Eksklusif Warta Kota

Bacaleg PKB Cipta Wahyudi Okis Bangkit, Pengacara yang Pernah Dagang Kantong Plastik

Cipta Wahyudi Okis Bangkit pernah gagal bertarung dalam pemilu legislatif Kabupaten Tangerang tahun 2019, semangatnya untuk mengabdikan diri tak surut

Wartakotalive/Ahmad Sabran
Bacaleg PKB Haji Okis pengacara 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Nama H Cipta Wahyudi Okis Bangkit tak asing buat masyarakat Kelurahan Jatibaru, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Selain tumbuh dan besar di Tanah Abang, Haji Okis--sapaan akrabnya--berprofesi sebagai advokat.

Meski pernah gagal bertarung dalam pemilu legislatif Kabupaten Tangerang tahun 2019, semangatnya untuk mengabdikan diri di tengah masyarakat tak surut.

Haji Okis justru termotivasi untuk kembali bertarung di pemilu legislatif (pileg).

Tahun depan, Haji Okis akan bertarung di pileg DKI Jakarta melalui daerah pemilihan (Dapil) I Jakarta Pusat.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengaku banyak mempelajari dunia politik dari almarhum Abraham Lunggana alias Haji Lulung.

Kepada Warta Kota, Haji Okis bercerita soal rekam jejaknya selama berada di kawasan Tanah Abang. Jebolan Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta Pusat ini juga mengungkap strategi agar terpilih menjadi wakil rakyat di Parlemen Kebon Sirih.

Baca juga: Banyak Caleg Artis di Pemilu 2024, Arzeti Bilbina: Mau Jadi Anggota Legislatif Harus Punya Tiga Poin

Berikut petikan wawancara eksklusif Warta Kota. 

Bisa diceritakan kehidupan Anda di Jakarta? 

Saya lahir dan tumbuh besar di Jatibaru. Saya anak kedua dari delapan bersaudara. Sebelum sekolah, sehari-hari saya tidurnya di Stasiun Tanah Abang.

Dulu masih ada terminal (Tanah Abang--red). Saya hidup di jalanan, saya paham bagaimana hidup susah.

Karena kebutuhan ekonomi, saya sekolah sambil berdagang. Waktu SD saya bangun jam 05.00 WIB, lalu ke Kawasan Harmoni untuk ambil koran dan menjajakannya di Tanah Abang.

Jam 09.00 WIB, saya beli kantong plastik, saya jajakan ke pedagang kaki lima (PKL). Hal itu saya lakukan setiap hari dan ketika sudah masuk jam sekolah, tentu saya belajar.

Sepulang sekolah, saya ambil air untuk mandi adik-adik dari ledeng umum atau MCK (mandi cuci kakus). Kemudian air dibawa ke rumah yang jaraknya sekitar 300 meter (dari ledeng).

Baca juga: Bacaleg Partai Golkar Alhadiid Ingin Wujudkan Ada Dokter Jaga di Tiap RW Jakarta

Bagaimana Anda bisa terjun ke dunia politik ?

Ikut organisasi ketika umur saya 20 tahunan. Saya pernah ikut Pemuda Pancasila (PP) di Tanah Abang, sebagai wakil ketua pengurus anak cabang.

Sebelum tahun 2012, saya pernah di FBR. Nah sekarang profesi saya pengacara.

Jadi begitu pendidikan di kelas 2 SMP selesai karena bandel, saya bukannya tambah baik karena lingkungan yang mengajarkan demikian.

Saya "menjelajah" pasar, stasiun, sampai tahun 1997 bersama pemuda-pemuda Tanah Abang. Kami ada tempat untuk mengelola pedagang.

Di tahun 2002, saya baru melek bagaimana berorganisasi. Dari situ saya ketemu tokoh masyarakat Tanah Abang, dia politisi juga dia sempat di DPRD DKI Jakarta dan di DPR RI (H Lulung).

Dari almarhum saya belajar. Tapi kemudian saya pamit memeluk partai yang berbeda.

Nah terkait pendidikan tadi, saya hanya sekolah sampai kelas 2 SMP.

Saya malah ikut nongkrong di pasar, cari usaha-usaha di pasar, apa yang bisa dilakukan yang penting dapat uang. Bagaimana bawa uang untuk jajan pribadi dan adik-adik.

Kemudian saya kejar Paket C tahun 2010. Tahun 2014, saya coba nyaleg di salah satu partai besar untuk pemilihan di luar DKI Jakarta.

Sengaja saya tidak bertarung di sini karena untuk menghormati dan menghargai orang-orang di sini pada saat itu.

Bagaimana awal mula bergabung ke PKB ?

Tahun 2019 saya nyaleg di partai merah wilayah Tangerang, tapi belum beruntung.

Di sana sudah keluar biaya besar dan situasi makin tidak menguntungkan karena tahun 2019 itu ada pandemi Covid-19.

Ekonomi anjlok dan saya nggak mimpi mau nyaleg lagi. Tapi Alhamdulillah, mungkin Allah SWT yang mengantarkan tokoh-tokoh Tanah Abang untuk mendorong saya maju.

Menurut kacamata mereka, saya memahami wilayah ini.

Mereka mendorong saya karena di Tanah Abang ini kehilangan dua figur politisi.

Saya ditawari untuk nyaleg di Jakarta Pusat namun di partai berbeda.

Saya cek partai berwarna hijau (PKB), dan lihat platform-nya ternyata mereka kebangsaan dan nasionalis.

Setelah merenung dan meminta pendapat istri, saya maju.

Di PKB saya merasa nyaman baik dari segi spiritual dan religius. Yang tadinya berjarak dengan ulama, sekarang saya merapat.

Banyak petuah tentang keimanan dan kehidupan dari mereka.

Lalu apa saja persiapan Anda untuk bertarung di Pileg 2024? 

Kalau mau nyaleg harus ada kesiapan, pertama finansial, kedua jaringan, dan ketiga sering turun ke lapangan.

Kalau nggak sering turun ya mana mau dikenal, kemudian kalau tidak punya jaringan siapa yang mau mengakomodir suara kami di bawah.

Lalu tidak punya finansial ya lebih salah lagi. Jadi ya sering turunlah ke warga, dan semua itu sudah ditentukan garis tangan (keputusan Allah).

Saya mengajak warga khususnya Jakarta Pusat agar menghadapi pemilu dengan riang gembira, berwawasan, sesuai dengan hak dan hati nurani untuk memilih siapa yang sosok yang tepat.

Harapan saya, warga memilih pemimpin yang punya landasan agama karena InsyaAllah ketika agamanya baik, perjalanannya akan baik dalam memimpin.

Jadi, kompetensinya nomor dua karena kemampuan bisa diolah sambil berjalan, karena kalau tidak nanti pakai baju oranye (tersangka hukum).

Warga juga tidak perlu gontok-gontokan, damai saja, dijaga situasi kondusif meskipun pilihan berbeda-beda. (faf/eko)

 

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved