Berita Jakarta
Omset Konfeksi Rumahan Turun 80 Persen, Mancis Bertahan dengan 8 Karyawan
Mancius sudah 25 tahun menggeluti usaha konfeksi, berawal dari tukang jahit hingga kini punya 8 karyawan
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dian Anditya Mutiara
Biasanya, omzet usaha Mancis meningkat pada perayaan hari besar keagamaan saja.
Sementara apabila tidak ada momen tersebut, pesanan yang masuk tidaklah seberapa.
Bahkan, Mancis kerap kali mengambil keuntungan yang sedikit, asalkan karyawannya bisa tetap dapat penghasilan.
"Lebaran kemarin (ramai), Idul Adha ini nyusut. Idul fitri banyak pesanan, sampai buang ke daerah. Sekarang boro-boro buang ke daerah, di sini aja kurang. Tukang jahit sisa dua," keluh Mancis.
"Jadi umpamanya dari pusat (bos) untuk motong (bahan) ngasih harga Rp 10.000, dikasih ke tukang jahit Rp 6.000, saya mah dapat Rp 4.000, itu buat benang, bayar anak harian dan lain-lain," imbuhnya.
Baca juga: Lurah Kalianyar Berharap Pemerintah Beri Subsidi BPJS Kesehatan untuk Pekerja Konfeksi di Wilayahnya
Sementara itu, Mancis mengaku mengaji karyawan tiap satu minggu sekali, tergantung banyaknya gamis atau produk pakaian yang dihasilkan mereka.
"Tukang jahit rata-rata Rp 1,5 juta seminggu, bisa lebih bisa kurang tergantung skill (kemampuan), ada yang cepat, ada yang lambat. Kalau seumpama cepat bisa Rp 1,8 - 2 juta sampai," katanya.
Mancis menyampaikan, ia sebenarnya ingin membangun usaha konfeksi sendiri dan tidak harus disokong oleh bos. Tetapi, ia terbatas pada modal.
Oleh karena itu, Mancis sangat berharap ada uluran bantuan dari pemerintah atau pembinaan untuk pelaku-pelaku usaha konfeksi di Kalianyar, Jakarta Barat.
"Saya pilih bangun konfeksi di sini sebenarnya enggam lari dari grup ya, pasti ada di lingkungan konfeksi saya. Di Jelambar juga sama. Saya enggak mau kalau pisah atau konfeksi sendiri," kata Mancis.
"Karena pertama jauh dari bos, kedia rekan sesama tim jauh. (Kalau dekat) bisa saling bantu, kalau kurang ini kurang ini sesama temen dekat. Kalau mental sendiri blangsak sendiri," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, ratusan pekerja konfeksi yang bertaruh hidup di kampung konfeksi, Kalianyar Jakarta Barat, rupanya memiliki penghasilan yang jauh di bawah rata-rata upah minimum regional (UMR) Jakarta.
Kebanyakan, mereka dipekerjakan secara lepas dan diupah berdasarkan jam kerja tiap sehari atau seminggu sekali.
Akan tetapi, upah itu pun masih jauh dari kata layak. Terlebih, mereka tidak memiliki ansuransi kesehatan maupun kematian.
Sehingga, uang yang dikumpulkan mereka harus juga disisihkan untuk hal-hal tak terduga semacam itu.
Tiga Hakim PN Jaksel Diadukan ke Badan Pengawas MA usai Batalkan Putusan Inkrah |
![]() |
---|
Ada TNI AD Fair 2025 di Monas, Kereta dari dan menuju Stasiun Gambir Berhenti di Jatinegara |
![]() |
---|
Kelakuan Andre, Cek Cok dengan Istri Berujung Bakar Rumah Kontrakan |
![]() |
---|
Wali Kota Jakarta Selatan Ajak Camat dan Lurah Perkuat Keamanan Melalui Siskamling |
![]() |
---|
Peringati World Rabies Day, Pemkot Jaktim Gelar Pelayanan Kesehatan Hewan Gratis Besok |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.