Berita Bogor
Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Lulut Nambo Tak Kunjung Beroperasi, Ini Penyebabnya
Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Lulut Nambo Tak Kunjung Beroperasi, Ini Penyebabnya
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Dwi Rizki
WARTAKOTALIVE.COM, KLAPANUNGGAL - Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Lulut Nambo di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, hingga kini belum beroperasi secara maksimal.
Padahal TPPAS ini diharapkan bisa mengatasi sebagian permasalahan sampah di wilayah Depok, Bogor hingga Tangerang.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat (Jabar), Herman Suryatman, mengatakan kapasitas sampah yang diolah di TPPAS Lulut Nambo saat ini masih jauh dari ideal.
“Dari kapasitas 2.300 ton per hari, saat ini Lulut Nambo baru menangani sekitar 50 ton per hari. Ini jauh panggang dari api," kata Herman saat mendampingi Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono mengunjungi TPPAS Lulut Nambo pada Rabu (23/4/2025).
Dia menjelaskan ada sejumlah kendala yang membuat TPPAS Lulut Nambo tidak bisa beroperasi optimal.
"Persoalan utamanya karena belum ada kepastian pasar dengan harga yang sesuai sehingga investor masih ragu-ragu," ujar Herman.
Kalau pasar dan harga jelas, lanjut Herman, kami akan lebih mudah mencari mitra usaha.
"Kami butuh dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup agar bisa meningkatkan kapasitas dan mendapatkan mitra usaha yang potensial," paparnya.
Herman berharap Lulut Nambo bisa segera beroperasi maksimal untuk menangani masalah sampah di wilayah Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok.
"Kami berharap Lulut Nambo bisa menjadi TPPAS terbaik dan menjadi solusi penanganan sampah di Bogor-Depok dan sekitarnya yang setiap hari membuang lebih dari 2.000 ton sampah," ucapnya.
Menanggapi permintaan Sekda Jawa Barat, Wamen Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono, mengaku pihaknya siap membantu Pemprov Jawa Barat mengatasi persoalan sampah ini.
"Kapasitas penampungan di sini (TPPAS Lulut Nambo) 2.300 ton per hari. Pengolahan sampah menjadi RDF (Refuse Derived Fuel) merupakan salah satu cara mengatasi sampah. Biasanya 1/3 dari jumlah itu atau sekitar 800 ton per hari bisa diproses menjadi bahan bakar RDF," ucapnya.
Oleh karena itu, Diaz mendorong Pemprov Jawa Barat mencari investor pengolahan sampah menjadi RDF ini.
Apalagi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup Bogor siap menjadi off taker (pembeli) RDF yang dihasilkan dari TPPAS Lulut Nambo.
"Kita sambut baik usaha-usaha seperti ini. Indocement bisa membantu karena sebanyak 42 persen RDF bisa dibakar untuk proses cofiring di pabrik semen," tandasnya.
Simbol Garuda Pancasila, Rudy Susmanto Dukung Pelestarian Elang Jawa di Cigombong Bogor |
![]() |
---|
Diseleksi Ketat, Hanya 1 Persen Pendaftar Lolos Seleksi Masuk SMA Kemala Taruna Bhayangkara |
![]() |
---|
Dedie Rachim Bantu Promosikan Kopi Bogor Legendaris, Petani Kopi Rasakan Manisnya Kopi |
![]() |
---|
Lakukan Vandalisme Cagar Budaya di Balai Kota Bogor Diancam 15 Tahun Penjara |
![]() |
---|
Polisi Bekuk Buronan Maling Motor di Cibungbulang Bogor, Pelaku Sempat Sembunyi di Lemari Dapur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.