Kerukunan Beragama

Pendeta Ellyson Luruskan Oknum TNI yang Larang Ibadah Umat Kristen di Tambun Bekasi: Dia Melerai

Pendeta Ellyson Lase, pimpinan Rumah Doa Fajar Pengharapan di Tambun, Kabupaten Bekasi, meluruskan soal keberadaan oknum TNI, yang membubarkan ibadah.

Editor: Valentino Verry
kompas.com
Pendeta Ellyson Lase (berkacamata, kemeja putih), pimpinan Rumah Doa Fajar Pengharapan di Tambun, Kabupaten Bekasi, Rabu (21/6/2023), membacakan nota damai dengan warga dan disaksikan aparat TNI-Polri. Isi nota kegiatan ibadah umat Kristen tetap diperbolehkan, sesuai amanat UUD 1945. 

"Dan yang terakhir yang ketiga saya sampaikan pada kita semua bahwa kegiatan pelaksanaan ibadah dilaksanakan seperti biasa," pungkasnya.

Kronologi

Jemaat Rumah Doa di Tambun, Kabupaten Bekasi, berdebat dengan warga yang hendak membubarkan ibadah umat Kristen, Minggu (18/6/2023). Aksi geruduk itu dipimpin seorang oknum TNI yang kebetulan menjadi Ketua RW.
Jemaat Rumah Doa di Tambun, Kabupaten Bekasi, berdebat dengan warga yang hendak membubarkan ibadah umat Kristen, Minggu (18/6/2023). Aksi geruduk itu dipimpin seorang oknum TNI yang kebetulan menjadi Ketua RW. (kompas.com)

Keberadaan Rumah Doa Fajar Pengharapan yang berada di Perumahan Graha Prima, Blok S2, Desa Mangunjaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, sempat ditolak oleh warga.

Ketua RW 027 di lingkungan sekitar yang juga seorang anggota Babinsa bahkan disebut ikut menolak.

Pendeta Ellyson Lase sebelumnya mengatakan, oknum Ketua RW sekaligus Babinsa menolak keberadaan rumah doa adalah Serka S, anggota TNI AD yang bertugas di Koramil Tambun, Kabupaten Bekasi.

Penolakan yang ikut dilakukan oleh Ketua RW pertama terjadi di bulan Mei.

"Pertama saya dipanggil di bulan Mei. Dipanggil oleh RT, RW. Di situ ada pemilik rumah, saya dan juga ibu pendeta," ujar Ellyson, Senin (19/6/2023) malam.

Ia lalu menjelaskan, rumah doa adalah sebuah rumah yang ia kontrak untuk beribadah.

Rumah itu tidak ia alih fungsikan sebagai gereja. Di rumah itu, Ellyson memberikan pendidikan agama untuk anak-anak yang di sekolahnya tidak dilengkapi kurikulum agama kristen.

Penjelasan Ellyson tak digubris. Pihak RT dan RW tetap ingin aktivitas rumah doa tetap dihentikan.

Namun, pendeta itu tak mau aktivitas dihentikan. Ia juga sempat menanyakan, jika tidak boleh beribadah satu minggu sekali, maka harus berapa kali dalam satu bulan kegiatan itu bisa dilaksanakan.

Pihak RT dan RW kembali tak memberi jawaban juga. Mereka hanya ingin aktivitas di rumah doa dihentikan.

Ellyson saat itu sempat menegur soal status Serka S sebagai TNI. Namun, dirinya justru dibentak.

"Saya juga sampaikan ke ketua RW waktu itu, 'Bapak juga masih aktif sebagai anggota TNI yang melekat di diri Bapak. Walaupun ketua RW, begitukah seorang TNI'," ucap Ellyson.

"Dia kemudian gebrak meja, dia tunjuk saya. Dia marah dan bilang, 'Ini wilayah saya. Saya yang berkuasa. Ikuti aturan saya. Jangan buat aturan sendiri'," sambung dia menirukan ucapan Ketua RW itu.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved