Berita Jakarta
Omset Konfeksi Rumahan Turun 80 Persen, Mancis Bertahan dengan 8 Karyawan
Mancius sudah 25 tahun menggeluti usaha konfeksi, berawal dari tukang jahit hingga kini punya 8 karyawan
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dian Anditya Mutiara
WARTAKOTALIVE.COM, TAMBORA — Sudah 25 tahun Mancis (45) menggeluti dunia konfeksi.
Bermula dari dirinya yang bekerja sebagai tukang jahit, hingga kini dia menjadi seorang bos konfeksi rumahan yang mempekerjakan delapan orang karyawan.
Karyawan Mancis pun sebagian adalah teman seperjuangannya kala dirinya dahulu menjadi seorang penjahit, di Jelambar, Jakarta Barat.
Kini di kampung konfeksi Kalianyar, Mancis mengontrak sebuah rumah petakan berlantai dua untuk membangun usahanya.
Kepada Warta Kota, Mancis mengaku sudah lima tahun menjadi bos konfeksi.
"Kalau konfeksi saya buka sebenarnya pindah-pindah. Pertama di Kalideres, Jelambar, baru di sini (Kalianyar). Di sini baru setahun," kata Mancis saat ditemui di konfeksinya, RW 04 Kalianyar, Tambora, Jakarta Barat, Minggu (16/6/2024).
Baca juga: Bertahun-tahun Kampung Konveksi di Kalianyar Jakbar Tak Punya Pengolahan Limbah
Mancis menyampaikan, ia fokus memproduksi pakaian gamis pesanan bos-bosnya untuk kemudian dipasarkan di pusat grosir Tanah Abang.
Dalam sehari, pria berambut ikal itu mengaku bisa memproduksi 300 hingga 500 gamis, tergantung model dan tingkat kesulitannya.
Selain itu, menurut Mancis, banyaknya produksi gamis itu juga tergantung kemampuan penjahitnya.
"Jadi jam kerja ya mulai dari pukul 08.00 WIB, istirahat pukul 12.00 WIB, pukul 18.00 WIB istirahat lagi, mulai lagi pukul 20.00 - 00.00 WIB," kata Mancis.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa hampir 24 jam waktu penjahit dan dirinya dihabiskan di petakan konfeksi itu.

Kendati begitu, Mancis menyebut jika kondisi tersebut terjadi apabila dirinya tengah kebanjiran pesanan.
Jika tidak, ia kerap kali kelimpungan bagaimana memutar uang untuk membayar karyawannya.
Terlebih usai pandemi Covid-19 ini, Mancis mengaku mengalami penurunan omzet yang signifikan lantaran pangsa pasarnya banyak yang berpindah ke online.
"Kalau dulu mapan ya belum tahu nganggur, pasti kerjaan ada terus. (Sekarang) mungkin 80 persen turun nyusutnya," kata Mancis.
Biasanya, omzet usaha Mancis meningkat pada perayaan hari besar keagamaan saja.
Sementara apabila tidak ada momen tersebut, pesanan yang masuk tidaklah seberapa.
Bahkan, Mancis kerap kali mengambil keuntungan yang sedikit, asalkan karyawannya bisa tetap dapat penghasilan.
"Lebaran kemarin (ramai), Idul Adha ini nyusut. Idul fitri banyak pesanan, sampai buang ke daerah. Sekarang boro-boro buang ke daerah, di sini aja kurang. Tukang jahit sisa dua," keluh Mancis.
"Jadi umpamanya dari pusat (bos) untuk motong (bahan) ngasih harga Rp 10.000, dikasih ke tukang jahit Rp 6.000, saya mah dapat Rp 4.000, itu buat benang, bayar anak harian dan lain-lain," imbuhnya.
Baca juga: Lurah Kalianyar Berharap Pemerintah Beri Subsidi BPJS Kesehatan untuk Pekerja Konfeksi di Wilayahnya
Sementara itu, Mancis mengaku mengaji karyawan tiap satu minggu sekali, tergantung banyaknya gamis atau produk pakaian yang dihasilkan mereka.
"Tukang jahit rata-rata Rp 1,5 juta seminggu, bisa lebih bisa kurang tergantung skill (kemampuan), ada yang cepat, ada yang lambat. Kalau seumpama cepat bisa Rp 1,8 - 2 juta sampai," katanya.
Mancis menyampaikan, ia sebenarnya ingin membangun usaha konfeksi sendiri dan tidak harus disokong oleh bos. Tetapi, ia terbatas pada modal.
Oleh karena itu, Mancis sangat berharap ada uluran bantuan dari pemerintah atau pembinaan untuk pelaku-pelaku usaha konfeksi di Kalianyar, Jakarta Barat.
"Saya pilih bangun konfeksi di sini sebenarnya enggam lari dari grup ya, pasti ada di lingkungan konfeksi saya. Di Jelambar juga sama. Saya enggak mau kalau pisah atau konfeksi sendiri," kata Mancis.
"Karena pertama jauh dari bos, kedia rekan sesama tim jauh. (Kalau dekat) bisa saling bantu, kalau kurang ini kurang ini sesama temen dekat. Kalau mental sendiri blangsak sendiri," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, ratusan pekerja konfeksi yang bertaruh hidup di kampung konfeksi, Kalianyar Jakarta Barat, rupanya memiliki penghasilan yang jauh di bawah rata-rata upah minimum regional (UMR) Jakarta.
Kebanyakan, mereka dipekerjakan secara lepas dan diupah berdasarkan jam kerja tiap sehari atau seminggu sekali.
Akan tetapi, upah itu pun masih jauh dari kata layak. Terlebih, mereka tidak memiliki ansuransi kesehatan maupun kematian.
Sehingga, uang yang dikumpulkan mereka harus juga disisihkan untuk hal-hal tak terduga semacam itu.
Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Lurah Kalianyar, Dwi Cahyono saat ditemui di Kantor Kelurahan Kalianyar, Minggu (16/6/2024).
"(Upah) itu kebijakan masing-masing pemilik, ownernya bekerja sama dengan pemerintah, swasta. Kami tidak tahu menahu," kata Dwi.
Kendati demikian, Dwi berharap agar pemerintah mau memerhatikan kesejahteraan para pekerja konfeksi di wilayahnya.
Sebab bagaimanapun juga, kehadiran mereka telah menggerakkan roda perekonomian daerah bahkan membantu mengentaskan pengangguran.
"Pemerintah saya mengharapkan sekali untuk memperhatikan kesejahteraan daripada warga masyarakat atau pegawai buruh konfeksi rumahan ini," kata Dwi.
"Terutama masalah BPJS kesehatan dan juga ansuransi kematian yang memang pegawai buruh ini tidak sesuai standar minimal dari upah minimum di Jakarta," imbuhnya. (m40)
Baca Wartakotalive.com berita lainnya di Google News
Dapatkan informasi lain dari WartaKotaLive.Com lewat WhatsApp : di sini
Tiga Hakim PN Jaksel Diadukan ke Badan Pengawas MA usai Batalkan Putusan Inkrah |
![]() |
---|
Ada TNI AD Fair 2025 di Monas, Kereta dari dan menuju Stasiun Gambir Berhenti di Jatinegara |
![]() |
---|
Kelakuan Andre, Cek Cok dengan Istri Berujung Bakar Rumah Kontrakan |
![]() |
---|
Wali Kota Jakarta Selatan Ajak Camat dan Lurah Perkuat Keamanan Melalui Siskamling |
![]() |
---|
Peringati World Rabies Day, Pemkot Jaktim Gelar Pelayanan Kesehatan Hewan Gratis Besok |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.