Berita Jakarta

Pramono Anung Beberkan Target 100 Hari Kerja saat Jadi Gubernur Jakarta

Pramono Anung bersama wakilnya Rano Karno alias si Doel akan dilantik Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta pada 20 Februari 2025

|
Warta Kota/Ahmad Sabran
PROGRAM KERJA - Gubernur DKI Jakarta terpilih Pramono Anung saat wawancara eksklusif bersama pemimpin redaksi Warta Kota Domu D Ambarita di kediaman Pramono kawasan Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (13/2/2025). 

 

Laporan wartawan wartakotalive.com Yolanda Putri Dewanti

WARTAKOTALIVE.COM CILANDAK — Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung akan memprioritaskan realisasi janji politiknya pada masa 100 hari kerja pertama. 

Dia menyebut, janji-janji itu di antaranya yakni perbaikan Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS), serta pembukaan taman-taman di Jakarta menjadi 24 jam.

Diketahui, Pramono Anung bersama wakilnya Rano Karno alias si Doel akan dilantik Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta pada 20 Februari 2025 mendatang.

Dia menekankan telah menyerukan persatuan di semua elemen masyarakat. Tujuan besarnya saat ini adalah segera menangani masalah mendasar yang dihadapi masyarakat Jakarta.

Berikut wawancara eksklusif Warta Kota bersama Pramono Anung yang berlangsung di kediamannya di kawasan Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan.

Wawancara eksklusif dipandu pemimpin redaksi Warta Kota Domu D Ambarita pada Kamis (13/2/2025).

Apa saja program mas Pram dalam 100 ke depan usai dilantik?

Jadi saya menitikberatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan real (nyata) di masyarakat. Maka yang segera saya selesaikan, hal-hal yang berkaitan dengan Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS), lansia, difabel dan sebagainya, yang memang secara nyata kami sudah menemukan banyak sekali yang orang berhak untuk menerima, tidak menerima. Orang yang tidak berhak malah menerima. 

Maka kebijakan ini akan dikembalikan pada titik awalnya seperti era terakhir mas Anies Baswedan (Gubernur Jakarta periode 2017-2022) yang menerima itu 520.000.

Kami akan data kembali.

Tentunya kalau kemudian keuangan Jakarta sudah menjadi lebih baik, ya angkanya akan ditambah. Tetapi dengan mengembalikan seperti sebelumnya, saya yakin masyarakat Jakarta saja sudah pasti happy (senang) sekali.

Termasuk penyelesaiannya tidak di satu tempat yang namanya Kecamatan Rawa Bunga (Jatinegara, Jakarta Timur) tapi di 44 kecamatan yang ada di Jakarta, semua bisa menyelesaikan itu.

Yang lain-lain berkaitan dengan Kampung Bayam, Tanah Merah (Jakarta Utara), (kampung) Aquarium, saya akan menyelesaikan. Kenapa? contohnya seperti hal yang berkaitan dengan Kampung Bayam. Kampung Bayam memang sebenarnya harusnya bisa diselesaikan pada waktu era terakhir mas Anies.

Tetapi kenyataannya belum selesai. Saya akan prioritaskan untuk selesai.

Saya sudah berkomunikasi dengan teman-teman di Kampung Bayam, saya sudah mendapatkan laporan secara lengkap oleh pemerintah daerah dalam hal ini Sekretaris Daerah (Sekda) dan sebagainya.

Nanti inilah yang menjadi prioritas kita untuk diselesaikan.

Kan di Kampung Bayam itu ada kurang lebih 150 Kartu Keluarga (KK), ada 35 KK yang belum selesai yang ini dimotori Furqon (Ketua Kelompok Tani Kampung Bayam Madani), dan teman-teman sekalian. Maka ya harus diselesaikan dan penyelesaiannya berdasarkan kesepakatan.

Dan itulah yang kemudian yang utama akan saya selesaikan, termasuk di Tanah Merah, di Tanah Merah itu sebenarnya di era pak Jokowi (Gubernur Jakarta 2 periode), kemudian dilanjutkan oleh pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) terakhir pak Anies, infrastrukturnya sudah dilakukan perbaikan.

Orang yang tidak berat mendapatkan Izin mendirikan Bangunan (IMB), sekarang sudah beberapa mulai mendapatkan.

Tetapi karena di sana ada Plumpang (Jakarta Utara) dan sebagainya, sehingga harus ada izin dari Pertamina dan Pertamina akan duduk bersama-sama dengan masyarakat untuk memberikan fasilitas agar orang yang tinggal di Tanah Merah itu tidak tertutup. Aksesnya bisa keluar.

Bisa normal dalam kehidupan dan itu menjadi prioritas saya.

Kembali bahwa janji mas Pram di kampanye akan diupayakan dan direalisasikan?

Kalau lihat janji kampanye saya sebenarnya enggak muluk-muluk. Saya selalu menjanjikan persoalan real (nyata) yang ada di masyarakat.

Saya enggak menjanjikan sesuatu yang baru kecuali mungkin tiga hal. Yang pertama adalah Jakarta Funding, karena bagaimanapun Jakarta ini sudah waktunya punya funding sendiri dan itu pengalaman panjang saya ketika menjadi Sekretaris Kabinet (Seskab di era Jokowi) menyiapkan untuk Indonesian Funding. 

Dengan cara yang sama saya akan terapkan itu dan saya yakin ini menjadi revenue (pendapatan) baru bagi Jakarta, penghasilan baru bagi Jakarta.

Bisa dijelaskan kembali Jakarta Funding itu seperti apa?

Jakarta Funding itu Jakarta menjadi sebuah institusi untuk investasi.

Bedanya dengan investasi private, kalau private itu kan harus ada kolateral, ada jaminan.

Tetapi kalau Jakarta ini kolateralnya apa ya Jakarta? leveragenya apa ya Jakarta? sehingga dengan demikian ini yang memudahkan dibandingkan dengan funding-funding yang private.

Jadi sifatnya bukan membangun apa, funding itu adalah menjadi revenue baru buat Jakarta. Misalnya mau membangun sesuatu, minjam dari saya, saya yang funding itu dengan leverage karena Jakarta sehubungannya menjadi lebih murah.

Yang kedua hal yang berkaitan dengan Closed-Circuit Television (CCTV), yang terakhir sebenarnya sudah singgung tentang makan atau sarapan gratis. Kenapa saya menginisiasi sarapan gratis? Namanya saja sarapan.

Sarapan itu kan enggak perlu kemudian harus makan yang berat. Karena makan bergizi gratis disiapkan oleh pemerintah pusat dan saya tidak mau ada polemik apapun antara sarapan dengan makan siang.

Termonologinya berbeda, karena yang untuk sarapan ini akan disiapkan oleh kantin dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) setempat yang dari sekolah tersebut. (targetnya) Terutama di awal ini tentunya bagi warga yang tidak mampu.

Di kampung-kampung yang tidak mampu.

Nah apa yang disiapkan? ya bisa telur, bisa kemudian roti. Enggak perlu kemudian sarapan yang bersifat nasi dan sebagainya.

Mas Pram sudah membentuk tim transisi, bagaimana hasilnya?

Jadi di tim transisi ini mereka sudah bekerja hampir satu bulan lebih dan kebetulan di tim transisi kalau diperhatikan orang-orang yang saya harapkan bekerja itu memang kebanyakan profesional.

Dan mereka bekerja secara profesional. Sekarang sudah menyusun program. 40 program untuk 100 hari pertama.

Di antaranya ya itu tadi, sarapan, kemudian KJP, lansia. 

Termasuk yang saya juga akan segera lakukan adalah memutihkan sekolah-sekolah yang menahan ijazah baik itu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) jumlahnya belasan ribu, puluhan ribu.

Bukan, karena ketidakmampuan untuk mengambil ijazah, ada juga yang ijazahnya itu diagunkan.

Banyak sekali yang dianggunkan. Ini realita kehidupan di Jakarta yang sebenarnya.

Maka saya akan melakukan pemutihan di semua. 

Ada bahkan saya mendapatkan sendiri orang yang sudah lima belas tahun ijazahnya diangunkan.

Maka dengan itu kita putihkan, nanti kami akan cari siapa yang memang berhak untuk menerima itu. Pemerintah nanti akan memutihkan.

Jadi artinya dinas pendidikan dan sekolah-sekolah itu saya akan larang untuk memungut kalau orang itu mau mengambil ijazahnya itu. 

Apakah nantinya akan merombak tim transisi?

Jadi saya kebetulan, saya sudah sampaikan secara terbuka dan saya sampaikan secara langsung kepada Aparatur Sipil Negara (ASN). Saya adalah orang yang percaya sepenuhnya bahwa ASN di manapun selama kita menjadi konduktor yang baik, orkestrasi yang baik, pasti mereka akan bisa bekerja dengan baik. Apalagi ini di Jakarta.

Salah satu ASN dengan kualitas terbaik itu di Jakarta.

Kenapa? saya punya pengalaman ketika dua periode di Istana Negara menjadi Menteri Sekretaris Kabinet, saya tidak bawa satu orang pun dari luar. Benar-benar saya memperdayakan ASN yang ada di sana.

Tetapi kan teman-teman, terutama teman-teman media yang di istana pasti tahu bahwa saya betul-betul didukung sepenuhnya oleh ASN yang ada menjadi bawahan ataupun menjadi staff saya pada waktu itu karena saya tidak membawa orang. 

Nah di Jakarta ini, untuk hal yang bersifat basic pekerjaan, saya juga akan melakukan cara yang sama. Tetapi memang Undang-Undang Nomor 2 tahun 2024 pasal 38 mengatur yang namanya gubernur itu boleh mempunyai staff khusus dan staff ahli.

Sehingga dengan demikian saya tidak akan memakai Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) seperti di era-era sebelumnya.

Karena pilihan untuk itu ya terserah masing-masing gubernur. Saya akan memperdayakan ASN sepenuhnya, tetapi dengan tugas tanggung jawab yang cukup besar. Yang namanya gubernur kan harus dibantu oleh staff khusus dan staff ahli dan orang-orang yang akan mengisi adalah orang-orang yang memang lebih pada orang yang profesional. Dan orang yang saya kenal secara pribadi bahwa dia profesional.

Ya, namanya timses pasti ada dibawa.

Kalau saya bilang tidak ada yang dibawa, nanti pasti saya bohong. Tetapi bahwa dalam tim transisi saya, orang-orang seperti Prof. Firdaus Ali, Prastowo, kemudian Nirwono Joga, Dedy, ini adalah orang-orang yang profesional.

Dedy ini termasuk yang kemudian mem-branding Jakarta dengan plus Jakarta dan karena saya lihat hasil karyanya baik, saya bilang sama dia, mau enggak masuk dalam tim transisi, dengan cara itulah saya lakukan. 

Yang orang dekat pun bukan orang dekat yang secara politik. Tapi orang dekat secara pribadi. Karena gimana pun kan harus ada yang ngatur.

Misalnya rumah dinas, kantor, rumah pribadi kan harus ada yang ngatur. Dan itu kan orang yang memang sudah kita percaya selama ini. Sehingga dia tidak akan pernah tampil di ruang publik.

Mas Pram Jakarta akan menjadi kota Global, Apa visi-misi Anda Mas dalam konteks ini?

Jadi Jakarta sebagai kota global, sekarang ini Jakarta ranking ke-74 dari 156 kota global dunia. Nomor 1 New York, nomor 7 Singapura, Bangkok itu nomor 47, Manila nomor 72, Kuala Lumpur 70, dan Jakarta nomor 74. Hanya ngalahin Hanoi.

Jadi dari situ saja kelihatan bahwa ada sesuatu yang harus dilakukan perbaikan. Apa yang menjadi kriteria kota global? salah satunya tentunya dukungan politik, sumber daya manusia, cara berkomunikasi, persoalan-persoalan sumber daya manusia. Inilah hal-hal yang nanti menjadi perhatian saya.

Saya sendiri sangat berharap mudah-mudahan lima tahun ke depan Jakarta itu brandingnya walaupun bukan sebagai ibu kota negara, tetapi menjadi ibu kota ASEAN. Karena kan kantor-pusatnya disini. Dan kemudian sebagai ibu kota ASEAN, saya berharap bahwa seperti New York, kota dunia nomor 1 sekarang ini kan New York kota global. Aktivitas itu kita adakan, kemudian juga ya dalam banyak hal harus dilakukan perbaikan.

Mas Pram, khusus masyarakat Betawi, apakah ada program khusus untuk mereka?

Jadi Undang-undang nomor 2 tahun 2024 pasal 31 itu tentang Kebudayaan Betawi.

Jadi siapapun gubernurnya kalau konsisten, maka harus menerapkan itu. Kemudian masyarakat adat Betawi menjadi bagian yang utama, kebudayaan yang utama. Termasuk saya akan membuat misalnya, batas-batas kecamatan, kota.

Sekarang ini kan enggak pernah ada warna Betawinya.

Gapuranya kan enggak pernah ada (ornamen Betawi) kalau kamu kemanapun selalu yang ada adalah masih Jakarta sebagai ibu kota. Sehingga etnisitas di Betawinya belum nampak. 

Dan untuk itu saya akan melakukan perbaikan. Termasuk kalau nanti datang ke Balai Kota (Jakarta) saya enggak lagi menyajikan teh maupun kopi, tetapi biru peletok. Bir pletok itu adalah minuman khas Betawi yang ginger (jahe) enak banget, batuknya sembuh. Hanya memang gulanya jangan banyak-banyak.

Mas Pram sudah punya kiat-kiat enggak untuk membentengi diri, keluarga atau teman dari korupsi?

Yang pertama, saya sudah lama jadi pejabat.

Saya selalu bicara sama keluarga saya. Jangan ada konflik interes. Jangan kemudian mereka katakanlah menggunakan nama saya. 

Bahkan saya kalau dilihat track record (latar belakang) saya, anak saya nomor satu, nomor dua. 

Bahkan anak saya dua-duanya sebenarnya hampir enggak pernah ke kantor saya.

Termasuk anak-anak saya itu baru terlibat aktif ketika bapaknya menjadi calon gubernur. Saya terpilih empat kali menjadi anggota DPR, istri dan anak saya enggak pernah ke Daerah Pemilihan (Dapil). Karena memang enggak pernah cawe-cawe bentuk itu.

Saya di manapun bekerja yang saya bangun dalam sistem. Termasuk nanti ketika mempromosikan seseorang menjadi apa dan siapa, maka meritokrasi dan merit sistem yang akan menjawab itu.

Bukan saya kemudian saya suka ini. Bahkan ketika saya datang ke Balai Kota secara terbuka saya ngomong sama mereka. Bagi yang tidak memilih saya, bahkan yang sudah berkampanye terbuka untuk saya, buat saya enggak apa-apa.

Karena apa? Ya itu pilihan. Tetapi kalau mereka enggak mau bekerja secara profesional, rajin, giat, anti korupsi, ya sudah saya pasti akan mengambil tindakan.(m27)

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News 

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved