Kemarau Panjang

Dinkes DKI Bagikan Tips untuk Hadapi Kemarau Panjang yang Berdampak pada Sejumlah Penyakit

Saat ini musim kemarau panjang tengah melanda Indonesia, dampak kekeringan itu makin seram karena memicu banyak penyakit.

warta kota/leonardus wical
Kepala Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ngabila Salama menyatakan kemarau panjang yang kini terjadi memicu sejumlah penyakit, karena itu masyarakat wajib waspada. 

Ani menyediakan, 44 puskesmas kecamatan dan 31 RSUD yang siap melayani masyarakat selama 24 jam.

Di puskesmas pun telah tersedia Poli ISPA dan layanan Pojok Polusi untuk edukasi kepada masyarakat.

Kata dia, berdasarkan data yang dihimpun, jumlah kasus ISPA di Jakarta memiliki kecenderungan meningkat di awal tahun dan kemudian menurun.

“Tren dan jumlah kasus di tahun 2023 relatif tidak jauh berbeda dibandingkan tahun 2018 dan 2019 (sebelum pandemi). Total kasus berada pada kisaran 134.000 hingga 157.000 kasus per bulan,” kata Ani.

Ani menambahkan, tren kasus ISPA pada balita dibandingkan kelompok usia >5 tahun periode 2018, 2019 (sebelum pandemi) dan 2023 (pascapandemi) juga cenderung tidak jauh berbeda, yakni berada di kisaran 24 persen-31 persen dari jumlah kasus ISPA.

Sedangkan untuk tren bulanan pneumonia di RS maupun di puskesmas, Ani menyebut, mulai meningkat sejak pertengahan 2022 sampai dengan saat ini.

Jumlah kasus pneumonia di RS tertinggi pada bulan Maret 2023 sebesar 1.537 kunjungan pasien pneumonia dan saat ini menurun di angka 1.376 pasien.

Ilustrasi - Akibat polusi udara yang memburuk, masyarakat banyak terserang sakit ISPA seperti batuk pilek. Karena itu Dinkes menyiagakan semua fasilitas kesehatan untuk mengibati masyarakat yang sakit.
Ilustrasi - Akibat polusi udara yang memburuk, masyarakat banyak terserang sakit ISPA seperti batuk pilek. Karena itu Dinkes menyiagakan semua fasilitas kesehatan untuk mengibati masyarakat yang sakit. (istimewa)

Rerata 19,7 persen dari pasien pneumonia tersebut merupakan masyarakat dari luar Jakarta.

Selain itu, lanjut Ani, berbagai upaya preventif, promotif, dan kuratif juga dilaksanakan bersinergi dengan berbagai stakeholder.

Misalnya bersama Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan skrining kesehatan, sosialisasi, dan edukasi terkait polusi udara di dua sekolah di Jakarta Timur yang dekat dengan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU), lalu sosialisasi dan edukasi kepada Saka Bhakti Husada (SBH) terkait PHBS yang kemudian akan diteruskan sosialisasi dan edukasi tersebut ke sekolah-sekolah oleh Puskesmas dan SBH.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved