Imlek

Perayaan Imlek 2024 Bawa Berkah buat Pedagang Burung Pipit Terjual hingga 5.000 Ekor

Perayaan Imlek 2024 membawa keberkahan bagi pedagang burung pipit atau yang dikenal burung gereja di Vihara Dharma Bakti

Wartakotalive/Mif
Kokoh lepas burung pipit yang dibelinya di Vihara Dharma Bakti, Sabtu (10/2/2024). 

WARTAKOTALIVE.COM, TAMANSARI - Perayaan Imlek 2024 membawa keberkahan bagi pedagang burung pipit atau yang dikenal burung gereja di Vihara Dharma Bakti, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, Sabtu (10/2/2024).

Dari pantauan Wartakotalive.com di lokasi, beberapa warga umat beragam Budha usai berdoa, membeli burung pipit untuk dilepas ke alam bebas.

Pedagang burung pipit, Mamat mengatakan, sehari-hari ia jualan burung pipit di depan Vihara Dharma Jaya.

Namun, ia mengaku hanya menjual burung pipit dari pagi sampai sore hari dan di malamnya Mamat memutuskan untuk istirahat.

Saat perayaan Imlek, Mamat biasanya membawa burung pipit lebih banyak sekira 20 kandang dengan total 20.000 ekor.

Baca juga: Ibadah Imlek 2024 di Vihara Dharma Bakti Bakar Dupa dan Uang Jinzhi untuk Para Dewa

"Ini baru laku sekira 5 kandang, sekira 5.000 ekor, kalau hari biasa paling 1.000 ekor itu juga belum tentu habis," kata Mamat, Sabtu.

Mamat mengaku, satu ekor burung pipit ia hargai Rp 1.500, tapi kalau hari biasa ia menjual hanya Rp 1.200.

Modal Mamat membeli burung pipit sekira Rp 800 di hari biasa dan jika perayaan Imlek ini terjadi kenaikan modal beli sekira Rp 1.000 sampai Rp 1.200.

Pria yang kenakan kaos kerah merah ini mengatakan, keuntungan dari menjual burung piput cukup tinggi ketika hari Imlek dari jutaan rupiah sampai puluhan juta.

"Burung ini dilepaskan sama pembelinya supaya mendapatkan kebaikan. Memang sudah budaya, orang muslim juga boleh kok beli untuk dilepas, kalau burungnya sebenarnya enggak ada keriterianya yang dilepas jenis apa," jelasnya.

Sementara itu, salah satu warga yang ingin dipanggil kokoh melanjutkan, dirinya dalam satu tahun bisa melepas puluhan burung pipit dua kali.

Menurutnya, makna membebaskan burung ini adalah melepaskan makhluk hidup ke alamnya dengan harapan membawa kebaikan dan menjauhkan hal buruk.

"Membawa rezeki yang bagus juga. Hari ini saya lepas 30 ekor burung," ungkapnya.

Baca juga: Ini Jadwal Perayaan Imlek di Vihara Dharma Bhakti Glodok, Bakal Dihadiri 500 Hingga 1.000 Jemaat

Kokoh menambahkan, harga burung pipit hari ini terjadi kenaikan karena biasanya ia membeli satu ekor Rp 1.000, kini Rp 1.500.

Kendati terjadi kenaikan, tapi itu tak menjadikan masalah untuk Kokoh melepas burung pipit demi mendapatkan keberkahan.

Artinya, Kokoh harus menbayar sekira Rp 45.000 untuk melepas 30 ekor burung pipir di halaman Vihara Dharma Bakti.

"Maklum karena lebaran, ini tahun naga ya, semoga lebih baik, lebih aman dan semuanya sehat," imbuhnya. 

Makna melepas burung pipit

Ini dia tradisi melepas burung yang masih dilakukan beberapa masyarakat Tionghoa.

Burung yang dilepas jenisnya burung pipit.

Tradisi ini disebut Fang Sheng atau menerbangkan burung pipit.

Baca juga: Cantik, 400 Lilin Merah Warnai Perayaan Imlek 2022 di Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi 

Biasanya penjual burung sudah ada di depan vihara yang didatangi warga Tionghoa ketika memanjatkan doa.

Biasanya 2 minggu atau 1 minggu sebelum Imlek dirayakan.

Seperti yang tim KompasTV temukan di Vihara Dharma Bhakti, umat yang datang berdoa, mereka juga menyempatkan membeli sekeranjang burung.

Jumlahnya variasi, bisa 30, 40 , 50 atau bahkan 100 ekor burung pipit.

“ya ini tiap tahun dilakukan, maknanya untuk melepas makhluk hidup ke alam liar, jadi bukan buang sial,” ungkap seorang ibu yang melepaskan burung bersama suaminya.

Harga yang ditawarkan penjual burung pipit, per-ekor bisa dijual mulai dari Rp 1000 hingga Rp 2000.

 Tidak harus burung, pemilihan jenis binatang yang akan dilepaskan sebenarnya disesuaikan dengan kondisi lokasinya.

Dikutip dari laman Budaya Tionghoa, makna Fang Sheng yang sesungguhnya bertujuan membebaskan binatang-binatang tersebut  dari kehidupan yang terbelenggu.

Fang Sheng sudah ada sejak ribuan tahun lalu di China, kemudian menjadi budaya tersendiri dan terbawa hingga turun temurun.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved