Pembunuhan

Ayah Bunuh 4 Anaknya di Jagakarsa, Psikolog Forensik Nilai Adanya Pembunuhan Berencana

psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menyebut ayah bunuh empat anaknya sebagai pembunuhan terencana.

Istimewa
Jenazah empat jenazah anak yang ditemukan di dalam kamar tempat tinggalnya, Jalan Kebagusan Jati Padang, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Rabu (6/12/2023) sampai di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur untuk dilakukan autopsi 

WARTAKOTALIVE.COM, BEJI - Kasus seorang ayah berinisial P (41) diduga membunuh empat anaknya di Jagakarsa, Jakarta Selatan menghebohkan publik pada Rabu (6/12/2023).

Kondisi ayah bunuh anak yang mencoba melakukan bunuh diri, kini sedang dirawat di rumah sakit.

Terkait hal itu, psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menyebut kejadian ini sebagai pembunuhan terencana.

"Sebutan kejadian ini sebagai KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) sepertinya tidak lagi memadai. Ini lebih tepat disebut sebagai kasus pembunuhan berencana terhadap anak," kata Reza saat dihubungi TribunnewsDepok.com, Kamis (7/12/2023).

Menurut dia, polisi harus mencari tahu kondisi bahkan masalah mental yang mungkin dialami pelaku, apakah sedang mengalami depresi, adiksi obat-obatan, dll.

"Kalau pelakunya waras, hukum mati," ujarnya.

Baca juga: Ayah dari 4 Bocah Tewas Membusuk di Jagakarsa Sempat KDRT Istrinya hingga Korban Muntah Darah

Untuk mencegah kejadian serupa terulang, Reza berharap polisi merespon secepat mungkin setiap laporan  KDRT.

Tapi dia mengakui memang tidak mudah dalam praktiknya. Pasalnya, masyarakat menganggap KDRT sebagai masalah domestik yang tabu untuk diikutcampuri.

Kondisi ini berbeda dengan di negara-negara maju yang menganggap KDRT ini sebagai persoalan serius.

"Di Amerika Serikat, laporan tentang KDRT masuk setiap 3 menit, di Australia setiap 2 menit. Di Indonesia, saya tak punya datanya. Perkiraan saya, rendah, karena masyarakat  menganggap masalah ini urusan domestik," ucapnya.

Tidak hanya itu, lanjut Reza, khalayak luas juga mengalami krisis kepercayaan terhadap polisi.

"Jumlah polisi juga acap kali masih disebut-sebut sebagai kendala bagi kecepatan kerja polisi. Petugas Bhabinkamtibmas juga, berdasarkan pengamatan di lingkungan Bogor Barat, kurang gesit dan rendah responsivitasnya," paparnya.

Reza menambahkan situasi KDRT yang berat juga bisa membahayakan jiwa petugas polisi.

"Saya bertanya-tanya, seberapa jauh polisi kita sudah terlatih agar bisa menangani insiden KDRT secara aman?" ucapnya.

Tanpa bermaksud mendramatisasi kejadian di Jagakarsa, Reza khawatir masyarakat kita saat ini sedang berhadapan dengan tanda-tanda suicide epidemic.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved