Dihina Ompong oleh Fans Gibran Rakabuming Raka, Ini Penampakan Muda Try Sutrisno
Seorang netizen viral lantaran menghina Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno buntut dari petisi pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
WARTAKOTALIVE.COM - Seorang netizen viral lantaran menghina Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno buntut dari petisi pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Netizen dengan akun Tiktok Arul.S85 itu menghina fisik Try Sutrisno yang sudah tua.
Pemilik akun pasalnya tidak terima apabila Gibran Rakabuming Raka dimakzulkan dari kursi Wakil Presiden.
Pengunggah kesal lantaran Try Sutrisno menjadi salah satu tokoh purnawirawan TNI yang menandatangani petisi pencopotan Gibran Rakabuming.
Pria yang mengaku bernama Bang Arul itu menghina gigi Try Sutrisno yang sudah tidak ada.
"Pak Tile, pak tile ya, daripada anda mencopot Gibran dari presiden, kami seluruh rakyat Indonesia akan mencopot gigi anda. Gigi anda akan saya copot supaya anda tidak bisa makan sate. Ini pak namanya sate, sampeyan kan gak punya gigi, gigi sampeyan mau saya copot, ayo jawab-jawab," terang pria ini dalam video yang beredar
Siapa sangka, di era Orde Baru ternyata Try Sutrisno pernah sangat gagah.
Pensiunan Jenderal TNI itu memiliki tubuh yang tegap dan rambut yang sedikit ikal klimis.
Wajah Try Sutrisno saat muda juga cukup berisi. Memiliki tubuh tegap, tinggi, dan besar membuat seragam TNI sangat pas dipakai Try Sutrisno.
Baca juga: Sosok Bang Arul Penghina Try Sutrisno, Kini Menghilang Dari Dunia Maya
Pria kelahiran 15 November 1935 itu pernah menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (1986-1988) dan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (1988-1993).
Try Sutrisno termasuk TNI yang jabatannya melesat karena jenjang karir bukan dari nama besar orang tua.
Sebab ayah Try Sutrisno, Subandi hanya berprofesi sebagai sopir ambulan di Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan ibunya bernama Mardiyah yang berasal dari Surabaya adalah seorang ibu rumah tangga.
Kemudian ayahnya pernah bekerja sebagai petugas medis untuk Batalyon Angkatan Darat Poncowati.
Hal itu memaksa Try Sutrisno untuk berhenti sekolah dan mencari nafkah sebagai penjual rokok dan penjual koran.
Pada usia 13, Try Sutrisno ingin bergabung dengan Batalyon Poncowati dan melawan tetapi tidak ada yang menganggapnya serius dan ia akhirnya dipekerjakan sebagai kurir.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.