KKB Papua

TNI Singgung Nilai-nilai HAM Usai Aksi Kejam OPM Terjadi di Papua

Pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyebut aksi keji yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) jauh dari nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM).

Editor: Desy Selviany
Istimewa
Viral video Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua terbelah menjadi dua kubu. Kedua kubu KKB tersebut saling serang dan saling bunuh. Adapun disebutkan bahwa perselisihan tersebut terjadi antara kelompok Lewis Kogoya dengan Jhoni Botak. 

WARTAKOTALIVE.COM - Pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyebut aksi keji yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) jauh dari nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM).

Pasalnya Danramil 1703-04/Aradide Letda Inf Oktovianus Sogarlay bukan hanya ditembak oleh kelompok OPM, melainkan juga ditebas dengan parang.

Dikutip dari Tribunnews.com pada Minggu (14/4/2024) Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan mengatakan aksi yang dilakukan OPM tersebut sangat keji dan tak memperdulikan HAM.

"Apabila melihat video yang telah menyebar, bahwa gerombolan OPM sangat keji karena korban Almarhum sudah ditembak, namun tetap memarangi dengan senjata tajam tanpa pedulikan HAM," tegas

Ia mengatakan kejadian tersebut terjadi di daerah Pasir Putih, Distrik Aradide, Kab. Paniai, Provinsi Papua Tengah pada Kamis (11/4/2024).

"Para pelaku penyerangan dan penembakan ini adalah gerombolan OPM," kata dia.

Diketahui Letda Inf Oktovianus Sogarlay tewas pada 12 April 2024 saat tengah melintas di jalan menggunakan sepeda motor.

Sekelompok OPM menembak Oktovianus hingga tewas dan kemudian menebas dengan parang.

Baca juga: TNI Diminta Waspada, Strategi OPM Semakin Modern Usai Serang Seorang Danramil

Sementara itu Pengamat Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan, Ngasiman Djoyonegoro mengatakan tewasnya seorang Danramil berindikasi bahwa situasi di Papua kian genting.

“Ini bukan lagi isu HAM”, kata pria yang akrab dipanggil Simon ini.

Menurutnya situasi di Papua saat ini telah masuk pada kondisi perang melawan kelompok separatis.

Simon juga meminta TNI semakin waspada lantaran saat ini diduga OPM sudah menggunakan senjata perang taktik, strategi, intelijen bahkan infrastruktur perang.

“Sebagai aktor non state Mereka menggunakan senjata perang taktik, strategi, intelijen bahkan infrastruktur perang. Bagaimana seorang Danramil bisa diketahui identitasnya? Bagaimana prosedur perjalanannya? Itu semua menjadi pertanyaan-pertanyaan kunci untuk dapat melihat peristiwa ini secara lebih utuh,” kata Simon.

Artinya, sebagai sebuah operasi OPM telah menyusun strategi yang menyerang langsung, tertarget dan spesifik, yaitu institusi pertahanan negara. Bahkan mereka memetakan secara detail pergerakan sehingga eksekusi pembunuhan dapat dilakukan.

Simon berpendapat bahwa kelompok separatisme ini sudah ditunggangi dengan agenda asing.

“Siapa 'asing' itu? Mereka yang meneriakkan situasi di Papua sebagai situasi pelanggaran HAM. Padahal jelas, mereka bersenjata, bertaktik, berstrategi, agenda dan tujuan jelas, dan sasaran kelompok tertentu yang merepresentasikan institusi pertahanan dan keamanan negara,” jelas Simon.

 

(Wartakotalive.com/DES/Tribunnews.com)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved