Kemarau Panjang
Dinkes DKI Bagikan Tips untuk Hadapi Kemarau Panjang yang Berdampak pada Sejumlah Penyakit
Saat ini musim kemarau panjang tengah melanda Indonesia, dampak kekeringan itu makin seram karena memicu banyak penyakit.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta membagikan tips kepada masyarakat dalam menghadapi El Nino atau kemarau panjang pada Agustus-September 2023.
Tips ini bisa diikuti agar terhindar dari tiga penyakit yang menyerang pernapasan, yaitu infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia dan influenzae like illness (ILI).
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, masyarakat harus melakukan pencegahan dehidrasi dan heat stroke sebagai hal yang utama.
Baca juga: Kemarau Panjang, Warga Tirtayasa dan Tanara Serang Dapat Bantuan Puluhan Ribu Liter Air Bersih
Langkah ini dapat dimulai dengan minum air mineral cukup 2-3 liter per hari, jangan banyak minum saat malam hari karena akan mengganggu tidur.
“Untuk yang muslim bisa dilakukan satu gelas sebelum dan sesudah salat,” ujarnya, Rabu (27/9/2023).
Menurut dia, masyarakat jangan sampai menunggu haus baru kemudian minum, terutama jika aktivitas di luar ruangan.
Sebab air putih adalah yang terbaik, sehingga hindari minuman manis dan teh atau kopi yang dapat memicu buang air kecil (BAK) lebih banyak atau diuresis.
Baca juga: Peruri Bangun Water Treatment Plant di Sejumlah Desa di Karawang yang Terdampak Kekeringan
“Hindari aktivitas di panas terik luar ruangan pada jam 10.00-15.00 atau jika melakukan aktivitas pastikan menggunakan sunscreen SPF 30 dioles merata, jaga asupan cairan, pakai topi lebar / payung, pakai baju berwarna terang untuk memantulkan cahaya dan bahan yang nyaman, adem, ringan, tipis,” paparnya.
Selain itu, warga juga diharapkan untuk menghindari keluar rumah terutama kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil dan pralansia di atas 50 tahun.
Jika mengharuskan keluar rumah, warga perlu memakai masker KN95 / KF94 karena bisa menjaring polusi dengan efektif 95-100 persen.
“Imunisasi rutin lengkap anak dan dianjurkan influenza tambahan per tahun pada kelompok rentan,” imbuhnya.
Baca juga: Dampak Kemarau Panjang, Pedagang Menjerit Harga Beras Makin Melambung
Selanjutnya, warga harus menerapkan pola hidup sehat cerdik setiap hari, misalnya makan bergizi, cukup tidur dan olahraga rutin, tidak stress untuk menjaga imunitas baik.
Dianjurkan menggunakan penjaring udara di dalam ruangan atau air purifier.
“Hirup uap air panas dan tetes minyak kayu putih atau esensial untuk melegakan pernapasan. Lalu minum suplemen vitamin C, D3 pengganti sinar matahari pagi, asam lemak omega,” tuturnya.
Ngabila mengatakan, masyarakat bisa mengikuti anjuran tersebut demi menghindari dampak dari El Nino maupun polusi udara yang terjadi saat ini.

Apalagi dampak polusi udara juga cukup berbahaya, mulai dari ISPA, asma akut, bronkitis akut, pneumonia, jerawat atau alergi/eksim/dermatitis/masalah kulit lainnya.
“(Untuk) Kronis, kelahiran prematur dan pertumbuhan janin terhambat, kemandulan/infertilitas, bronkitis kronis, gangguan saraf: alzheimer, ADHD, penuaan dini. Penyakit vaskular: stroke, jantung, HT (hipertensi) DM (diabetes melitus), kanker baik pernapasan dan non pernapasan, prostat, kolorektal, payudara, endometrium,” ucapnya.
Sementara itu, Tiga penyakit yang menyerang pernapasan bagi masyarakat Jakarta menurun dalam 14 hari terakhir, atau sejak 14 September 2023.
Ketiga penyakit itu adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia dan influenzae like illness (ILI).
Hal ini terungkap dari pengamatan bersama Kementerian Kesehatan RI melalui website Kemenkes RI yang datanya diinput setiap hari oleh seluruh puskesmas kecamatan, puskesmas kelurahan, dan RS di DKI Jakarta.
Data ISPA, ILI, pneumonia setiap hari dilaporkan seluruh puskesmas kecamatan dan kelurahan, sedangkan data pneumonia dilaporkan seluruh RS melalui sistem surveilans-dinkes.jakarta.go.id yang selanjutnya rekapitulasi laporan 194 RS dilaporkan harian oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta ke website Kemenkes RI.
“Ini adalah hasil kerja keras bersama. Pemerintah pusat dan daerah bersinergi terus untuk secara cepat menurunkan polusi udara utamanya PM 2.5 yang membahayakan kesehatan,” kata Ngabila.
Dari catatannya, kasus ISPA turun tujuh persen, pneumonia turun 18 persen dan ILI turun 29 persen.
Angka ini berdasarkan rekapitulasi antara pekan kedua dengan pekan ketiga September 2023.
Menurut dia, kolaborasi pentahelix terlihat nyata dalam upaya cepat untuk membuat Jakarta Langit Biru.
Pemerintah memimpin kolaborasinya (penjahit utama), selain itu peran pelaku usaha / swasta, masyarakat, akademisi, dan media / pers berperan penting.
“Kebijakan WFH juga dirasakan cukup efektif untuk mengendalikan cepat kadar polusi udara yang akhirnya berpengaruh pada jumlah kasus ISPA dan pneumonia yang trendnya menurun,” ujar Ngabila.
Diberitakan sebelumnya, kasus ISPA akibat polusi di udara meningkat.
Pemerintah DKI Jakarta menyiapkan puluhan fasilitas kesehatan (faskes) selama 24 jam untuk melayani masyarakat.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, pihaknya bergerak cepat dalam penanganan kesehatan masyarakat terdampak polusi udara.
Ani menyediakan, 44 puskesmas kecamatan dan 31 RSUD yang siap melayani masyarakat selama 24 jam.
Di puskesmas pun telah tersedia Poli ISPA dan layanan Pojok Polusi untuk edukasi kepada masyarakat.
Kata dia, berdasarkan data yang dihimpun, jumlah kasus ISPA di Jakarta memiliki kecenderungan meningkat di awal tahun dan kemudian menurun.
“Tren dan jumlah kasus di tahun 2023 relatif tidak jauh berbeda dibandingkan tahun 2018 dan 2019 (sebelum pandemi). Total kasus berada pada kisaran 134.000 hingga 157.000 kasus per bulan,” kata Ani.
Ani menambahkan, tren kasus ISPA pada balita dibandingkan kelompok usia >5 tahun periode 2018, 2019 (sebelum pandemi) dan 2023 (pascapandemi) juga cenderung tidak jauh berbeda, yakni berada di kisaran 24 persen-31 persen dari jumlah kasus ISPA.
Sedangkan untuk tren bulanan pneumonia di RS maupun di puskesmas, Ani menyebut, mulai meningkat sejak pertengahan 2022 sampai dengan saat ini.
Jumlah kasus pneumonia di RS tertinggi pada bulan Maret 2023 sebesar 1.537 kunjungan pasien pneumonia dan saat ini menurun di angka 1.376 pasien.

Rerata 19,7 persen dari pasien pneumonia tersebut merupakan masyarakat dari luar Jakarta.
Selain itu, lanjut Ani, berbagai upaya preventif, promotif, dan kuratif juga dilaksanakan bersinergi dengan berbagai stakeholder.
Misalnya bersama Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan skrining kesehatan, sosialisasi, dan edukasi terkait polusi udara di dua sekolah di Jakarta Timur yang dekat dengan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU), lalu sosialisasi dan edukasi kepada Saka Bhakti Husada (SBH) terkait PHBS yang kemudian akan diteruskan sosialisasi dan edukasi tersebut ke sekolah-sekolah oleh Puskesmas dan SBH.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Gerakan ‘Stop Tot Tot Wuk Wuk’, Panglima TNI: Saya Juga Tidak Nyaman |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Jakarta, Senin 22 September Sebagian akan Hujan |
![]() |
---|
Ganjil Genap Jakarta 22 September untuk Pelat Genap Saja |
![]() |
---|
PB Djarum Raih Piala Sigit Budiarto dan Liem Swie King |
![]() |
---|
Mendadak Ahmad Sahroni Muncul Dalam Munas IMI di Yogyakarta, Beri Sambutan dan Memohon Maaf |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.