Selama 4 Dekade, Bakti Katarak Sudah Operasi Mata Gratis kepada 3.000 Lebih Orang

Sejak 1984, inisiatif ini telah memfasilitasi tindakan operasi katarak kepada lebih dari 3.206 orang penerima manfaat.

Dok RS Mata JEC @Kedoya
Direktur Utama RS Mata JEC @Kedoya, Dr Setiyo Budi Riyanto, SpM (K) saat sosialisasi mengenai katarak kepada masyarakat lewat seminar di JEC Eye Center, Kedoya, Jakarta Barat pada Kamis (27/6/2024) lalu. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Rumah sakit dan klinik, Jakarta Eye Hospitals and Clinics, mencatat sudah ada 3.000 orang yang mendapatkan tindakan operasi katarak gratis dari rumah sakit tersebut.

Sejak 1984, inisiatif ini telah memfasilitasi tindakan operasi katarak kepada lebih dari 3.206 orang penerima manfaat.

Hal itu diungkapkan Direktur Utama RS Mata JEC @Kedoya, Dr Setiyo Budi Riyanto, SpM (K).

Kata dia, tahun ini, JEC akan melaksanakan Bakti Katarak bertepatan dengan momen World Sight Day pada pekan kedua Oktober 2024.

Pelaksanaan Bakti Katarak akan melibatkan cabang-cabang JEC yang tersebar di berbagai kota. Operasi katarak adalah tindakan medis minim risiko dan merupakan investasi terbaik untuk kesehatan mata.

"Program Bakti Katarak ini menjadi wujud kepedulian JEC terhadap akses layanan kesehatan mata yang memadai bagi mereka yang membutuhkan. Lebih luas, Bakti Katarak juga merupakan kontribusi aktif JEC dalam mendukung upaya pemberantasan kebutaan di Indonesia," kata Setiyo dari keterangannya pada Senin (1/7/2024).

Diketahui, katarak masih menjadi momok terbesar gangguan penglihatan di dunia.

Pada 2020 saja, secara global, lebih dari 100 juta orang menderita katarak dan 17 juta di antaranya mengalami kebutaan.

Di Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) menyebut penyandang kebutaan berjumlah 1,6 juta orang, dengan sekitar 80 persen disebabkan oleh katarak.

Meski bisa menyebabkan buta, katarak sebenarnya sangat bisa direhabilitasi, yakni dengan operasi.

Sayangnya, masih banyak penyandang katarak yang belum menjalani operasi. Ironisnya lagi, alasan terbanyak belum adanya tindakan adalah karena penyandang katarak yang tak sadar mengidap gangguan penglihatan ini.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan menyebut, selain alasan utama tidak menyadari menyandang katarak (51,6 persen); keengganan pasien juga lantaran ketidakmampuan membiayai (11,6 persen) dan takut operasi (8,1 persen). Artinya, edukasi mengenai katarak belum optimal, dan harus kian digalakkan.

Sementara itu Ketua Umum Perdami, Prof. dr. Budu, Ph.D, Sp.M(K), M.Med.Ed. menyampaikan, meski banyak ditemukan pada pasien berusia di atas 50 tahun, sesungguhnya katarak tidak mengenal umur.

Sebab, katarak juga bisa terjadi karena kondisi-kondisi tertentu. Semua orang bisa terkena katarak, dan penanganannya hanya melalui tindakan operasi.

"Karenanya, kita harus melakukan sosialisasi dan edukasi yang masif kepada seluruh lapisan masyarakat. Sejak Perdami lahir pada 1964, komitmen pemberantasan kebutaan terus kami gelorakan," tuturnya.

Pada Peringatan Bulan Kesadaran Katarak ini, pihaknya berterima kasih kepada JEC yang telah mengambil bagian dalam pemberantasan katarak.

Salah satunya, bakti kemanusiaan pemberian operasi katarak.
 
"Pemerintah melalui Perdami berpesan agar kita bisa bersama-sama menekan angka kebutaan minimal 25 persen pada 2030 mendatang," pungkasnya. (faf)

 

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved