Urban Farming
Buat Urban Farming di Tengah Gedung Pencakar Langit, Warga Karet Tengsin Hasilkan Sayur Melimpah
Dari pintu masuk urban farming, kami bisa menyaksikan gedung-gedung tinggi yang menyorot birunya langit Jakarta
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Feryanto Hadi
Ketika pandemi Covid-19 melanda, barulah warga yang diinisiasi oleh Ketua RW 06 Zulharman, mulai membuat area pertanian dengan memanfaatkan lahan tidur (terbengkalai) seluas 1.000 meter persegi.
Lahan itu, kata Ali, milik developer (pengembang) yang tak kunjung mendirikan bangunan sejak tahun 1993.
"Jadi konsep kami itu sama warga dan teman-teman kelompok tani di sini, di antara gedung-gedung tinggi, ternyata masih ada urban farming," kata Ali saat ditemui Warta Kota di lokasi, Sabtu.
Menurutnya, tidak semua warga ikut serta mengurus urban farming tersebut. Melainkan hanya mereka yang ingin bergabung saja dalam Taruna Jaya (nama karang taruna RT 08).
Ali bercerita, ide awal membentuk urban farming adalah dari iseng menanam pepaya california yang rupanya berbuah manis.
"Waktu itu ada 50 batang, kami jual per-buah Rp 10.000, tapi buat warga di sini kami bagi juga, enggak semua kami jual," katanya.
"Kalau yang dijual kami sortir, yang agak besaran dikit kami jual Rp 10.000 dan itu alhamdulillah bisa bantu teman-teman di sini karang taruna, itu bisa buat pemasukan lumayan," imbuhnya.
Menurutnya, bibit-bibit tanaman tersebut diperoleh dari hasil pemberdayaan masyarakat mengolah hasil panen.
Namun, ada pula bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta yang mengetahui adanya urban farming hasil kelola warga di Karet Tengsin.
Hingga saat ini, tak terhitung sudah berapa kali ia dan warga memanen hasil kebun.
Pasalnya, para warga juga diperkenankan untuk mengambil hasil kebun tersebut untuk keperluan masak sehari hari.
Seperti bawang, cabai, kangkung, hingga daun singkong yang tumbuh subur dan waktu tumbuhnya cepat, diperkenankan diambil hasilnya untuk warga.
"Kalau untuk pepaya, kami udah berjalan dari 2021 pas covid sampai terakhir di 2023 pertengahan kami sering panen, tapi pepaya lama kelamaan kami sering ambil, lama-lama mengecil (pohonnya), kami regenerasi, sekarang ini baru tanam lagi," kata Ali.
"Hampir 75-100 buah (sekali panen), kami mau tanam lagi," lanjutnya.
Tak main-main, meski hanya memanfaatkan lahan tidur, namun omzet yang diperoleh warga dari hasil urban farming itu mencapai Rp 5 juta perbulan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.