Berita Jakarta

Cerita Dedi Manusia Humanoid di Kota Tua Jakbar, 6 Tahun Tak Mudik ke Surabaya saat Libur Lebaran

Di tengah ramainya kawasan Kota Tua, Jakarta Barat pada libur lebaran 2025, terselip satu kisah pilu dari seorang pencari nafkah bernama Dedi (45).

Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
TIDAK MUDIK - Dedi (45) manusia humanoid di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat yang berlakon menjadi nelayan. Ia sudah enam tahun terakhir tidak mudik ke Surabaya, Jawa Timur saat libur Lebaran. 

WARTAKOTALIVE.COM, TAMANSARI — Di tengah ramainya kawasan Kota Tua, Jakarta Barat pada momentum libur lebaran 2025, terselip satu kisah pilu dari seorang pencari nafkah bernama Dedi (45).

Sejak 2011, Dedi datang ke Jakarta dan mengambil profesi sebagai manusia Humanoid yang berkarakter nelayan.

Ia biasa berdiri di depan Museum Seni Rupa dan Keramik untuk menawarkan jasanya kepada para pengunjung.

Tampilan jenaka dan gerakan slow motion (bergerak pelan) menjadi daya tarik tersendiri bagi Dedi agar dilirik pengunjung untuk sekadar berswafoto.

Meski kerap tampil konyol, rupanya ada kesedihan yang dirasakan Dedi saat libur lebaran tiba.

Di tengah ramainya kawasan Kota Tua itu, Dedi kerap merasa sendiri lantaran ia sudah 6 tahun tidak pulang kampung ke Surabaya, Jawa Timur.

Bukan tanpa sebab ia tak pulang ke kampung halaman. Alasan ekonomi yang merosot sejak pandemi Covid-19, membuatnya harus pintar bertahan di Jakarta dan merelakan rasa rindu kepada keluarganya.

"Dulu-dulu sebelum Covid sering pulang. Setelah selesai dari Covid sudah jarang pulang, ekonominya belum stabil," ujar Dedi terdengar getir, Rabu (2/4/2025).

Namun, Dedi tak penampik jika sebenarnya ia sangatlah rindu dengan sanak saudaranya di kampung halaman.

"Rindu ya rindu, tapi mau bagaimana lagi. Di sana ada kakak-kakak saja," ungkapnya.

Meski begitu, ia percaya kerap ada keajaiban yang datang kepadanya kala tak berkesempatan pulang kampung untuk kesekian kalinya.

"Kadang tiba-tiba kita salat, ketemu saudara jauh. Saya eggak tau sama sekali. enggak taunya itu dari paman, anak-anak ponakan. Ada kejutan gitu kadang sih," kata Dedi.

"Ketemu teman di sinu, lumayan terobati," lanjutnya.

Baca juga: Belasan Ribu Warga Serbu Taman Margasatwa Ragunan di Hari Ketiga Lebaran Ini

Dedi sendiri hingga kini belum berkeluarga. Sehari-hari, ia tinggal di daerah Kebon Sayur, Jakarta Utara, yang lokasinya tak jauh dari Kota Tua.

Kecintaannya terhadap dunia seni dan tempat tinggalnya yang berada dekat laut, membuat Dedi memutuskan berperan sebagai nelayan.

"Kalau saya memang basic-nya (dasarnya) dari seni, entertainment kan. Waktu pencarian karakter, saya kan biasa ikut shooting-shooting, dari situ saya dapat perannya nelayan," kata Dedi.

"Akhirnya dari situlah kebentuk (nelayan). Saya kan Jakarta Utara perwakilan, perwakilan Sunda Kelapa kan. Itu kan daerah air, di belakang kan juga ada Kali Besar, jadi ini kayak pribuminya lah," imbuh dia.

Menurutnya, ia belum berganti peran dari awal melakoni profesi ini.

Pasalnya bagi Dedi, berganti peran adalah hal yang sulit sebab harus kembali beradaptasi.

Di samping itu, Dedi juga sudah merasa nyaman dan menyatu dengan lakon yang ia mainkan saat ini.

"Kalau tentara gitu kan posturnya kayak gagah, kalau saya lebih ke konyol, lebih ke sedih, lebih ke tua. Makanan sehari-hari," ungkapnya.

Dedi berujar, ada banyak suka duka yang ia rasakan selama menjadi manusia humanoid di Kota Tua.

Apabila sedang hujan, mau tidak mau ia harus buru-buru melarikan diri dan berteduh di tempat aman. 

Otomatis, ia akan sulit mendapatkan uang.

"Kalau Rp 0 enggak pernah, tapi kalau sepi iyah. Kalau ramai gini di atas Rp 1 juta bisa. Kadang-kadang ada kejutan misal ada youtuber minta jadi model foto atau anak-anak wawancara," kata Dedi.

"Itu kadang bisa dikasih lebih, Rp 300.000, Rp 500.000, jadi banyak yang tak terduganya," imbuhnya.

Baca juga: Pendatang Baru di Jakarta Bisa Dapat Bansos Setelah Tinggal Selama 10 Tahun

Dedi berharap, ke depan pemerintah bisa membina seniman-seniman sepertinya untuk dikolabrasikan dengan panggung-panggung besar atau agensi.

Meskipun hanya sebagai latar, namun Dedi memandang hal itu akan sangat membantu pecinta seni dihargai keberadaannya.

"Kayak Surabaya itu kan untuk kenal festival culture gitu, di sana kan sering kolaborasi kayak misalnya, yang dari Reog atau apa dibawa ke fesyival, jadi nanti ada tenda-tenda dia bisa menghibur gitu kan," kata Dedi.

"Terus nanti ada humanoidnya, ada penyanyinya segala macam iringin, mau (dibina seperti itu)," pungkas Dedi.

Untuk informasi, Dedi berlakon sebagai manusia Humanoid sejak pukul 08.00 WIB hingga malam hari sekira pukul 21.00 WIB.

Sebelumnya diberitakan, pengunjung kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, tembus hingga 2.652 orang hanya dalam kurun waktu setengah hari sejak pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB, Rabu (2/4/2025).

Data tersebut diungkap oleh petugas Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua yang diunggah melalui instagram @kotatua.jkt.

"Data pengunjung 2 April 2025 mulai pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB, pengunjung domestiknya 2.501, asing 124," demikian keterangan yang tertulis di akun tersebut, Rabu.

"Total keseluruhannya, 2.652 orang," imbuh dia.

Sementara itu, berdasarkan pantauan Warta Kota di lokasi, banyak pengunjung datang dari berbagai daerah di luar Jakarta pada H+2 lebaran Idul Fitri 2025.

Salah satunya adalah Pipin (47), warga asal Bogor, Jawa Barat itu datang bersama 10 orang lainnya yang merupakan anggota tim senam.

Menurutnya, ia sengaja memilih Kota Tua untuk mengisi waktu liburnya lantaran murah meriah.

Selain itu, ada salah satu anggota tim senamnya yang belum pernah berkunjung ke Kota Tua.

"Kami memang tujuannya ke sini mau refreshing (menyegarkan diri) dalam rangka libur lebaran," kata Pipin saat ditemui di lokasi, Rabu.

Pipin menyebut, ia pergi ke Kota Tua menggunakan commuter line (KRL) sejak pukul 08.00 WIB dari Stasiun Cibinong, Bogor.

Setelah 1 jam lebih perjalanan, Pipin pun sampai di Kota Tua dan langsung berpiknik bersama teman-temannya. 

Ia sengaja melipir untuk sekadar sarapan bersama dan istirahat sejenak sebelum menikmati kawasan bersejarah Kota Tua.

"Kami tadi lapar ya, langsung makan dulu, beli nasi pecel di depan. Kami sambil bawa-bawa makanan ringan di sini sambil ngeriung (ngumpul), sambil ngobrol-ngobrol santai," ungkap Pipin.

Pipin berujar, ia sengaja memilih Kota Tua lantaran gratis dan ramah untuk anak-anak.

Sehingga, ia rencananya akan berjelajah Kota Tua sembari bermain sepeda ontel dan berswafoto di sejumlah titik ikoiknya.

"Insya Allah sampai sore ya. Kami mau santai-santai ini libur lebaran," katanya. (m40)

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved