Kemarau Panjang

Dinkes DKI Bagikan Tips untuk Hadapi Kemarau Panjang yang Berdampak pada Sejumlah Penyakit

Saat ini musim kemarau panjang tengah melanda Indonesia, dampak kekeringan itu makin seram karena memicu banyak penyakit.

warta kota/leonardus wical
Kepala Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ngabila Salama menyatakan kemarau panjang yang kini terjadi memicu sejumlah penyakit, karena itu masyarakat wajib waspada. 

Apalagi dampak polusi udara juga cukup berbahaya, mulai dari ISPA, asma akut, bronkitis akut, pneumonia, jerawat atau alergi/eksim/dermatitis/masalah kulit lainnya.

“(Untuk) Kronis, kelahiran prematur dan pertumbuhan janin terhambat, kemandulan/infertilitas, bronkitis kronis, gangguan saraf: alzheimer, ADHD, penuaan dini. Penyakit vaskular: stroke, jantung, HT (hipertensi) DM (diabetes melitus), kanker baik pernapasan dan non pernapasan, prostat, kolorektal, payudara, endometrium,” ucapnya.

Sementara itu, Tiga penyakit yang menyerang pernapasan bagi masyarakat Jakarta menurun dalam 14 hari terakhir, atau sejak 14 September 2023.

Ketiga penyakit itu adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia dan influenzae like illness (ILI).

Hal ini terungkap dari pengamatan bersama Kementerian Kesehatan RI melalui website Kemenkes RI yang datanya diinput setiap hari oleh seluruh puskesmas kecamatan, puskesmas kelurahan, dan RS di DKI Jakarta.

Data ISPA, ILI, pneumonia setiap hari dilaporkan seluruh puskesmas kecamatan dan kelurahan, sedangkan data pneumonia dilaporkan seluruh RS melalui sistem surveilans-dinkes.jakarta.go.id yang selanjutnya rekapitulasi laporan 194 RS dilaporkan harian oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta ke website Kemenkes RI.

“Ini adalah hasil kerja keras bersama. Pemerintah pusat dan daerah bersinergi terus untuk secara cepat menurunkan polusi udara utamanya PM 2.5 yang membahayakan kesehatan,” kata Ngabila.

Dari catatannya, kasus ISPA turun tujuh persen, pneumonia turun 18 persen dan ILI turun 29 persen.

Angka ini berdasarkan rekapitulasi antara pekan kedua dengan pekan ketiga September 2023.

Menurut dia, kolaborasi pentahelix terlihat nyata dalam upaya cepat untuk membuat Jakarta Langit Biru.

Pemerintah memimpin kolaborasinya (penjahit utama), selain itu peran pelaku usaha / swasta, masyarakat, akademisi, dan media / pers berperan penting.

“Kebijakan WFH juga dirasakan cukup efektif untuk mengendalikan cepat kadar polusi udara yang akhirnya berpengaruh pada jumlah kasus ISPA dan pneumonia yang trendnya menurun,” ujar Ngabila.

Diberitakan sebelumnya, kasus ISPA akibat polusi di udara meningkat.

Pemerintah DKI Jakarta menyiapkan puluhan fasilitas kesehatan (faskes) selama 24 jam untuk melayani masyarakat.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, pihaknya bergerak cepat dalam penanganan kesehatan masyarakat terdampak polusi udara.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved