Lebaran

Jemaah Aolia Gunung Kidul Salat Id Jumat Ini, 5 Hari Lebih Cepat dari Jadwal PP Muhammadiyah

Jemaah Masjid Aolia di Panggang, Gunungkidul, menggelar Salat Id 1445 H pada hari ini, Jumat (5/4/2024) atau 5 hari lebih awal.

Editor: Suprapto
KOMPAS.com/Markus Yuwono
Jemaah Masjid Aolia di Panggang III, Giriharjo, Panggang, Gunungkidul, menggelar Salat Id 1445 H pada hari ini, Jumat (5/4/2024) atau lima hari lebih awal dari Salat Id Muhammadiyah dan kemungkinan Salat Id yang ditetapkan pemerintah. Foto: Salat Id Jemaah Aolia tahun 2023 yang juga lebih cepat dua hari dari jadwal pemerintah. 

Jamaah Aolia dipimpin oleh Mbah Benu atau Raden Ibnu Hajar Sholeh.

Puasa yang dilakukan tetap 29 hari karena juga memulainya juga lebih awal yakni 22 Maret 2023 lalu.

Dia mengatakan Salat Id digelar di sejumlah masjid yakni Masjid Aolia Temuireng 1 di Kalurahan Girisuko, Masjid Aolia Panggang 3, Masjid Almaunah di Padukuhan Banyumeneng 1 dan Masjid Albarokah di Padukuhan Banyumeneng 2 di Kalurahan Giriharjo.

"Bersamaan Salat Id di Warak dan Jeruken, juga digelar di Dusun Temuireng 1 (Girisuko), Panggang 3, Banyumeneng 1 dan 2 di Kalurahan Giriharjo," kata dia. 

Makna Salat Id Hari Jumat

Sementara itu,  Dalam Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 06/EDR/I.0/E/2020 Tanggal 03 Zulkaidah 1441 H/24 Juni 2020 M menyebutkan bahwa berdasarkan ketentuan hadis-hadis, salat Jumat yang akan jatuh bersamaan dengan salat Id pada hari Jumat, 1 Syawal 1444H/21 April 2023 akan datang dapat diganti dengan salat Zuhur.

Rukhsah untuk tidak menghadiri Jumat pada hari Jumat yang bersamaan dengan Idul Fitri atau Idul Adha berdasarkan hadis-hadis di bawah ini:

“Dari Ibn ‘Umar (diriwayatan bahwa) ia berkata: Pada masa Rasulullah saw pernah dua hari raya jatuh bersamaan, yaitu Idulfitri dan Jumat, maka Rasulullah saw salat id bersama kaum Muslimin. Kemudian beliau menoleh kepada mereka dan bersabda: Wahai kaum Muslimin, sesungguhya kalian mendapat kebaikan dan pahala dan kami akan menyelenggarakan salat Jumat. Barangsiapa yang ingin salat Jumat bersama kami, silahkan, dan barang siapa yang ingin pulang ke rumahnya silakan pulang” [HR aṭ-Ṭabarani].

“Dari Iyas Ibn Abu Ramlah asy-Syami (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Aku menyaksikan Mu‘awiyah Ibn Abu Sufyan bertanya kepada Zaid Ibn Abi Arqam. Ia mengatakan: Apakah engkau pernah mengalami dua hari raya jatuh pada hari yang sama di masa Rasulullah saw? Zaid Ibn Abu Arqam menjawab: Ya, pernah. Mu‘awiyah bertanya lagi: Bagaimana Rasulullah saw melakukannya? Zaid menjawab: Ia melakukan salat id, kemudian memberi rukhsah (keringanan untuk tidak menghadiri Jumat). Lalu beliau bersabda: Barang siapa yang ingin salat bersama kami, silakan” [HR Abu Dawud dan disahihan oleh al-Arna’uṭ dan al-Albani].

“Hadis diriwayatkan dari Wahab bin Kasan, ia berkata: telah bertepatan dua hari raya (Jum’at dan hari raya) di masa Ibnu Zubair, dia berlambat-lambat ke luar, sehingga matahari meninggi. Di ketika matahari telah tinggi, dia pergi keluar ke mushalla, lalu berkhutbah, kemudian turun dari mimbar kemudian sembahyang. Dan dia tidak bersembahyang untuk orang ramai pada hari Jum’at itu (dia tidak mengadakan sembahyang Jum’at lagi). Saya terangkan yang demikian ini kepada Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata: perbuatanya itu sesuai dengan sunnah” [HR. An Nasai dan Abu Dawud].

Berdasarkan keterangan hadis-hadis di atas, apabila telah melaksanakan Salat Id, maka tidak mengapa jika tidak mengikuti salat jumat dan menggantinya dengan salat zuhur empat rakaat.

Keringanan ini diperuntukkan bagi orang yang sangat jauh dari kota untuk menuju tempat shalat hari raya dan sahalat jum’at di kala itu.

Sehingga apabila seseorang harus bolak-balik, yaitu pulang dari salat Id lalu kembali lagi untuk salat Jum’at padahal tempat tinggalnya jauh, akan mengalami kesukaran dan kepayahan.

Di sisi lain, terdapat hadis lain yang diriwayatkan oleh segolongan ahli hadis termasuk Muslim, kecuali al-Bukhari dan Ibnu Majah. Hadis tersebut menerangkan bacaan salat Nabi ketika hari raya jatuh pada hari Jum’at, berbunyi:

“Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra ia berkata: Nabi saw selalu membaca pada sembahyang kedua hari raya dan sembahyang jum’at: Sabbihisma rabbikal a’la dan hal ataka hadisul ghasiyah. Apabila berkumpul hari raya dan jum’at pada satu hari, Nabi saw membaca surat-surat itu di kedua-dua sembahyang.”

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved