Pelecehan Seksual

Keluarga Siswi SLB yang Diduga Alami Pelecehan Seksual Hingga Hamil Lapor ke Polres Jakbar

Seorang siswi SLB berinisial AS (15) diduga mengalami pelecehan seksual oleh teman satu kelasnya hingga hamil dan telah memasuki bulan kelima.

|
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Sigit Nugroho
WartaKota/Nuri Yatul Hikmah
Suwondo selaku paman AS (15), siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) yang diduga jadi korban kasus pelecehan seksual hingga hamil saat ditemui di Mapolres Metro Jakarta Barat (Jakbar), Rabu (29/5/2024). 

Sementara itu, Atwirlany Ritonga selaku Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Deputi Pelayanan Anak Kemen PPPA memastikan bahwa pihaknya akan mengawal kasus ini sampai tuntas agar korban AS mendapatkan keadilan.

"Tentu pendampingan ini berupa pendampingan hukum dan pendampingan psikologis termasuk menyediakan juru bahasa isyarat," kaya Atwirlany saat ditemui di Mapolres Jakarta Barat, Rabu (29/5/2024).

"Contohnya di sini anak yang mengalami disabilitas tentu butuh penanganan yang khusus dalam proses hukumnya, apakah nanti ada anak pelaku yang terlibat atau seperti apa, yang pasti kami akan terus memberikan pendampingan," pungkasnya.

Takut Lihat Baju Seragam Sekolah

Sebelumnya pihak keluarga mengungkap adanya perubahan sikap AS setelah diduga jadi korban pelecehan seksual.

Menurut ibu korban berinisial R, putrinya itu sama sekali tak mau ditinggal olehnya, meski dia hanya pergi dalam jarak beberapa meter saja. 

Bahkan, R sampai tak lagi bekerja lantaran korban selalu merengek apabila ditinggalkan.

"Jadi ada rasa takut, ke mana nyariin, asal bangun melihat saya ke dapur, kalau udah lihat nanti tidur lagi, enggak pernah ke mana-mana," kata R saat ditemui di Mapolres Jakarta Barat, Rabu (29/5/2024).

Baca juga: Satpol PP Jakarta Pusat Beri Edukasi untuk Anak-anak SLB Agar Anti Bullying

Yang lebih ironi, R menyebut, korban selalu bereaksi tak nyaman ketika melihat seragam sekolahnya.

"Cuma kalau liat baju sekolah, 'Mama enggak mau olah (sekolah)', 'Mama enggak mau sekolah libur', setiap lihat baju sekolah, kayak orang trauma," ungkap R lirih.

"Makanya saya bilang sampai sekarang saya enggak pernah kerja, ya karena mikir dia gimana nantinya," ujarnya.

Tak hanya itu, korban juga pernah membuang baju seragam pramukanya sesaat setelah R melipat seragamnya usai selesai dijemur.

Dijelaskan R, seragam pramuka adalah baju yang dipakainya saat dia dan putrinya pertama kali datang ke sekolah untuk melaporkan dugaan pelecehan tersebut kepada wali kelas dan kepala sekolahnya.

"Apalagi waktu lihat baju pramuka, pertama saya laporin ke sekolah ini anak habis (ditanya) sama wali kelas, dia diajak sama kepala sekolah ke ruang berbeda, itu pakai baju pramuka," jelas R.

"Dengan dia keluar nangis. Saya tanya kepala sekolah, 'Kenapa anak saya nangis?', (kepala sekolah menjawab) 'Bapak, ibu kalau anak ibu nangis berarti apa yang saya tanya nyambung', sementara kami enggak tahu apa yang ditanya karena enggak boleh didampingi," tutur R.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved