesti.

Dahulu, kamar Pangeran Diponogoro merupakan kamar pribadi kepala bui Kota Batavia. 

Namun, kamar tersebut wajib dikosongkan apabila datang tahanan politik berstatus tinggi seperti Pangeran Diponegoro.

Baca juga: Wacana Prabowo Subianto Memindahkan Makam Pangeran Diponegoro, Sejarawan: Merusak Cagar Budaya

Selama masa penahanannya itu, Pangeran Diponogoro menulis dua surat kepada ibu dan anak laki-laki tertuanya.

Selain itu, petinggi wilayah Jawa itu juga kerap menghabiskan waktu dengan mengunyah sirih dan juga meminum jamu seperti temulawak dan beras kencur untuk mengusir demam malaria.

Pangeran Biru juga sempat dibuatkan sketsa wajah oleh Hakim Batavia bernama Adrianus Johannes (Jan) Bik yang juga seorang seniman berbakat yang bertugas mengawasi Pangeran Diponegoro selama ia ditahan.

Kini, yang tersisa di Museum Sejarah Jakarta hanyalah ilustrasi lukisannya, sementara lukisan asli berada di Keraton Yogyakarta.

Meski demikian, pengunjung yang datang masih bisa menyaksikan replikanya yang dibuat semirip mugkin dengan aslinya di Museum Sejarah Jakarta ini.

Pengunjung juga bisa menyaksikan lini masa kehidupan Pangeran Diponegoro, lukisan penangkapanya di Magelang pada 28 Maret 1830 dan pengetahuan lain seputar pimpinan tertinggi perang Jawa tersebut. (m40)

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved