Berita Jakarta

Ini Versi Wakapolda Preman Bubarkan Diskusi di Kemang Jaksel, Refly Harun: Siapa Aktor Utamanya?

Wakapolda Metro Jaya Brigjen Djati menceritakan kronologi preman yang membubarkan sebuah diskusi soal Jokowi di Kemang. Diakui polisi sedikit telat.

Editor: Valentino Verry
tribunnews
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Djati Wiyoto Abadhy menceritakan kronologi preman membubarkan diskusi di Kemang yang membahas 10 tahun pemerintahan Jokowi, Sabtu (28/9/2024). Dia mengakui, anak buahnya terlambat mencegah pembubaran aksi anarkis itu. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Saat ini Polda Metro Jaya sudah menangkap lima orang preman yang diduga membubarkan diskusi di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9/2024).

Atas aksi itu publik pun menyesali, karena polisi terkesan membiarkan aksi anarksi terjadi depan mata mereka.

Tidak ada upaya tegas menghalau para preman itu mengamuk sambil merusak peralatan diskusi.

Terkait hal itu, Wakapolda Metro Jaya Brigjen Djati Wiyoto Abadhy mengakui, anak buahnya terlambat mencegah pembubaran diskusi tentang evaluasi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).

Mengingat isu diskusi yang sensitif, maka ada pihak-pihak yang merasa terusik.

Baca juga: Preman Bubarkan Diskusi Refli Harun Cs di Kemang, Polisi: Kata Mereka Diskusinya Memecah Persatuan

Djati menjelaskan, peristiwa itu diawali dengan hadirnya sekitar 30 orang yang mengatasnamakan diri Forum Cinta Tanah Air di Hotel Grandkemang, Jakarta Selatan, Sabtu pagi. 

Massa pun menggelar unjuk rasa untuk memprotes diselenggarakannya acara diskusi yang diinisiasi kelompok bernama Forum Tanah Air (FTA). 

"Alasannya tidak ada izin dan (acara diskusi dianggap) memecah belah persatuan dan kesatuan," ungkap Djati dalam konferensi pers di Markas Polda Metro Jaya, Minggu (29/9/2024).  

Sejumlah tokoh hadir dalam diskusi itu, antara lain pakar hukum tata negara Refly Harun, pengamat politik Said Didu, mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen (Purn) TNI Soenarko, dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin. 

Baca juga: Petrus Selestinus Sesali Polisi Diam saat Preman Bubarkan Diskusi FTA: Bisa Mencoreng Prabowo ini

Atas unjuk rasa itu, personel dari Polsek Mampang terjun untuk melaksanakan pengamanan. 

Awalnya, unjuk rasa berlangsung kondusif. Tetapi, massa terus memaksa masuk, sehingga aksi saling dorong dengan polisi tidak terhindarkan. 

Polisi sempat bernegosiasi dengan penanggung jawab aksi serta penanggung jawab acara diskusi

Salah satu kesepakatan yang ingin dicapai yakni meminta panitia diskusi mempercepat acaranya sehingga situasi unjuk rasa tidak berlarut-larut. 

"Tiba-tiba, sekitar 10-15 orang merangsek masuk dari pintu belakang menuju ruang diskusi. Pada saat itu, anggota kami masih terfokus di depan hotel untuk kegiatan pengamanan aksi," ungkap Djati.  

Orang-orang itu sempat dihalau oleh sekuriti hotel, tetapi tak berhasil. 

Mereka justru menganiaya sekuriti hotel hingga menyebabkan sekuriti mengalami luka di kepala dan tubuh.  

Massa kemudian masuk ke dalam ruang digelarnya diskusi dan membubarkan secara paksa. 

Mereka yang kebanyakan memakai masker melontarkan kalimat berisi pembubaran sembari merusak properti hotel dan merusak atribut diskusi seperti poster dan baliho. 

Saat inilah aparat baru menyadari bahwa mereka kecolongan. 

Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun desak Polri menangkap aktor utama yang menyuruh preman membubarkan diskusi di Kemang.
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun desak Polri menangkap aktor utama yang menyuruh preman membubarkan diskusi di Kemang. (Tribunnews.com)

Polisi kemudian masuk ke dalam ruangan diskusi untuk melakukan upaya penertiban. 

"Setelah kejadian (pembubaran), petugas kami yang ada di depan baru menuju ke gedung belakang, jaraknya sekitar 100 meter," ucapnya. 

"Kegiatan massa yang melakukan pencabutan, perusakan, dan pembubaran baru selesai dan keluar. Itu kronologi kejadiannya," imbuh mantan Direktur Keamanan Khusus Badan Intelijen Keamanan (Dirkamsus Baintelkam) Polri itu. 

Polisi telah mengamankan lima orang yang terlibat pembubaran diskusi

Kelima orang itu masing-masing berinisial FEK, GW, JJ, LW, dan MDM. 

"Yang berinisial FEK, ini adalah koordinator lapangan. Kedua, GW, ini pelaku perusakan (properti) yang ada di dalam hotel," ujar Djati.  

FEK dan GW diketahui telah ditetapkan sebagai tersangka. 

Mereka dikenakan Pasal 170 KUHP juncto 351 KUHP tentang penganiayaan dan Pasal 406 KUHP tentang perusakan benda. 

Adapun, terduga pelaku berinisial JJ berperan sebagai orang yang melontarkan kalimat berisi pembubaran acara, merusak baliho serta properti hotel. 

Hal yang sama dilakukan dua terduga pelaku lainnya, yakni LW dan MDM. 

Meski demikian, tiga orang ini belum ditetapkan sebagai tersangka serta masih berstatus saksi. 

Djati menegaskan, kelimanya masih berada di Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya untuk diperiksa lebih lanjut.

Sementara itu, Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun merasa ada yang janggal dengan aksi penyerangan preman tersebut.

Dia pun mendorong pihak kepolisian agar mengungkap siapa aktor utama yang memerintahkan preman tersebut membubarkan acara diskusi.

 Refly menyebut, tak mungkin sekelompok orang yang sempat menggelar aksi sebelum acara berlangsung itu peduli dengan acara diskusi yang dihadiri tokoh dan aktivis kebangsaan tersebut.

"Apa hubungannya sama mereka? Maksud saya, tapi sudahlah. Kalau kalau memang mau lebih lanjut diungkap, permasalahkan siapa mastermidnya? Ngga mungkin mereka melakukan tindak di lapangan, bertindak karena mereka ngga suka si A, si B atau si C," kata Refly kata Refly Harun dalam acara Kompas Petang di Kompas TV, Minggu (29/9/2024).

"Ini kelompok-kelompok yang bisa digunakan siapa saja, untuk siapa saja, dan forum itu enggak ada kaitanya dengan hajat hidup mereka," tambahnya.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved