Viral Media Sosial

Dua Hari Usai Prabowo Dilantik, Ustaz Abdul Somad Posting Kisah Si Kancil dan Singa, Apa artinya?

Dua Hari Usai Prabowo Dilantik, Ustaz Abdul Somad Posting Kisah Si Kancil dan Singa, Apa artinya?

Editor: Dwi Rizki
akbaryoga.com
Si Kancil dan Singa Sang Raja Hutan 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Dua hari usai Prabowo Subianto dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia (RI), Ustaz Abdul Somad menuliskan kisah Singa Sang Raja Hutan dan Si Kancil.

Kisah tersebut dituliskan Ustaz Abdul Somad lewat instagramnya @ustadzabdulsomad_official pada Selasa (22/10/2024).

Dalam postingannya, Ustaz Abdul Somad menceritakan kisah ketika Kancil, Rusa, dan Monyet bertemu dengan Singa.

Berurutan, Singa pun bertanya kepada ketiganya soal aroma badannya.

"Seekor Singa merasa dirinya bau, dia bertanya kepada Rusa, 'Rusa, apakah aku bau?'. Rusa menjawab, 'Kau sangat bau'. Singa tersinggung, lalu Singa membunuh Rusa," tulis Ustaz Abdul Somad.

Pertanyaan serupa rupanya juga diajukan Singa kepada Monyet.

Senasib dengan Rusa, Monyet pun dilahap Sang Raja Hutan.

"Singa datang kepada Monyet, 'Monyet, apakah aku bau?'. Monyet ketakutan, lalu menjawab, 'Tidak ada bau sama sekali Tuan Singa'. Singa tau Monyet berbohong. Monyet pun mati dibunuh Singa," tulis Ustaz Abdul Somad.

Berbeda dengan Rusa dan Monyet, Kancil yang cerdik berkilah ketika ditanya oleh Singa.

Si Kancil mengaku sedang pilek, sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan Sang Raja Hutan.

"Singa bertanya kepada Kancil, 'Apakah aku bau?'. Kancil menjawab, 'Sudah beberapa hari ini aku flu Tuan Singa'. Kancil selamat," tulis Ustaz Abdul Somad.

Tidak dijelaskan latar belakang ataupun maksud Ustaz Abdul Somad mengunggah kisah tersebut.

Namun, beragam pendapat hingga pesan moral dituliskan masyarakat terkait kisah Kancil dan Singa Sang Raja Hutan.    

 @faizsumarno: Pesan moral : ga perlu ikut urusan yang tdk penting .. abaikan saja.

@hawariwe.04: Terkadang menahan diri dari tidak mengomentari orang lain/ mencampuri urusannya akan membuat kita selamat

@elok8160: Jadi kl mau selamat apakah hrs 'menjilat'? mohon pencerahannya

@subandi.rio: Penguasa yg gak mau di kritik.. rakyat takut pada bungkam

@ir_wan_hati: Tergantung sudut pandang dan konteks, jika mati dalam keadaan jujur sprti itu adalah kado terindah di dunia

@eko_sa_putra: Cerdik, licik dan banyak akal agar bisa menghindari bahaya

@adzim.r.5: 'Cerdik pandai dan teliti sungguh-sungguh dan ada akal'

@fahrizal2946: Pointnya: kecerdasan serta kebijaksanaan dalam menyikapi sesuatu tanpa mengindahkan segala situasi kondisi dan resiko yang ditimbulkan

@abufafay: ya kita hrs cerdik dikit lah dlm hidup, iya kan pak ustadz...

Singa Licik dan Kancil Cerdik

Terdapat banyak versi kisah Singa Sang Raja Hutan dan Kecerdikan Si Kancil.

Satu di antaranya ditulis oleh Yoga Akbar S lewat situs pribadinya akbaryoga.com.

Dikisahkan, Pak Tani memberikan tugas kepada Kancil, Kambing,dan Sapi untuk mencari jeruk ajaib.

Pak Tani membutuhkan jeruk ajaib itu untuk mengobati sariawannya yang tidak kunjung sembuh.

Malangnya, buah jeruk ajaib hanya tumbuh di kebun milik Bu Tina. 

Pak Tani dan Bu Tina dahulu adalah tetangga yang berteman sejak balita, dan mereka dulu sering menanam tumbuhan bersama-sama.

Tapi sekarang, Bu Tina telah pindah ke Desa Suka Maju, sedangkan Pak Tani masih menetap di Desa Tetap Mundur.

Tidak tersisa satu bibit jeruk ajaib pun di rumah Pak Tani.

Semuanya sudah dibawa oleh Bu Tina ke desa seberang.

Meskipun begitu, sampai sekarang mereka masih berteman baik dan tak jarang kirim-kiriman surat lewat Merpati. 

Jarak antara Desa Suka Maju dan Desa Tetap Mundur memang lumayan jauh.

Untuk menuju ke Desa Suka Maju, mereka harus melewati lembah, menyeberangi sungai, dan menerobos hutan.

Apalagi di dekat hutan itu ada kawasan yang dihuni oleh Singa Sang Raja Hutan, sehingga Pak Tani tidak bisa pergi sendirian.

Pak Tani mau tak mau perlu meminta bantuan kepada Kancil, Kambing, dan Sapi. Konon, sesama hewan diperbolehkan untuk melintas di habitat Singa, sedangkan untuk manusia ada beberapa syarat khusus yang entah apa itu. 

Kancil, Kambing, dan Sapi pun memulai perjalanannya.

Mereka bertiga berhasil melewati lembah dengan mudah.

Ketika menyeberangi sungai, Kancil, Kambing, dan Sapi agak sedikit kesulitan. Karena di sungai itu hidup beberapa Buaya yang kejam, dan suka memakan hewan-hewan ternak. 

Bagusnya, keberuntungan memihak kepada Kancil, Kambing, dan Sapi.

Kebetulan pula ada seorang manusia yang hendak menyeberangi sungai menggunakan perahu. Mereka bertiga pun diperbolehkan menumpang. 

Satu masalah kelar, muncul masalah baru. Kini, Kancil, Kambing, dan Sapi harus menerobos hutan dan melewati habitat Singa.

Sebenarnya, di dalam perjanjian hutan setiap hewan boleh melewati wilayahnya itu.

Tapi jika Singa itu sedang lapar, terkadang dia akan berbuat licik kepada para hewan.

Dia suka memberikan pertanyaan kepada para hewan yang memasuki kawasannya.

Kalau jawabannya benar, hewan itu boleh melintas. Jika jawabannya salah, Singa akan memakan hewan itu. 

Mungkin satu-satunya cara ialah dengan berlari kencang. Namun, lari Singa tentu tidaklah lambat.

Sejauh ini, belum ada hewan ternak yang mampu lolos dari kejaran Singa. 

Tak disangka, sekali lagi keberuntungan memihak kepada mereka bertiga.

Sang Singa sedang tertidur pulas kala mereka memasuki daerah kekuasaannya itu.

Mereka pun berhasil melewatinya dengan melangkah pelan-pelan dan selamat. 

Bu Tina terlihat sedang menyapu di halaman rumahnya. 

“Permisi, Bu,” kata mereka bertiga kompak. 

“Iya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Bu Tina. 

“Kami bertiga sedang melaksanakan tugas, Bu,” ujar Kancil, mewakili yang lain.

“Pak Tani mengutus kami datang ke sini untuk meminta buah jeruk ajaib.” 

“Oh, kalian utusan Pak Tani. Apa kabar dia?” 

“Sedang sakit sariawan, Bu. Sudah tiga minggu tidak kunjung sembuh,” celetuk Kambing. 

“Astaghfirullah,” Bu Tina tampak terkejut.

“Ya udah, kalau begitu akan saya berikan buah jeruk ajaib itu sebanyak-banyaknya agar Pak Tani bisa cepat sembuh. Nanti tolong sampaikan salam saya kepada Pak Tani, ya,” lanjut Bu Tina. 

“Siap!” jawab mereka bertiga kompak. 

Kancil, Kambing, dan Sapi sudah membawa buah jeruk ajaib itu.

Bu Tina membungkus buah jeruk itu di kantong plastik hitam dan mengalunginya di leher mereka. 

Ketika di perjalanan pulang, rupanya Singa sudah terbangun dari tidur nyenyaknya.

Ini menjadi sebuah masalah bagi mereka. Mereka bertiga pun sangat ketakutan. 

Terjadi perundingan siapa yang berani melintas habitat Singa terlebih dahulu. Mereka pun melakukan gambreng. 

Hompimpa alaium gambreng, Pak Tani pake baju rombeng. 

Nasib malang menimpa si Kancil.

Dari mereka bertiga, si Kancil lah yang kalah ketika melakukan undian itu.

Untuk itu, si Kancil harus melewati habitat Singa terlebih dahulu.

“Wah, si Kancil berhasil lewat, Mbing,” kata Sapi, takjub. 

“Iya, dia emang cerdik, sih.” 

“Yaudah, sekarang giliran kamu.” 

“Kamu duluan aja, Pi,” kata Kambing. 

“Aku belum mau mati. Kamu duluan aja,” kata Sapi sambil mendorong Kambing. 

Kambing kalah ukuran badan dan mau tak mau harus mengalah.

Kemudian, si Kambing mencoba melewati habitat Singa dengan perasaan cemas. 

“Permisi, Raja, saya mau numpang lewat,” kata Kambing kepada Singa. 

“Boleh, silahkan.” 

Ketika Kambing mulai melangkah, tiba-tiba Sang Singa mengaum. Kambing pun panik. 

“Saya lapar,” ujar Singa. 

“Jangan makan saya, Raja,” kata Kambing memohon. Raut wajahnya begitu pucat. 

“Oke, tapi ada syaratnya. Kamu harus menjawab pertanyaan ini: Menurut kamu, badan saya ini bau atau tidak?” 

Si Kambing pun berpikir sejenak.

Kancil itu cerdik.

Pasti tadi dia berhasil lewat karena menjawab bohong, batin si Kambing. 

“Tubuh raja begitu wangi. Saya suka sekali dengan aromanya,” teriak Kambing penuh semangat. 

“Kamu pikir saya ini bodoh, ya? Bau badan saya kecut begini dan belum mandi, kok malah dibilang wangi? Kamu sebenarnya mau meledek saya, kan?” ujar Singa penuh emosi. 

Belum sempat Kambing membela dirinya dan meminta maaf, Singa pun menerkam Kambing itu tanpa ragu-ragu.

Tamat sudah riwayat Kambing. 

Sapi yang melihat kejadian itu langsung gemetaran dan tidak berani melangkahkan kaki.

Tapi berkat kematian Kambing itu, Sapi menjadi tau jawaban yang mungkin benar. 

Sapi perlahan-lahan mulai mendekati Sang Raja Hutan. 

“Permisi, Paduka, saya hanya ingin lewat dan pulang ke rumah.” 

“Kamu harus jawab pertanyaan saya dahulu,” kata Singa sambil mengunyah Kambing. 

Kalo pertanyaannya berbeda gimana, nih? 

“Apa pertanyaannya, Paduka?” tanya Sapi. 

“Tubuh saya ini bau atau tidak?” 

Ternyata pertanyaan itu tidak berubah.

Sapi pun berpikir, tadi si Kambing menjawab bohong lalu dimakan.

Berarti kali ini dirinya harus menjawab jujur.

Dengan penuh keyakinan, si Sapi langsung menjawab, “Bau banget. Saya aja mau muntah nih, Paduka.” 

Singa sudah melahap kambing hingga habis.

Sang Singa langsung murka mendengar perkataan Sapi itu dan menggigit lehernya.

Sapi tergeletak lemas. 

Singa pun langsung menggerogoti tubuh Sapi. 

Nasib Sapi sama seperti Kambing.

Mereka berdua gagal menjalankan tugas dan mati.

Kancil sudah berada di rumah Pak Tani.

Pak Tani juga sudah memakan buah jeruk ajaib yang dibawa oleh Kancil.

Karena Kambing dan Sapi tak kunjung datang, Pak Tani kemudian bertanya kepada Kancil, “Cil, mana kedua temanmu?” 

“Saya juga kurang tahu, Pak,” jawab Kancil, bingung. 

Ketika Kancil dan Pak Tani sedang mengobrol tentang Kambing dan Sapi.

Datanglah si Burung memberi kabar.

Orang-orang biasanya menyebutnya kabar burung. 

“Tadi saya melihat kalau Kambing dan Sapi telah tewas ketika melintas di habitat Singa. Singa itu memakan mereka berdua dengan lahap.” Burung itu pun langsung pergi tanpa memberikan penjelasan lebih. 

Mendengar kabar itu, Pak Tani dan Kancil terperanjat.

Perjalanan mencari obat itu kenapa harus merenggut nyawa temannya? Pak Tani dan Kancil pun mengirimkan doa untuk mereka yang mati. 

“Lalu, bagaimana kamu bisa selamat dari si Singa itu, Cil?” tanya Pak Tani selesai berkabung. 

“Singa itu hanya memberikan pertanyaan sederhana kepada saya, Pak.” 

“Singa itu bertanya apa?” 

Kancil pun menjelaskan pertanyaan tentang bau badan Singa.

Pertanyaan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada Kambing dan Sapi. 

“Kamu menjawab apa, kok bisa lolos dari kelicikan Singa itu?” tanya Pak Tani penasaran. 

“Saya cuma bilang, ‘Maaf sebelumnya, Tuan Singa, saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu sekarang. Karena hidung saya sedang pilek. Nanti kalau sudah sembuh, saya akan balik lagi dan menjawabnya.’ Singa itu langsung mengizinkan saya lewat.” 

Pak Tani pun tertawa.

“Kamu memang cerdik, Cil,” kata Pak Tani memuji. 

Kancil sepertinya mengerti kalau tidak ada satu pun jawaban benar dari pertanyaan Singa itu.

Jadi, Kancil harus bisa menipu kelicikannya itu dengan kecerdikannya.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved